Mohon tunggu...
087_Avilla Rosa Erica_Psik C
087_Avilla Rosa Erica_Psik C Mohon Tunggu... Perawat - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Trauma Anak: Broken Home dan Kesehatan Mental

7 Desember 2023   15:45 Diperbarui: 7 Desember 2023   15:52 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan mental merupakan aspek yang tak terpisahkan dari kesejahteraan secara keseluruhan. Untuk mencapai kehidupan yang seimbang, penting bagi setiap individu untuk merawat dan memperkuat kesehatan mental mereka. Ini melibatkan kesadaran akan perasaan dan pikiran, serta upaya nyata dalam mengelola stres dan tekanan sehari-hari. Salah satu langkah kunci dalam membangun kesehatan mental adalah dengan mengenali dan menerima emosi. Memahami perasaan yang muncul, baik positif maupun negatif, memungkinkan seseorang untuk merespons dengan lebih bijak. masalah kesehatan mental bisa mengubah cara seseorang dalam mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri.

Masalah kesehatan mental masih sering diabaikan oleh masyarakat. Stigma yang melekat pada masalah kesehatan mental seringkali menjadi penghalang besar bagi individu untuk mencari bantuan atau bahkan mengakui bahwa mereka mengalami kesulitan. Ini menciptakan lingkungan di mana banyak orang yang memerlukan dukungan merasa terisolasi dan tidak dapat berbicara terbuka tentang pengalaman mereka. Ketidakmengertian dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan mental juga turut berperan dalam minimnya perhatian terhadap masalah ini. Banyak orang masih belum memahami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, dan bahwa masalah seperti depresi, kecemasan, atau gangguan makan adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian serius terutama trauma yang dialami oleh anak broken home.

Pada era modern ini, fenomena broken home atau rumah tangga yang terpecah sering kali menyisakan dampak yang signifikan pada kesehatan mental anggota keluarga, terutama pada anak-anak. Kondisi ini terjadi ketika orang tua bercerai atau terpisah, meninggalkan lingkungan yang tidak lagi utuh secara keluarga. Dalam konteks ini, masalah kesehatan mental muncul sebagai aspek yang sering diabaikan dan memerlukan perhatian khusus. Salah satu tantangan utama bagi individu yang berasal dari broken home adalah perasaan kehilangan dan ketidakpastian. Perubahan mendalam dalam dinamika keluarga dapat menciptakan tekanan emosional, kecemasan, dan bahkan depresi pada anak-anak maupun orang dewasa yang terlibat. Anak-anak mungkin merasa terasing, kehilangan dukungan sosial, dan mengalami kesulitan dalam mengatasi perasaan mereka.

Kasus Broken Home seringkali beredar terjadi di lingkungan, saya pernah mendengarkan kasus yang mengejutkan dari teman saya yang mempunyai hubungan keluarga yang tidak sehat atau tidak harmonis dapat berakhir banyak hal bisa stres, depresi, merenung dan trauma yang dialami. Teman saya memiliki trauma yang mendalam akibat perceraian orang tua yang terjadi sejak dia masih menduduki bangku sekolah dasar sering melihat orang tuanya bertengkar setiap hari sampai bahkan terkadang menjadi korban kekerasan verbal dari orang tuanya. Ingatan yang dialami sejak kecil membuat dia takut untuk menjalin hubungan dengan orang lain karna takut akan berakhir sama.

Dampak yang ditimbulkan akibat broken home adalah mempunyai perasaan takut ditinggalkan, Rasa tidak aman muncul karena anak-anak merasa kehilangan fondasi yang dulu dianggap stabil, yaitu keluarga utuh. Mereka mungkin mengalami kekhawatiran tentang siapa yang akan merawat mereka, di mana mereka akan tinggal, dan bagaimana hubungan dengan orang tua akan berubah. Selain itu, anak-anak dapat mengembangkan ketakutan bahwa mereka mungkin diabaikan atau kurang mendapatkan perhatian karena kedua orang tua sibuk menangani konsekuensi perceraian. Selain mempunyai perasaan takut ditinggalkan juga memiliki dampak pesimis dengan hubungan yang menyebabkan anak meragukan keberlanjutan hubungan dan kestabilan dalam hubungan. Mereka mungkin menanamkan pemikiran bahwa hubungan tidak dapat bertahan lama atau bahwa komitmen tidak dapat diandalkan. Pengalaman traumatis seperti perceraian dapat membentuk keyakinan anak bahwa hubungan penuh dengan ketidakpastian dan risiko.

Trauma yang timbul akibat broken home dapat memiliki dampak yang mendalam pada kesehatan mental individu yang terlibat. Namun, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk membantu mereka mengatasi trauma dan memulihkan kesejahteraan psikologis mereka. Pertama-tama, penting untuk mencari dukungan profesional, seperti konselor atau psikolog, yang memiliki pengalaman dalam menangani trauma keluarga. Terapis dapat membantu individu mengeksplorasi dan memproses emosi yang terkait dengan perpisahan keluarga, memberikan wadah aman untuk berbicara, dan membimbing mereka menuju pemulihan. Selain bantuan professional dukungan sosial juga diperlukan seperti dukungan orang terdekat.

Penting untuk diakui bahwa setiap anak menanggapi trauma broken home dengan cara yang unik. Beberapa anak mungkin menunjukkan perubahan perilaku yang dramatis, seperti isolasi diri atau penurunan prestasi akademis, sementara yang lain mungkin menyembunyikan perasaan mereka di balik penampilan yang tampak normal. Untuk membantu anak-anak mengatasi trauma ini, dukungan emosional orang terdekat dan lingkungan sangat penting dan bantuan professional seperti konselor  sangat diperlukan untuk menstabilkan emosi dan mengtasi trauma yang dialami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun