Menurut Kementrian Kesehatan, Tuberculosis atau sering disingkat TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dimana masih menjadi masalah hingga saat ini, terutama pada 22 negara dengan resiko yang tinggi, termasuk Indonesia.
Salah satu bentuk TBC yang lebih kompleks adalah Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO) yakni gejala kebal dengan obat akibat teknik pengobatan yang tidak tepat. Hal ini menjadi isu yang terus meningkat dan mengancam kesehatan masyarakat di seluruh dunia (CONTINUING MEDICAL EDUCATION, t.t.).
Meskipun perkembangan medis yang telah maju dan memungkinkan pasien untuk pulih sepenuhnya, stigma dan deskriminasi terhadap mereka, yang dimana sudah dinyatakan sembuh masih ada di masyarakat. Saya menulis artikel ini untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pasien TBC.
Diskriminasi Terhadap Pasien TBC
Masyarakat seringkali menganggap pasien TBC sebagai penyakit yang gampang menular, sehingga banyak penderita yang merasa dijauhi dan dibedakan. Kasus Ani Herna Sari pada tahun 2011 menjadi contoh yang nyata bagaimana stigma dan diskriminasi terus ada, terutama dalam pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2011, Ani Herna Sari didiagnosis menderita tuberculosis resisten obat (TBC RO). Berdasarkan rekam medis, tercatat bahwa Ani dinyatakan tidak lagi menularkan penyakit, namun tetap saja ia mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya. Ani tidak diberikan ruang persalinan yang memadai, dan anaknya yang lahir prematur juga mengalami perlakuan diskriminatif.
Faktor Penyebab Stigma
Beberapa alasan yang mungkin menyebabkan perlakuan diskriminatif terhadap pasien TBC meliputi :
1) Minimnya pemahaman masyarakat tentang cara penularan TBC, terutama TBC RO.
2) Ketakutan berlebihan terhadap penyakit akibat informasi yang salah atau kesalahpahaman.
3) Kurangnya edukasi tentang kondisi pasien yang telah sembuh.
Dampak Stigma dan Diskriminasi
Berikut adalah dampak yang sering menjadi akibat dari diskriminasi :
1. Psikologis : mengakibatkan pasien merasa rendah diri dan cemas akibat stigma dari masyarakat.
2. Sosial : pasien mengalami kehilangan dukungan dari sekitar, baik dari keluarga maupun teman.
3. Akses Kesehatan : stigma dari lingkungan sekitar membuat pasien enggan mencari perawatan atau fasilitas kesehatan yang tepat.
Pentingnya Edukasi Masyarakat