Mohon tunggu...
Resti Nuraeni
Resti Nuraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Siliwangi

Personality : INTJ-T

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Hallyu Wave Terhadap Gaya Hidup dan Moral Remaja Indonesia

6 Desember 2023   05:53 Diperbarui: 6 Desember 2023   05:57 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang tidak pernah lepas dari globalisasi. Sebagai salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak di dunia sejumlah 167 juta pengguna di tahun 2023, masyarakat Indonesia tidak pernah luput dari perkembangan dan perubahan yang tersebar di media sosial. Segala bentuk informasi tiap harinya masuk dan keluar melalui gadget yang kita pakai. Sementara pengguna gadget saat ini didominasi oleh usia remaja, yang mana umumnya pada usia tersebut merupakan fase dimana manusia membentuk jati dirinya. Tontonan yang berlalu lalang di media sosial kini menjadi tuntunan bagi remaja yang menontonnya. Tak sedikit dari mereka berlomba-lomba agar mampu menjadi seperti apa yang mereka sukai di sana.

Dari media sosial, saat ini remaja Indonesia sedang dimabukkan dengan budaya korea yang biasa dikenal juga dengan fenomena Korean Wave. Korean Wave ini merupakan terjemahan dari Hallyu yang artinya "arus Han". "Han" yang mengacu pada hangkuk atau Korea sedangkan "arus" yang berarti aliran. Hallyu Wave adalah fenomena global yang mengacu pada penyebaran budaya pop Korea (K-pop) dan budaya populer Korea lainnya ke seluruh dunia. Fenomena ini dimulai pada tahun 1990-an dan telah menjadi kekuatan yang semakin kuat dalam industri hiburan global. 

Hallyu wave telah berdampak signifikan pada budaya pop di seluruh dunia. K-pop telah menjadi genre musik yang populer saat ini, dan K-drama telah menjadi salah satu genre televisi yang paling banyak ditonton di dunia termasuk Indonesia. Hallyu wave juga telah mendorong minat yang meningkat pada budaya Korea lainnya, seperti makanan, fashion, dan bahasa. Namun, pada umumnya masyarakat belum mengetahui apakah fenomena ini memiliki dampak yang positif bagi remaja atau justru sebaliknya.

Pada kenyataannya, Hallyu Wave membawa pengikutnya pada suatu ruang candu yang menuntun mereka untuk mengenali, menghafal, dan mengikuti. Sampai pada akhirnya mereka melupakan jadi diri sebagai bangsa Indonesia. Kebudayaan lokal akan semakin terbengkalai, Bahasa Indonesia tidak lagi berestetika di telinga pemuda, dan pakaian sudah bukan menjadi identitas bangsa yang berbudaya. Kelak budaya orang kita agung-agungkan manakala budaya Indonesia sudah dilupakan. Pemuda saat ini hilang peran, budaya aslinya tidak lagi terpancar.

Kebudayaan yang baru jauh dan tidak sesuai dengan negara Indonesia, juga tidak menggambarkan negara Indonesia adalah sebagai negara Islam serta berasas pada Ketuhanan yang Maha Esa. Dapat kita ketahui bahwa budaya K-Pop tersebar dari penggunaan media sosial yang terus berkembang, karena K-Pop ini sedang memuncak dan banyak remaja yang penasaran hingga kemudian mencari tahu dan akhirnya menyukai bahkan mengikuti budaya mereka. Adapun budaya K-Pop ini menyebar dari mulut ke mulut, seperti pengaruh dari teman dekat atau teman sebaya. Hallyu Wave memberikan tontonan-tontonan yang menarik minat remaja melalui Korean Drama, Korean Pop Music, bahasa, dan gaya berpakaian para idol.

Korean Drama menyajikan alur cerita dan genre yang beragam. Tiap bulannya industri perfilman Korea selalu berhasil meluncurkan banyak judul drama yang menargetkan pasar global hingga mampu tembus ke Indonesia. Bahkan, banyak diantaranya judul film yang berhasil di-remake Indonesia, seperti Miracle in Cell No. 7, My Sassy Girl, Sunny, The World of The Married, dan lainnya. Akan tetapi pada dasarnya drama korea menyajikan sedemikian rupa budaya negara ginseng tersebut, yang jelas jauh berbeda dengan budaya Indonesia dan pastinya syariat Islam. Sangat lumrah dalam drama korea, kisah remaja digambarkan dengan masa-masa penuh kebebasan. 

Di usia dua puluh tahun, seseorang sudah berkenalan dengan alkohol dan minuman keras. Sementara kisah romansa dalam drama Korea tidak akan jauh dari scene berpelukan, berpegangan tangan, bahkan lebih dari itu. Hal-hal tersebut bukanlah hal aneh di sana, sebab pada kenyataannya seperti itulah budaya Korea. Namun, Indonesia memiliki budaya dan norma yang tidak serupa. Adegan-adegan romantis dalam drama korea bukan hal yang pantas dilakukan oleh siapapun dalam usia berapapun di tempat umum. Begitu pula dengan minuman keras yang jelas diharamkan dalam ajaran Agama Islam. Remaja saat ini mulai mengenal perilaku-perilaku barat tersebut karena tontonan yang biasa mereka tonton menjadi tuntunan.

Indonesia memiliki cara berpakaian yang sopan dipandang, tertutup apabila sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan, para idola K-Pop berbusana terbuka dan tidak terikat aturan. Bahu terpampang jelas, perut dan kaki menjadi tontonan bebas. Dapat kita lihat saat ini cara berpakaian seperti itu sudah marak di Indonesia. Begitu pula dengan bahasa. Banyak orang yang senang mempelajari bahasa asing termasuk Bahasa Korea, namun kenyataannya ada saja penyalahgunaan bahasa asing di negara kita. Pada umumnya remaja saat ini mulai menggunakan bahasa asing termasuk bahasa Korea untuk memaki dan bersumpah serapah dengan gaya yang berbeda.

Terakhir, dampak Hallyu Wave yang cukup signifikan adalah meningkatnya sikap konsumtif masyarakat. Hal ini terutama terlihat di kalangan remaja dan dewasa muda yang menjadi penggemar K-Pop dan K-Drama. Ada beberapa faktor yang menyebabkan budaya Korea mendorong sikap konsumtif masyarakat. Pertama, budaya Korea menampilkan gaya hidup yang glamor dan mewah. Hal ini terlihat dari penampilan para idol K-Pop dan aktor K-Drama yang selalu tampil modis dan berkelas. Gaya hidup ini kemudian menjadi panutan bagi para penggemarnya, yang kemudian berusaha untuk menirunya. Kedua, budaya Korea mempromosikan produk-produk yang identik dengan budaya tersebut. 

Produk-produk ini, seperti album K-Pop, merchandise K-Pop, dan produk kecantikan Korea, sering kali dibanderol dengan harga yang cukup mahal. Namun, hal ini tidak menjadi hambatan bagi para penggemarnya untuk membelinya. Ketiga, budaya Korea menciptakan rasa kebersamaan dan identitas di kalangan penggemarnya. Para penggemar K-Pop dan K-Drama sering kali berkumpul untuk menonton konser, berdiskusi tentang idola mereka, atau sekadar berbagi informasi tentang budaya Korea. Rasa kebersamaan ini kemudian mendorong para penggemar untuk membeli produk-produk yang identik dengan budaya Korea sebagai bentuk ekspresi identitas mereka.

Menurut hadits HR. Abu Dawud, dijelaskan bahwa "Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongannya." Sementara para idola Korea di sana adalah orang kafir yang bahkan banyak di antaranya tidak mempercayai adanya Tuhan. Oleh karena itu, penting bagi remaja muslim untuk memiliki solusi yang tepat dalam menghadapi budaya Korea. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun