Mohon tunggu...
Syafitri Rizka Maharani
Syafitri Rizka Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Undergraduate Statistics student at Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Perkembangan Big Data Di Era Digital: Manfaatnya pada aspek kehidupan lainnya

7 Januari 2025   20:29 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:29 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pemanfaatan Big Data (Sumber: media.gettyimages.com  )

Menurut IDC, dunia menghasilkan lebih dari 64 zettabyte data pada tahun 2020---setara dengan 64 triliun gigabyte! Sumber data utamanya dapat berasal dari media sosial; Data dari platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, transaksi e-commerce; Pembelian, pencarian produk, dan ulasan konsumen, hingga sensor IoT; Data dari perangkat pintar seperti jam tangan pintar, rumah pintar, dan kendaraan otonom. Di era sekarang, data ini menjadi bahan bakar utama yang menggerakkan transformasi digital karena perusahaan maupun institusi dapat memanfaatkan big data dalam perkembangan teknologi ini untuk pengambilan keputusan yang lebih cerdas.

Big data adalah istilah yang diberikan pada kumpulan data yang berukuran sangat besar dan kompleks, sehingga tidak memungkinkan untuk diproses menggunakan perangkat pengelola database konvensional ataupun aplikasi pemroses data lainnya (Yulismah, 2023) karena volume, variasi, dan kecepatannya yang luar biasa.

Big data tidak hanya tentang pengolaan data, tetapi juga tentang bagaimana data tersebut dapat menghasilkan informasi yang berharga. Algiritma machine learning dan AI contohnya, yang memanfaatkan dataset besar untuk memprediksi perilaku konsumen yang dapat digunakan untuk merekomendaasikan sesuatu berdasarkan pola kebiasaan konsumen, deteksi penipuan, dan pengopimalan logistik.

Adopsi Big Data di Berbagai Bidang:

Sektor Kesehatan

Contohnya pengadopsian Big Data selama pandemi COVID-19 yang menunjukkan bagaimana teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam mengatasi tantangan global, membantu pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat dalam mengatasi berbagai tantangan.

Pada aspek pemantauan dan Pelacakan Penyebaran Virus, teknologi yang digunakan pada saat itu seperti Peduli Lindungi di Indonesia dan analisis data geolokasi dari ponsel. Alat-alat tersebut berguna untuk mengidentifikasi klaster penyebaran dan memantau zona risiko tinggi untuk intervensi lebih dini. Lalu ada aspek prediksi penyebaran virus, teknologi yang digunakan adalah model matematika berbasis Big Data untuk memproyeksikan penyebaran virus dan diperlukan data yang dianalisis, seperti laporan kasus harian, data perjalanan, kepadatan penduduk, gunanya untuk membantu pemerintah dan organisasi kesehatan untuk merancang strategi pengurangan risiko bencana dan memproyeksikan kebutuhan fasilitas kesehatan seperti ICU dan ventilator. Big Data dari media sosial juga digunakan untuk mengukur kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.

Teknologi bioinformatika yang berbasis Big Data juga memungkinkan analisis cepat dari genom SARS-CoV-2 yang berukuran sekitar 29,9 kb. Dengan membandingkan data sekuens virus secara global, ilmuwan dapat mengidentifikasi variasi genetik yang signifikan, seperti mutasi pada protein spike, yang berperan penting dalam penyebaran dan virulensi virus. The current COVID-19 pandemic has underscored the need to develop more efficient and accurate machine learning (ML)-based prediction algorithms for the rapid identification of therapeutic peptides against severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) (Balachandran Manavalan, Shaherin Basith, and Gwang Lee, 2022).

Pemanfaatan Big Data dan machine learning menunjukkan efektivitas teknologi canggih dalam merespons tantangan kesehatan global. Selain mempercepat penelitian, pendekatan ini juga membantu memahami dinamika virus untuk pengembangan strategi mitigasi yang lebih baik. Given the reported success of machine learning (ML) in virtual drug screening, it is warranted as a promising approach to identify potential SARSCoV-2 inhibitors (Marim Elkashlan, Rahaf M. Ahmad, Malak Hajar, Fatma Al Jasmi , Juan Manuel Corchado, Nurul Athirah Nasarudin, and Mohd Saberi Mohamad, 2023). Selain itu, penggunaan data pasien juga dapat mengdianosis penyakit dan cara mengobatinya. Menurut artikel Acceldata, di industri kesehatan, institusi seperti Kaiser Permanente menghemat lebih dari $1 miliar dengan mengintegrasikan Electronic Health Records (EHRs) dengan analisis prediktif, meningkatkan hasil penyakit kardiovaskular, dan memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih baik

Sektor Bisnis dan Pemasaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun