Mohon tunggu...
Cuzzy Fitriyani
Cuzzy Fitriyani Mohon Tunggu... lainnya -

wanita sangat biasa ^_^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dalam Bingkai Foto

22 September 2014   07:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:58 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anggi memandang ke cermin, senyum mengembang. Tak terasa, penata rias di salon hampir selesai menambahkan lapisan akhir make up pada wajahnya. Ya, karena hari itu adalah hari ulang tahun pertama pernikahannya, ia ingin terlihat tampil sempurna didepan sang suami. Rey, suaminya selalu mengatakan bahwa Anggi adalah gadis tercantik yang pernah ia miliki, hal teristimewa adalah bertemu dengannya. Tapi, itu tidak berarti Anggi berhenti untuk tampil cantik, dia tetap merasa harus selalu tampil lebih cantik lagi, lagi dan lagi untuk sang suami. Penata rias akhirnya selesai memoles wajahnya, dengan tersenyum ramah, ia beranjak melangkah keluar dari salon.

Hari sudah agak sore, Anggi punya banyak tugas yang harus dilakukan agar dapat membuat malam ulang tahun pernikahannya benar-benar istimewa!

Dari salon, Anggi tak lekas pulang. Ia pergi berbelanja ke salah satu supermarket yang cukup terkenal di kotanya, mengambil semua barang ataupun makanan favorit suaminya. Setelah mendapatkan segala sesuatu yang dia butuhkan, langsung menuju kasir, membayar semuanya. Dia harus cepat pulang. Ah, langit hampir gelap dan langit pun menambah gelap suasana dengan mendung hitamnya. Seolah seluruh dunia di sekelilingnya diselimuti awan hitam yang tebal, dan siap menumpahkan air hujan ke bumi.

Anggi tidak peduli dengan kegelapan yang membuntutinya. Ia hanya menarik napas pendek, lalu bergegas keluar dari supermarket, pulang kerumah.

Ketika rumahnya mulai terlihat oleh pandangan matanya, yang terlintas dalam pikiran Anggi adalah istana kecil dan indah yang ia buat bersama Rey. Dan itu sudah cukup untuk membuatnya tersenyum. Tak lama, ia pun sampai di rumahnya, istana kecilnya.

Rumahnya tetap seperti sebelum ia pergi ke salon. Tak ada yang berubah. Bunga tetap tertata rapi dalam pot hitam kesayangannya. Sisa roti yang ia makan tadi siang pun masih berada di tempatnya, di meja makan. Tak ada yang membereskan, termasuk suaminya. Dan yang pasti, Rey juga tetap ada dalam kamarnya.

Setelah kejadian kecelakaan yang mengerikan dua pekan lalu, Rey memang tidak pernah meninggalkan rumah, keluar kamar pun tidak. Dan hal itu benar-benar mengganggu Anggi. Bukan karena apa, melainkan karena mereka hampir tidak pernah tampak saling berbicara. Anggi selalu berusaha meluangkan waktu untuk Rey, tapi jarak antara mereka semakin jauh saja sejak kecelakaan terjadi. Seolah-olah ada suatu masalah besar yang tak ada solusi di antara mereka.

Meskipun mereka masih saling mencintai, tapi ia tahu bahwa ada hal-hal yang memaksa mereka untuk tidak hidup bersama lagi. Walaupun begitu, Anggi tetap merasa wajib untuk merayakan hari ulang tahun pernikahannya. Ia beranjak berjalan ke dapur dan mulai memasak untuk makan malam, tentunya memasak makanan kesukaan suaminya.

Aroma ayam saus jahe dan bawang putih memenuhi ruangan. Anggi memang pandai memasak. Tugas memasak selesai tepat jam 9. Ia melangkah ke meja makan, menyalakan empat belas lilin yang wangi, menyetel musik romantis. Ia duduk di kursi, menunggu Rey di ruang makan. Namun Rey tak kunjung keluar kamar. Hancur hati Anggi. Ia berpikir, mungkin memang makan malam bersama suami, merayakan hari bahagianya itu tidak akan pernah terjadi. Bahkan, Rey pun tidak peduli berapa lama Anggi sudah menunggu bersama lilin-lilin di ruang makan. Dia telah mencoba berusaha dengan segala sesuatu , tetapi tidak ada usaha yang bisa membuat suaminya datang padanya. Memanggil dari luar pintu dan mengetuk pintu kamar, semuanya nihil.

Anggi menyeka air mata yang sudah mulai mengalir dipipi kirinya menuju ke arah bibirnya, dia bangkit dan berjalan menuju kamar. Dia tak peduli kalau suaminya mungkin sedang tidur. Ia mendorong pintu kamar hingga terbuka, dan di sanalah dia, suaminya. Berdiri di tempat favoritnya, tersenyum.

"Sayang, aku satu jam menunggumu di ruang makan, aku memasak menu makanan spesial malam ini untuk kita. Oh ya, model rambut baruku bagus, kan?" Berharap ada jawaban dari suaminya, Anggi tetap memasang senyum manis di depan suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun