Mohon tunggu...
Ahmad Nizar
Ahmad Nizar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren Cuci Darah di Kalangan Remaja: Alarm Kesehatan Generasi Muda Indonesia

3 Desember 2024   21:25 Diperbarui: 3 Desember 2024   21:31 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gagal ginjal kronis (Chronic Kidney Disease/CKD) dulu dianggap sebagai penyakit yang hanya menyerang lansia, terutama akibat penyakit bawaan seperti diabetes melitus dan hipertensi. Namun kini, pola hidup buruk di kalangan remaja membuat penyakit ini mulai menyerang generasi muda. Data dari Global Burden of Disease tahun 2019 menunjukkan bahwa 1,4 juta orang meninggal karena gagal ginjal kronis, dan Indonesia mencatat sekitar 42 ribu kematian akibat penyakit ini. Yang lebih mengejutkan, tren cuci darah kini muncul di kalangan remaja Indonesia.  

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur, dr. Sjamsul Arief, mengungkapkan bahwa 8-10 anak setiap bulannya harus menjalani hemodialisis atau cuci darah akibat gagal ginjal. Fenomena ini menjadi alarm bahaya bagi masa depan generasi penerus bangsa. Jika anak muda sudah banyak yang mengalami gagal ginjal, bagaimana nasib generasi Indonesia di masa depan?  

Pola Hidup Buruk Penyebab Gagal Ginjal di Kalangan Remaja  

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan gagal ginjal semakin banyak menyerang anak muda:  

1. Kurangnya Aktivitas Fisik

Di era digital, banyak anak muda yang lebih memilih duduk diam di depan layar daripada bergerak aktif. Data dari National Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa 57% anak muda di Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik. Padahal, gaya hidup pasif ini dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes, yang pada akhirnya dapat memicu gagal ginjal.  

2. Konsumsi Makanan dan Minuman Tinggi Garam dan Gula

Makanan cepat saji dan minuman manis dalam kemasan menjadi favorit di kalangan anak muda. Sayangnya, pola makan ini menyumbang tingginya kasus hipertensi dan diabetes melitus, dua kondisi yang berdampak langsung pada kesehatan ginjal. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), jumlah remaja dengan gizi berlebih usia 16-18 tahun meningkat dari 1,4% pada 2010 menjadi 7,3% pada 2013.  

3. Kurangnya Konsumsi Air Putih

Kebutuhan cairan tubuh sering diabaikan oleh remaja. Studi menunjukkan bahwa 49,5% remaja Indonesia mengalami dehidrasi ringan karena kurang minum air putih. Padahal, ginjal membutuhkan air untuk membantu menyaring racun dalam darah. Kekurangan air dapat meningkatkan viskositas darah, membuat ginjal bekerja lebih keras, dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan permanen. 

Apa yang Bisa Dilakukan?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun