''No peace among the nations without peace among religions, No peace among religions without dialogue between the religions, No dialogue between the religions without religions.'' (Hans Kung).
Pesantren, Santri dan Masyarakat
Salah satu lembaga pendidikan islam yang tertua di indonesia ialah pesantren.Istilah pesantren berasal dari kata santri. Kata santri sendiri menurut Nurcholish Madjid berasal dari bahasa Sanskerta "sastri" artinya tulis baca. Di jawa "sastri" berubah pengucapan menjadi "santri", yaitu anak yang mempelajari kalimat suci dan indah, yaitu Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad SAW.
 Pesantren selama ini dikenal dan dipersepsikan sebagian orang sebagai lembaga yang sangat Eksklusif. Pesantren seringkali dianggap sebuah institut yang tertutup, enggan mengikuti perkembangan dunia yang ada dan hanya boleh dikunjungi atau dimasuki oleh orang yang ingin belajar agama islam saja. Namun, pada kenyataannya hal ini sangat berbeda. Pesantren sangat terbuka dengan perbedaan, termasuk orang-orang yang memiliki kepercayan yang berbeda. Pesantren dapat menyesuaikan dengan berubahan atau dinamika sosial dan lingkungan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa musyawarah yang dilakukan oleh pesantren. Isu-isu yang dilontarkan disesuaikan dengan perkembangan dan fenomena yang ada pada saat ini.
Pesantren sebagai sebuah institusi keagamaan mempunyai posisi dan potensi sebagai agen perubahan. Meski harus diakui beberapa pesantren masih bertahan dengan ajaran-ajaran yang sangat tekstual (tanpa mengkontekstualkan dengan perkembangan), namun secara umum mayoritas pesantren sangat terbuka dan akomodatif dengan perkembangan zaman. Perbedaan-perbedaan kultur antar pesantren juga merupakan salah satu contoh bagaimana pesantren dapat menghargai keragaman.
NU sebagai organisasi islam terbesar di indonesia, tidak hanya mempunyai basis secara struktural tetapi juga basic secara kultural. Jumlah pesantren di seluruh indonesia kurang lebih merupakan pesantren NU. Organisasi ini berpaham moderat dan salah satu pengusung Pancasila sebagai dasar negara yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika. Secara historis, para pendiri NU ikut dan turut serta dalam perang melawan penjajah (colonial) sebagai salah satu bentuk jihad. Keikutsertaan kaum santri dalam perang melawan penjajah merupakan salah satu faktor yang menyukseskan kemerdakaan Republik Indonesia. Dalam hal ini kaum santri menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan dan Kesatuan Negara Republik Indonesia.
Proses pendidikan pesantren sejak awal telah memberikan ruang besar untuk penguatan karakter para santrinya, pesantren sangat fokus agar santrinya menjadi uswatun hasanah (teladan kebaikan) yang mampu memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. Dengan berjalannya pendidikan pesantren yang menguatkan dalam pendidikan karakter senantiasa perlu dikembangkan agar memperbaiki karakter yang merusak generasi bangsa. Nilai moral dan akhlak yang ditanamkan dalam pendidikan pesantren menjadi isyarat bahwa dunia pesantren sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun masyarakat berperadaban dan mempunyai sikap uswatun hasanah.
Pesantren dalam Toleransi
TOLERANSI
Salah satu tanda berpikir luas
Yaitu hidup berlapang dada
Tidak mudah bersikap keras