Mohon tunggu...
Dhariel Ilham Muhammad
Dhariel Ilham Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi mendaki gunung

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Mengenal Budaya Sinoman yang ada Di Jawa Timur

4 Januari 2025   13:43 Diperbarui: 4 Januari 2025   13:43 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Sinoman adalah sebuah tradisi gotong royong yang dilakukan oleh sebuah kelompok Masyarakat untuk membantu tuan rumah yang sedang menggelar hajatan. Acara hajatan yang biasanya diadakan Sinoman tidak lain adalah seperti acara pernikahan,upacara adat, atau acara-acara sosial yang biasanya diadakan didesa tersebut. Tradisi ini berasal dari Jawa dan telah berkembang dari Sejak abad ke-14.

               Acara Sinoman biasanya dilakukan dari semenjak beberapa hari sebelum acara dimulai para peserta pria disana mulai membantu mengangkat barang, memasang tenda, menyusun panggung, dll. untuk yang Perempuan biasanya membantu di bagian belakang atau dapur dan saat acara telah dimulai mereka bertugas untuk melayani tamu.

               Sinoman juga memiliki manfaat selain dapat membantu tuan rumah untuk membantu melancarkan acaranya hal ini juga dapat meningkatkan kepompakan sosial antar warga yang ada disana sekaligus dapat mengajarkan nilai-nilai gotong royong yang ada. Dengan kita masih melakukan tradisi Sinoman secara tidak langsung kita juga melestarikan budaya dan tradisi zaman dahulu yang masih ada dizaman sekarang

               Dengan berkembangnya kehidupan dizaman sekarang Sinoman semakin sulit dilakukan karena fleksibilitas waktu. Karena diacara sinoman biasanya kita harus berada di tempat acara hampir seharian penuh dari siang sampai malam dan hanya pulang untuk beristirahat dan mandi sebentar lalu Kembali lagi ke lokasi. hal itu pasti membuat para peserta sinoman capek dan tidak bisa bekerja. Berbeda dengan orang dahulu yang mayoritas bekerja sebagai petani disawah, orang zaman dulu mempunyai fleksibilitas waktu yang lebih longgar, berbeda dengan mayoritas pemuda zaman sekarang yang bekerja shift di pabrik ataupun menjadi pegawai dari jam 7 sampai jam 5 sore. Jadi para warga dan tetua adat disana harus memberikan kelonggaran bagi para pekerja pekerja tersebut karena tidak jarang para warga yang tidak mengikuti sosial mendapat hukuman berupa denda maupun sanksi sosial, karena itu kita sebagai manusia yang hidup di era modern harus bisa adaptif dengan budaya-budaya yang ada

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun