Mohon tunggu...
Merupakan Cahaya
Merupakan Cahaya Mohon Tunggu... -

Umur panjang tanpa makna adalah sampah! http://merupakancahaya-kediriansastra.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Salam Jumpa Lagi

3 Oktober 2011   08:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:23 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama juga saya gak buka laman ini. Banyak yang mesti kupelajari selama saya "meninggalkan" nya. Kawan-kawan yang setia menulis disini begitu intens dalam mengemukakan penafsirannya terhadap realita. Setidaknya ada yang masih berkesempatan waktu maupun pikiran untuk melakukan hal tersebut. Dan yang seperti itu patut disyukuri. Karena tidak semua orang bisa melakukannya, seperti kawan-kawan lakukan. Sebagian besar mereka kurang mempunyai kans atau kesempatan. Problema hidup yang makin gila dan ketidakpastian tatanan yang ada untuk menuju apa yang dicita-citakan, yaitu kenyamanan dalam ber-kehidupan.

Jika kita membaca atau menyimak berita-berita yang ada di koran maupun di media cetak, bahkan di media online, tak habis-habisnya kita disuguhi beragam warta yang mengrinyitkan jidat kita. sesuatu yang kita anggap wajar dan kita pegang sebagai budaya timur seolah-olah sudah tercerabut dari bangsa ini. Seperti memaksakan kita untuk bersikap apatis tapi geram tak dapat ditampik, mata-telinga-hati kita dan panca indra yang lainnya seperti orkestra yang kerap mengikuti aba-aba dari seorang dirigen (informasi). Memang kita tidak bisa menolak era keterbuakaan informasi sekarang ini karena memang beginilah tuntutan jamannya. Dan jika menyadari hal semacam itu kita cuma bisa bersikap bagaimana menelaahnya untuk dijadikan sebuah hal yang bersifat kreatif, dalam hal ini kita dapat observasi dengan obyek-obyek permasalahan yang ada menjadi sebuah "disiplin ilmu" yang baik.

Aku memberikan hal ini sekedar menyapa bagi tiap kawan-kawan yang masih merasa perlu untuk berjibaku terhadap kenyataan. Karena kenyataan milik kita, dan kita merupakan bagian dari kenyataan itu. Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun