[caption id="attachment_267599" align="aligncenter" width="640" caption="Karyawan perusahaan Garmen di Jakarta/foto AFP"][/caption] Kalau hal ini terlaksana, maka merupakan kabar yang sangat menggembirakan bagi peningkatan sektor perekonomian negara kita-Indonesia. Eropa dalam menghadapi masa krisis ekonomi ini bukan hanya menerapkan peraturan 'ikat pinggang' dibanyak sektor sosial seperti biaya pendidikan, kesehatan dan urusan rumah tua serta tunjangan masa pensiun dan tunjangan hari tua, tetapi juga ikat pinggang terjadi pada banyak perusahaan swasta. Banyak perusahaan yang akhirnya menutup pintu gerbang produksi mereka dan memberhentikan seluruh karyawannya. Perusahaan tersebut bukan bangkrut akan tetapi berpindah lokasi produksi yaitu ke luar negeri. Dengan perhitungan biaya pengolahan akan lebih murah dengan kualitas produk yang 'hampir setara.' Banyak perusahaan di Eropa kini melirik Asia sebagai lokasi untuk mengembangkan modal mereka. Salah satunya adalah perusahaan yang bergerak pada bidang Garmen/pakaian jadi dan tekstil.  Akibat tragedi kecelakaan fatal di Bangladesh pada waktu yang lalu, sempat mengundang reaksi untuk banyak masyarakat Eropa terutama konsumen. Konsumen merasa ikut merasakan sengsaranya nasib karyawan Garmen di Bangladesh dengan tragedi itu, hingga persatuan konsumen memberi ultimatum untuk tidak lagi menyentuh pakaian-pakaian asal Bangladesh terkait segi partisipasi 'Hak-hak asasi manusia.' Dan hal ini tentunya problem untuk perusahaan di Eropa karena statistik pemasaran menurun. Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut maka dampaknya hanya satu yaitu menurunnya statistik sektor perekonomian. Dan kalau sudah begini maka yang ada Brussel makin panas terkait EU. Saya membaca pemberitaan bahwa di Hotel JW Marriot kini full booking oleh pengusaha yang berdatangan dari Eropa dan Amerika. Demikian pernyataan dari Ade Sudrajat dari Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia. Para pengusaha ini semua akan melakukan survey terkait niat mereka untuk bekerja sama dengan perusahaan Garmen dan tekstil dari Indonesia. Saya mencatat hal-hal yang menarik bila hal ini terjadi (pengusaha Eropa dan Amerika sebagai investor bidang Garmen dan tekstil) adalah; > Kabar gembira untuk sektor lapangan pekerjaan, terbuka kembali jalan bagi karyawan Indonesia untuk tidak bersusah payah menjadi TKI di luar negeri yang secara umum masih menjadi krusial problema karena birokrasi terkait pada umumnya merugikan para TKI. > Statistik pengangguran menurun. Bagi generasi putus sekolah maka kesempatan ini memberi harapan untuk memperbaiki segi finansial kearah melanjutkan sekolah. > Memberi harapan yang sangat menggembirakan bagi sektor industri Garmen dan tekstil. Perusahaan akan membuka lahan baru dan menerima tenaga kerja baru. Modalpun berputar dan sektor ekonomi pun akan meningkat untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. > Sumber devisa dalam negeri untuk budget APBN. Dan akhirnya menekan keinginan pinjaman luar negeri. Apabila hal ini terjadi, dimana pengusaha Eropa dan Amerika bisa memulai pengolahan modal mereka di tanah air kita. Maka kondisi perekonomian kita akan semakin membaik dan naik. Perekonomian yang membaik akan memberikan juga jatah perhatian untuk infrastruktur pusat dan daerah. Dan kita harapkan suprastruktur akan saling menunjang. Untuk investor China, tentunya kabar ini merupakan 'duri kedondong nyangkut ditenggorokan.' Oleh karena secara umum kita ketahui bahwa kuku tatik perekonomian China untuk berusaha memonopoli sektor perekonomian di Asia terutama Indonesia memang diusahakan tidak akan lepas. Dan tentunya kedatangan investor baru arah angin Eropa dan Amerika membuat China nafasnya makin sesak. China selalu melihat Eropa dan Amerika sebagai 'compatitor.' Dan China pasti tidak ingin kehilangan sumber nafkah untuk menghidupi 1,34 miliar jiwa rakyatnya Compatitor sektor perekonomian itu baik, untuk motivasi. Namun jangan akhirnya membunuh karakter birokrasi, yaitu manipulasi para pejabat soal izin perusahaan. Sebagai bahan perbandingan, karyawan Garmen di Indonesia menerima gaji standard sekitar 100euro sekira Rp.1,5juta sebulan. Sedangkan kolega di Bangladesh menerima 38euro atau sekitar Rp.500ribu sebulan. Berapa pengusaha Eropa dan Amerika akan memberi? diharapkan akan lebih baik dari 100euro bukan. Sebuah tantangan berat untuk compatiter China. Sekedar berbagi berita yang menyenangkan untuk saudaraku di Indonesia yang belum memiliki pekerjaan. Tantang masa depan dengan harapan semoga Indonesia kita dimasa yang akan datang, akan lebih baik. Semoga!
--©DellaAnna--
Tags saya untuk Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia, Kamar Dagang dan Industri. NKRI
-da13062013nl-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H