Kampung Hidroponik Lawang menjadi daya tarik sektor pertanian dalam mengembangkan konsep urban farming hidroponik. Kunjungan SMKN 2 Singosari ke Kampung Hidroponik ini menemukan sejumlah inovasi teknologi alam pertanian hidroponik, dampak sosial budaya kunjungan siswa, dan keberlanjutan pertanian hidroponik di Lawang. Mereka dapat melihat berbagai macam sistem hidroponik, mulai dari sistem NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow Technique), aeroponik, hingga sistem vertikal.
Pertanian hidroponik adalah metode budidaya tanaman yang menggunakan air sebagai media utama, bukan tanah. Tanaman dibudidayakan dengan memanfaatkan larutan nutrisi yang kaya akan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dengan baik. Sistem ini semakin populer karena kemampuannya untuk menghemat ruang, mengurangi penggunaan air, dan menghasilkan produk pertanian berkualitas tinggi dalam lingkungan yang terkendali.
Pada pertanian hidroponik, akar tanaman tidak bersentuhan langsung dengan tanah, melainkan berada dalam media pengganti seperti perlit, pasir, atau arang, yang membantu menopang akar serta menyimpan air dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Sebagai pengganti tanah, media ini tidak hanya memberikan dukungan fisik, tetapi juga menyediakan ruang untuk akar tanaman agar dapat menyerap air dan unsur hara secara optimal.
Di Indonesia, pertanian hidroponik semakin dikenal sebagai solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan, khususnya di daerah perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan. Banyak petani urban dan komunitas hijau mulai mengadopsi teknologi ini di pekarangan rumah mereka, mengingat kebutuhan akan pangan yang semakin meningkat dan ruang yang terbatas. Selain itu, pertanian hidroponik juga dapat menjadi alternatif yang menjanjikan untuk meningkatkan produktivitas pertanian di daerah-daerah dengan kondisi tanah yang kurang subur.
Para siswa akan merasakan pengalaman langsung dalam berinteraksi dengan teknologi pertanian terkini dan mendapatka inspirasi untuk terlibat dalam praktik pertanian hidroponik di masa depan, menciptakan kolaborasi yang saling menguntungkan antara pendidikan dan praktisi pertanian. Selain itu, PT Otsuka Indonesia juga ikut mendukung berbagai komunitas, termasuk Kampung Hidroponik Lawang. Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), PT Otsuka Indonesia memberikan bantuan teknis, pembiayaan, dan pelatihan kepada petani hidroponik lokal.
 Hal ini juga berdampak pada produktivitas pertanian dan pengembangan ekonomi lokal, serta kesejahteraan masyarakat. Harapannya, teknik hidroponik ini dapat digunakan secara merata hingga ke elemen terkecil masyarakat, agar efisiensi, ketersediaan pangan, kestabilan ekonomi dan pertumbuhan sektor pertanian semakin baik dan teratur.
Perlu diketahui bahwa penggunaan sistem hidroponik merupakan penggunaan sistem yang ramah lingkungan. Salah satu contohnya adalah penggunaan sensor dan kontrol otomatis dalam monitoring, serta pengaturan lingkungan pertumbuhan tanaman. Dengan penggunaan yang melibatkan basis teknologi maju, ini akan menjadikan efisiensi dan kemudahan dalam mengendalikan sektor pertanian jauh lebih baik dan mempersingkat waktu tentunya.Â
Ada pula penggunaan pada teknologi drone yang juga digunakan untuk pemantauan pertanian secara luas dan efisien pula. Sistem aerasi dan pemompaan nutrisi otomatis juga menjadi bagian penting dalam meningkatkan efisiensi pertanian hidroponik.
Kunjungan siswa ke Kampung Hidroponik Lawang juga memberikan dampak positif dalam aspek sosial budaya. Tentunya, para siswa akan lebih memahami kehidupan masyarakat pedalaman dan nilai-nilai budaya lokal. Dengan demikian, kunjungan ini tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang berharga, tetapi juga memperkaya wawasan sosial budaya para siswa.Â
Output yang dihasilkn ialah beberapa sektor pertanian, usaha mikro kecil dan menengah, komunitas masyarakat, serta kader-kader yang berkontribusi untuk pertanian ini akan lebih tersorot dan mengenal berbagai macam bentuk sistem, inovasi baru, dan cara baru untuk kemajuan pertanian hidroponik.