Mohon tunggu...
Safri Sebastian Sihombing
Safri Sebastian Sihombing Mohon Tunggu... Penulis - Sales-marketing dan Finance Specialist | Writer dan Debater | Social-Economics Researcher

Fonder Forum Debat dan Ilmiah Mahasiswa (FODIM) Unimed, Inisiator Ruang Berbagi 7, Iniator dan Penasehat Himpunan Mahasiswa Paranginan || Penerima Penghargaan Lomba Artikel Blog Kementerian PUPR dan Blog Competition Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi RI 2020 || Penerima Penghargaan Lomba Karya Tulis Ilmiah PT Inalum Persero 2019 || Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan 2019 || Peraih Juara Debat Mahasiswa Tingkat Nasional || Juara 1 Call for Paper UTM Madura dan Finalis Terbaik KBMK Bidang Kasus Pemasaran Kemenristekdikti 2019 || Tidak ada yang dapat mengalahkan ketekunan sekalipun kekuatan dan kejeniusan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pelestarian Sungai Citarum Harum melalui Intalasi Pengolaan Air Limbah (IPAL) dan Penegakan Hukum terhadap Mafia Sungai

29 Mei 2018   22:22 Diperbarui: 29 Mei 2018   23:03 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungai merupakan sumber air utama yang dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sungai mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Sungai diibaratkan sebagai urat nadi dalam tubuh manusia, sementara air mengalir dalam urat nadi tersebut adalah seumpama darah. Tanpa urat nadi darah, tidak mungkin mengirimkan berbagai zat makanan yang dibutuhkan oleh semua bagian tubuh manusia. 

Demikian juga tanpa sungai atau apabila sungai sudah tercemar, maka manusia akan sulit mendapatkan air yang layak, namun juga akan mahal. Ada banyak sungai yang terdapat di Indonesia salah satu diantaranya adalah sungai Citarum yang mengalir dari hulu di daerah Gunung Wayang, di sebelah selatan kota Bandung menuju ke utara dan bermuara di Kerawang. Dengan panjang sekitar 225 kilometer, Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Citarum mengalami sejarah yang tak kalah panjang dan berliku.

Sungai Citarum merupakan sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Citarum mengaliri 12 wilayah administrasi kabupaten/kota dan menyuplai air untuk kehidupan sekitar 28 juta masyarakat yang wilayahnya teraliri sungai tersebut. Dengan panjang sekitar 225km, mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar. Sungai Citarum sejatinya merupakan sumber dari denyut nadi kehidupan yang perlu dirawat dengan baik. 

Namun, bertahun-tahun masalah yang dihadapi belum terselesaikan. Pencemaran sungai melalui limbah terus-menerus terjadi. Padahal daerah perkotaan dengan populasi penduduk yang meledak mengakibatkan sumber air bersih semakin sedikit. Di masa depan sumber daya air akan menghadapi tantangan besar di mana sumber daya air yang tersedia tidak bisa mengimbangi ledakan populasi penduduk. Hal itu berpotensi menimbulkan bencana dan wabah penyakit akibat kurang dan kotornya sumber daya air. Daerah perkotaan dengan pertumbuhan insfratruktur yang cukup besar menyebabkan ketersediaan tanah serapan semakin berkurang. Hal ini membuat kapasitas air bersih yang tersedia juga semakin sedikit.

ss-5b0d6f785e13731765327653.jpg
ss-5b0d6f785e13731765327653.jpg
Gambar 1.2 Ratusan PTN dan swasta akan dilibatkan untuk membersihkan Sungai Citarum melalui kegiatan kuliah kerja nyata (KKN). Foto/Dok SINDOnews.

Kita tahu saat ini sungai citarum mengalami masalah pencemaran yang belum dapat terselesaikan. Banyaknya limbah rumah tangga dan limbah industri yang dibuang ke sungai mengakibatkan air sungai Citarum tercemar dan kotor. Limbah yang ada berupa sampah, kotoran dan zat lainnya yang dapat merusak keasrian sungai. 

Diperkirakn jumlah sampah yang mencemari sungai Citarum ada ribuan ton. Sampah-sampah dan limbah lainnya yang terdapat di sungai Citarum mengakibatkan kemampuan dalam menampung air berkurang dan apa bila kemampuan sungai untuk menampung air berkurang maka hal ini berakibat pada bencana banjir dan timbulnya wabah penyakit.

Ada banyak langkah dan cara yang sudah di realisasikan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengatasi masalah sungai Citarum, namun masalah yang ada belum dapat teratasi. Permasalahan yang dihadapi oleh sungai Citarum saat ini cukup kompleks, hingga penyelesaian sederhana untuk satu bidang atau di lokasi tertentu saja tidak lagi memadai. Untuk itu penanganan Citarum membutuhkan perhatian dan sumbangsih semua pihak untuk ikut membantu, bersama memperbaiki kondisi yang memprihatinkan ini. Mulai dari hulu hingga hilir. Penanganan ini membutuhkan keterpaduan nyaris di seluruh bidang. 

Hal ini membutuhkan kerjasama, tindakan nyata, kordinasi, konsolidasi dan komunikasi intensif di seluruh para pemangku kepentingan; pemerintah, pihak swasta dan masyarakat. Hal ini bukannya tidak mungkin terjadi. Di beberapa tempat, sudah terdapat inisiatif-inisiatif yang positif dilakukan oleh masyarakat. Pembenahan dan pembangunan juga dilakukan oleh instansi pemerintah terkait. Terdapat beberapa kelompok masyarakat di daerah hulu Citarum yang sudah membuat embungembung atau kolam resapan untuk menampung air di musim hujan dan digunakan di musim kemarau. Bahkan masyarakat yang peduli mulai melakukan penanaman pohon, penghijauan, mendaurulang sampah untuk dijadikan barangbarang kerajinan dan pupuk kompos, hingga upaya-upaya pertanian dan perikanan yang lebih ramah lingkungan. Dan masih banyak upaya-upaya lainnya.

Sesungguhnya, air memegang peranan penting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini terbukti dari kilasan sejarah manusia bahwa peradaban manusia dimulai dari selalu berasal dari delta sungai seperti peradaban Sungai Huangho di China, peradaban Sungai Nil di Mesir, peradaban Mesopotamia di delta Sungai Tigris, Irak, dan lainnya. Hal tersebut terus berlanjut hingga sekarang dan kelak di masa depan. Perilaku manusia seperti itu menjadi faktor penentu penyebab terjadinya permasalahan lingkungan, terutama ketersediaan air di Indonesia saat ini.Pada sisi yang lain, sumber permasalahan juga karena ada saham pemerintah yang mempermudah privatisasi terhadap sumber air. Sehingga, hampir setengah mata air di Indonesia justru dieksploitasi oleh perusahaan swasta untuk memproduksi air mineral dalam kemasan.

Sementara itu, kemiskinan berjalan erat dengan ketidakadilan dan kepentingan ekonomi dan politik jangka pendek juga telah memperparah kerusakan alam dan lingkungan.Sejatinya manusia sebagai bagian dari alam seharusnya berusaha menempatkan diri untuk saling mengisi satu sama lain dengan makhluk hidup yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun