Mohon tunggu...
Cuzzy Fitriyani
Cuzzy Fitriyani Mohon Tunggu... lainnya -

wanita sangat biasa ^_^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Telantarkan Ibu, Kalau Tak Ingin Menyesal

2 September 2012   00:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanah itu dikelilingi oleh tembok tinggi dengan gerbang besi yang kokoh. Di dalamnya terlihat kuburan-kuburan yang di setiapnya ditandai dengan batu nisan yang tertera satu nama di atasnya. Dan di pojok tanah pemakaman tersebut, seorang pria muda berdiri di dekat kuburan yang tertulis sebuah nama "Suparti" di atas nisan tersebut. Memakai pakaian serba hitam, baju dan celana, serta kacamata pun hitam. Dia datang untuk menghadiri pemakaman ibunya. Terlihat kerabat dan teman-teman mengelilingi dan menghiburnya atas kematian ibunya. Tapi pria muda tersebut seperti belum merasakan emosi apapun dan dia tetap berdiri, diam. Dia teringat ketika dulu menitipkan ibunya di panti jompo sekitar 7 tahun yang lalu. Itu terakhir kalinya dia bertemu dengan ibunya, dan sebelum itu, dia bertemu dengan ibunya ketika dia menikah. Setelah menikah, dia tidak ingin ibunya menjadi beban dalam hidupnya, dia tidak mau merawat ibunya. Sementara ayahnya juga telah lama meninggal. Tiba-tiba pria muda tersebut merasa ada seseorang yang menyentuh bahunya dari belakang. "Saya tahu apa yang kamu rasakan sekarang, nak. Ada sesuatu yang ibumu titipkan untuk kamu",ucap seorang wanita tua yang menghadiri pemakaman, dan dia adalah wanita yang tinggal bersama dengan ibunya tersebut di panti jompo. Wanita tua itu menyodorkan sebuah buku kepadanya seraya berkata, "Ibumu menitipkan buku ini untuk kamu. Dulu ibumu yang menyimpan buku ini, sekarang waktunya kamu untuk menyimpannya. Saya selalu melihat ibumu memegang buku ini sepanjang hari dan dia tidak membiarkan orang lain memegangnya. Ibumu menyerahkan kepada saya hanya sehari sebelum dia meninggal. Simpanlah baik-baik ",sambil menyeka air matanya, wanita tua itupun melangkah pergi. "Apa yang ibu wariskan untuk saya? Saya telah kehilangan segalanya dalam bisnis, dan sekarang saya tidak mendapat apa-apa?",keluh si pria muda itu. Tak lama, pria muda itupun meninggalkan pemakaman. Sampai di rumah, buku pemberian dari sang ibu dia lemparkan ke atas meja dan dia langsung tidur. Keesokan harinya, telepon rumahnya berdering, ada telepon dari pihak bank untuk menagih hutang pinjaman. Dia mempunyai hutang dí bank. Dengan agak kesal, dia bilang, " SALAH SAMBUNG". Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dan baru saja dia meletakan telepon, sekali lagi, ada panggilan telepon, tapi sekarang bukan dari pihak bank, tapi wanita tua yang memberi buku padanya. "Hallo, nak. Apakah kamu sudah membaca buku yang saya berikan padamu? ",tanya wanita tua itu. "Belum!!. Apa yang istimewa dari buku itu? Sekarang, apa yang saya miliki, sudah hilang segalanya. Saya sudah tak memiliki apa-apa lagi. Hanya karena saya mempunyai banyak hutang, istri pun meninggalkan saya, saya kehilangan semua harta saya?. Saya kehilangan segalanya !!," jawab pria muda itu dengan nada emosi. Dia berteriak dan langsung mematikan telepon , serta mencabut semua kabel telepon, agar tidak ada orang yang bisa menelepon lagi. Namun, tak berapa lama terdengar pintu rumahnya di ketuk. Itu tukang pos. Sesuatu yang sangat tidak ia harapkan, tukang pos itu mengantarkan surat gugatan cerai dari istrinya. Dia seakan tak percaya, dan berpikir kenapa semua musibah itu tiba-tiba terjadi kepadanya. Dan yang lebih membuatnya kesal, ibunya hanya memberi buku padanya, tidak mewariskan apa-apa. Dia membenci buku itu dan berencana membuangnya. Sore harinya, dia pergi ke makam ibunya. Dia menggali tanah di dekat batu nisan ibunya dan mengubur buku itu di tanah yang ia gali. Setelah dua hari dia mengubur buku itu, wanita tua teman ibunya, datang menemuinya. "Nak, saya telah mencoba untuk menghubungi kamu beberapa kali, tapi selalu gagal. Apakah kamu sudah membaca buku itu? " "Sampah apa yang sudah ibu berikan pada saya? Pergi saja ke kuburannya dan ambil lagi saja bukunya. Saya tidak sudi menyimpan buku yang tak berguna itu !!!", pria itu berteriak. Wanita tua itu terkejut dengan jawaban dari pria muda itu, tapi dengan pelan wanita tua itu menjawab, "Apa yang sudah kamu lakukan anakku?. Itu hadiah dari ibumu. Hadiah yang berharga. Meskipun kamu meninggalkannya sendirian di panti jompo, dia tidak pernah melupakan anaknya. Ibumu selaĺu bercerita tentang kamu, dia juga sangat merindukan kamu. Bila ada anggota keluarga yang menjenguk orang tuanya di panti jompo, ibumu selalu berharap,kalau itu adalah kamu. Tetapi, kamu tak pernah menjenguknya. Nak, dalam buku itu ada sebuah chek dengan total 5 milyar. Itu adalah tabungan ibumu sewaktu muda, dia bilang hanya kamu yang berhak menerimanya". Mendengar semua penjelasan wanita tua itu, tanpa di sadari pria itu meneteskan air mata. Mungkin itu pertama kalinya dia merasa bersalah dalam hidupnya karena ketidakadilan yang telah ia lakukan pada ibunya. Dia pun bergegas pergi ke kuburan ibunya dan menggali tanah di mana ia mengubur buku pemberian ibunya. Dia melihat buku itu dalam keadaan sudah penuh dengan sampah di atasnya dan hampir tenggelam tergenang air karena hujan. Dan cek uangnya telah rusak, kertas cek uang telah robek. Pria itu menyesal atas apa yang telah ia lakukan. Dan mulai hari itu dia memutuskan untuk bekerja di panti jompo bekas tempat ibunya tinggal dulu. Dia sekarang menjadi anak untuk banyak ibu. Buku yang dari ibunya, dia simpan di tempat khusus di rumahnya. Ibunya telah mengubah sifatnya, membuatnya menjadi anak yang berbakti dan dia menjadi seorang putra untuk semua ibu yang telah kehilangan cinta dari anak-anak mereka, anak-anak yang telah meninggalkan ibu-ibu mereka di panti jompo tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun