Program studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mempunyai agenda Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang wajib ditempuh oleh mahasiswa semester 7. Salah satu kegiatan KKL tahun 2024 ini adalah kunjungan ke kantor BRIN (BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL) Cibinong, Bogor, Jawa Barat untuk mencari informasi lengkap tentang awetan kering tanaman (herbarium).
Pengamatan herbarium botani ini dilakukan oleh 12 mahasiswa yang tergabung dalam kelompok 5 dan beranggotakan : Ninit Putry Sagita, Ulya Ananda Putri Febrianti, Auranur Priyanka Rahim, Khusnul Choirunisa, Afifah Ariefka Shahara, Novia Nabila Khairunnisa, Alden Ganendra Madhava Priya Hardianto, Faizal Reva Ramadhan, Olivia Puja Ariyanti, Anita Meilani, Shofiyah Azzahro Tabriz, dan Aulia Prabandaru. Kelompok 5 ini didampingi 1 dosen pembimbing, Dr. Triastuti Rahayu, S.Si, M.Si, dan pemandu dari BRIN.
Kegiatan ini diawali dengan informasi umum tentang pembuatan koleksi herbarium. Pengambilan spesimen herbarium ternyata memerlukan standar tertentu untuk menjamin kualitas dan keawetannya. Ibu Megawati, seorang ahli botani dari BRIN, mengungkapkan bahwa pengambilan spesimen dilakukan dengan proporsi standar, tidak terlalu besar atau kecil. Penting untuk mencatat informasi lapangan seperti habitus, ketinggian pohon, ciri khas awal, serta tanggal pengambilan. “Catatan ini memudahkan penelitian lebih lanjut,” jelasnya. Agar spesimen tetap utuh dan steril, digunakan alkohol sebagai pengawet awal. Spesimen generatif yang diambil pun dipastikan memiliki daun serta bunga atau buah untuk analisis lebih lengkap.
Proses pengeringan (Gambar 1) menjadi langkah penting selanjutnya, seperti dijelaskan oleh Bapak Deden. Pengeringan dilakukan menggunakan oven listrik atau oven arang pada suhu 60-70°C. “Untuk spesimen dengan kadar air rendah, waktu pengeringan hanya sekitar tiga hari dua malam. Namun, untuk spesimen yang basah, bisa memakan waktu hingga sebulan,” paparnya. Penggunaan oven arang menjadi alternatif bila oven listrik mengalami kendala, sehingga proses tetap berjalan efisien.
Setelah pengeringan, spesimen siap menuju proses pengeplakan sesuai standar (Gambar 2), kata Bapak Taufik. Proses ini menggunakan kertas PLA ukuran 43 x 30 cm, lengkap dengan nomor registrasi dan label data spesimen. "Untuk spesimen tipis, ditempelkan menggunakan rami tape, sementara benang dipakai untuk spesimen tebal. Bagian yang terlepas disimpan dalam amplop," tambahnya. Setelah proses pengeplakan, spesimen dimasukkan ke freezer bersuhu -20°C selama seminggu sebelum akhirnya disimpan dalam ruang koleksi.
Setelah proses pengeplakan selesai selanjutnya spesimen herbarium disimpan dalam lemari besi pada ruangan koleksi yang bersuhu 18-21°C. Penyimpanan spesimen herbarium dikelompokkan sesuai tingkatan takson (Gambar 3). Herbarium ini, seperti yang ditegaskan Ibu Mega, menjadi sumber penelitian penting baik bagi peneliti dalam negeri maupun internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H