Mohon tunggu...
Muhamad Fadhli Hafizh
Muhamad Fadhli Hafizh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

independent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Seorang Prajurit TNI yang Menjadi Qori

19 April 2022   02:02 Diperbarui: 19 April 2022   02:04 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) adalah bagian dari pasukan elite Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) yang banyak disegani karena keahliannya. Komando Utama Tempur yang kerap disebut sebagai 'pasukan baret merah' ini dikenal dengan geraknya yang gesit di medan tempur, keahlian menembak, pengintaian, hingga antiterror

Akan tetapi dibalik kemampuan yang dimiliki selayaknya anggota Kopassus ada hal yang lebih menarik lagi yaitu melantunkan ayat suci alquran Bahkan ada yang sampai menjadi qori terbaik .

 Sersan Mayor Maksum Namanya merupakan prajurit bintara pangkat ketiga dalam kemiliteran Indonesia yang berdinas di Pembinaan Mental (Bintal) Kopassus Cijantung Jakarta Timur.  Keseharian Pria asal Lombok itu bertugas di Pembinaan Mental (Bintal) Kopassus Cijantung, Jakarta timur sejak 2015 sampai sekarang. hingga saat ini beliau menjadi  muadzin di Masjid Nur At Taqwa dan pengurus DKM.

" Sejak kecil, Dulu kadang-kadang kita belajarnya dari masjid-masjid, dari Musala ke Musala waktu dulu. Alhamdulillah saya sudah bisa baca Quran itu sebelum masuk SD.

" Cuma benar tidaknya kita waktu itu belum tahu karena belum dikenalkan namanya ilmu tajwid. Setelah saya SMP kelas 2, baru diajari ilmu tajwid. Ilmu tajwid itu kan ilmu yang mempelajari tentang tata cara membaca Quran yang baik dan benar. Setelah kita pahami bacaan Quran sesuai dengan ilmu tajwid, guru saya berpesan agar dipraktikkan sehingga ilmu yang didapat itu tidak hilang dan Alhamdulillah ilmu yang diajari guru saya itu tidak pernah hilang".

Mempunyai cita-cita dulu saat SD dan SMP ingin jadi guru dan anggota dewan akan tetapi  ekonomi keluarga tidak mendukung beliau beralih Ingin menjadi TNI Alasan Beliau Memilih Tni sebagai Cita cita ialah Pekerjaan yang paling cepat untuk menjadi pegawai negeri dengan risiko pendidikan yang mungkin sakit dan sebagainya tapi itu memang salah satu cobaan dan rintangan yang harus dilawan kalau ingin berhasil.

Serma Maksum bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1996. Beliau mulai belajar menjadi seorang qori atau pelantun Ayat Suci Alquran mulai tahun 1999 -2001. Akan tetapi dibalik cita citanya yang ingin menjadi TNI sejak kecil cita-cita beliau itu ingin menjadi Qori.

 " Saya tertarik itu karena begini, kalau kita sudah bisa tilawatil quran, nanti kaitannya dengan kita menjadi imam salat, kaitannya dengan baca shalawat, karena itu semua kaitannya sudah dengan seni, pasti enak didengar. "Biasanya di kampung-kampung itu kalau sudah bisa tilawatil quran, sering dipakai tenaganya sama masyarakat, sering diundang sama masyarakat, sehingga sedikit tidak kita bisa dikenal masyarakat lewat tilawatil quran" .

" Saya dengar benar-benar, sampai saya punya angan-angan, ya Allah saya kepingin bisa baca Quran sampai seperti ini. Cuma waktu itu kita mau belajar susah, karena nyari gurunya susah. Makanya salah satunya cara untuk saya belajar dengan menggunakan kaset beliau, dan Alhamdulillah, setelah bisa, bahkan sering manggung bareng ".

" Kita mungkin tidak hafal beliau-beliau yang mengenal kita, tapi beliau-beliau insyaallah hafal kepada kita. Dan itu, ternyata Allah buktikan juga, meskipun saya seorang TNI, di samping kita dinas, ada waktu diundang mengisi acara " . " Dengan itu juga Alhamdulillah kita bisa kenal para Habib, Kiai, sampai-sampai dulu kita kenal Kiai Haji Zainudin MZ, Kiai Jefri al-buchori juga sering manggung bareng bahkan Qori legendaris kita Kiai Haji Muammar sering juga manggung bareng beliau.

" Itu merupakan bukti yang Allah tunjukkan pada saya punya kemampuan atau hidayah dari Allah lewat Tilawatil Quran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun