Mohon tunggu...
kim ka
kim ka Mohon Tunggu... -

zzzz

Selanjutnya

Tutup

Politik

Awas Ditipu Demokrasi Lagi!

26 April 2014   00:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu caleg 2014 sudah usai, meski di beberapa daerah terjadi pengulangan pemilu. Episode caleg sudah, episode capres berikutnya. Dengan calon-calon yang mulai sedikit banyak diwarnai wajah baru tapi tetap di partai politik seperti yang lalu-lau, adakah akan terjadi perubahan yang sebenarnya? Perubahan yang tidak sekedar ganti wajah, tapi pergantian “nasib nyata yang adil dan makmur”.  Tidak hanya perubahan secara fisik-ekonomi, tapi nonfisik moralitas juga. Sebagai bagian dari masyarakat, sebenarnya sudah ga peduli dengan wajah-wajah dan janji-janji para calon, dan sudah siap jika di PHP-in calon terpilih, termasuk capres mendatang...

Ini bukan sikap putus asa, tapi justru karena sangat memaklumi akan nasib yang pasti 100% menderita di bawah Sistem hidup demokrasi. Ini bagi masyarkat kecil, tapi bagi masyarkat kelas atas, mungki Demokrasi sebaliknya, selalu menjanjikan pundi-pundi uang. Jadilah dalam Demokrasi, yang miskin semakin miskin, sedangkan yang kaya semakin kaya saja.  Selama Hidup manusia ditundukkan kepada Aturan Hidup (bukan aturan sains-teknologi ya) manusia yang lain, maka selama itu, akan terjadi ketidakadilan di muka bumi. Mengapa?

Inilah yang sebenarnya sudah diperingatkan Alloh SWT, bahwa secara fithrah (asal susulnya), ketika manusia menjadi “Tuhan” atas manusia yang lain, maka ketidakadilan dan penderitaan akan menimpa sebagian besar manusia. Dan inilah sesungguhnya Demokrasi. Dia adalah sebuah Sistem Hidup , bukan masalah sekedar sains-teknologi.

Di negara yang menganut Sistem Demokrasi, dengan beragam wajahnya, berarti negara tersebut adalah negara sekuler, yang tidak akan pernah ada “keharusan” negaranya berlandaskan aturan Tuhan, Allah Ta’ala. Negara itu bebas memilih aturan bagi negaranya dari mana, dari manusiakah atau bisa pula dari Tuhankah. Jadi, Demokrasi memberikan posisi baru bagi manusia sebagai “Tuhan” nya manusia dan bahkan Tuhanya Alloh Ta’ala karena Aturan Alloh harus minta ijin manusia dulu jika mau diterapkan. Sungguh keterlaluan Demokrasi ini! Jelas Syirik!

Wahai para pembaca, apakah layak manusia biasa mengatur Cara hidup manusia (makhluk-pen.) lain? Tidakkah ia hanya manusia biasa yang lemah, yang terbatas, yang bahkan untuk memahami yang terbaik bagi dirinya sendiri saja dia tidak mampu? Bukankah suatu kebodohan bagi manusia juga ketika “Menuhankan” sesamanya yang lain?

Sehingga, dapatlah sebenarnya para pembaca simpulkan dengan akal sehat kita, selama negara ini hanya fokus kepada perubahan Rezim, perubahan Para Pejabatnya, yang akan timbul hanyalah kekecewaan dan kekecewaan yang terus-menerus, karena ketidakberdayaan para Pejabat itu memahami apalagi mengobati setiap masalah yang timbul di masyarakat yang sejatinya adalah penyakit yang butuh segera diobati dengan cara benar, yakni cara Alloh Sang Pencipta!

Jika bukan dengan sekuler-Demokrasi, adakah  sistem Hidup yang benar? Kebenaran adalah hanya milik Tuhan Semesta Alam, yakni Allah Ta’ala. Untuk itulah, manusia butuh Wahyu yang bisa manusia pahami dari wahyu tersebut apa saja keputusan/Aturan Alloh atas semua bentuk tingkah laku manusia, termasuk perbuatan bermasyarakat-bernegara.  Jika yang diambil adalah bener-benar Wahyu, maka sudah dipastikan aturan yang ada di wahyu tersebut sudah sangat lengkap, bisa menjawab setiap problematika manusia, kapan pun- dimana pun-dan dalam bentuk apapun. Itulah bukti sebenar-benarnya kebenaran atas Wahyu sebagai sumber Hukum tersebut.

Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui tentang hakikat seluruh makhluk-Nya telah menetapkan bahwa manusia harus terikat dengan Syari’at-Nya seluruhnya, dari syari’at individual, keluarga, bertetangga, sampai bermasyarkat-bernegara. Adapun selain syari’at individual, sungguh syari’at-Nya bersifat umum mengikat manusia tanpa memandang SARA. Tapi tidak ada kekhawatiran atas pemeluk agama selain Islam, karena Syari’at-Nya tidaklah bersifat memaksa untuk memeluk agama dan beribadah ataaupun memaksa melarang jenis makanan dan pakaian.

Tapi bagaimana menegakkan syari’at Alloh yang begitu sudah lengkap mengatur semua urusan manusia tersebut? Cukupkah diserahkan individu ? atau keluarga? Atau barangkali yang penting se- RT saja? Karena syari’at Islam mencangkup semua dimensi dari individu, keluarga, masyarkat dan negara, akan sangat mustahil dan justru sangat tidak manusiawi ketika semua tanggung jawab penerapan syari’at itu diserahkan kepada tiap RT atau keluarga apalagi tiap individu. Dan lagi, hal ini malah akan bertentangan dengan firman Alloh sendiri yang artinya, “Alloh tidak membebankan seseorang kecuali sesuai kesanggupannya” (TQS. Al Baqarah: 286). Hal ini tentu mustahil bagi Alloh Ta’ala yang Maha Benar.

Sebenarnya inilah bukti kasih sayang Alloh Ta’ala. Di dalam syari’at-Nya, Alloh sudah mengatur bahwa untuk menegakkan seluruh syari’at-Nya harus ada Kekuasaan (Negara) yang mau menerapkan seluruh syar’at. Negara yang mau mengembalikan semua sumber hukum yang dilahirkan hanya dari al-Qu’an maupun as Sunnah. Inilah sebenarnya Khilafah, yakni Negara yang dasar negaranya adalah hanya Al-Qur’an dan as Sunnah.

Seperti kata seorang ulama, kurang lebihnya sbb:  “Agama dan Negara adalah seperti Saudara kandung. Negara tanpa agama  seperti bangunan tanpa pondasi, dia akan roboh. Sedangkan agama tanpa negara seperti bangunan tanpa tiang, dia akan Hancur. Agama adalah dasar, Negara adalah Penjaganya”.

Dengan sumber hukum dari al Qur’an dan as Sunnah, pemahaman politik dan kontrol aktivitas Negara sangat bisa untuk segera dipahami dan dilakukan seluruh rakyat. Tidak seperti sekarang, bahkan untuk memahami satu kebijakan saja mungkin hanya bisa dilakukan ahli politik.

Solusi ideologi Komunisme-sosialisme terbukti telah gagal, solusi Sekulerisme-Kapitalisme sekarang sangat jelas terbukti gagal dan malah semakin menumpuk-numpuk masalah, saatnyakita dan seluruh  para pembaca menengok kepada solusi Syari’ah dan Khilafah yang hanya bersumber dari Wahyu Sang Pencipta Seluruh Alam Semesta. Insya Alloh akan menjadi negara yang berkah di langit dan di bumi!

Jadi, AWAS DITIPU DEMOKRASI LAGI....!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun