Menuntut ilmu bagi semua individu adalah sesuatu yang tidak asing lagi di telinga kita. Para orang tua kita sangat mempedulikan masa depan kita, walaupun kita masih bearda dalam kandungan ataupun umur kita masih balita dengan memikirkan berbagai hal mengenai tempat kita menuntut ilmu, yang biasa kita sebut sekolah. Namun, tempat pertama kita untuk menuntut ilmu adalah di rumah, tidak lain tidak bukan di ajarkan oleh bapak ibu kita dimulai sejak dini atau sebelum kita diamsukkan ke sekolah. Bapak ibu kita akan mengajarkan hal hal yang paling dasar mengenai etika dan bertutur kata yang baik. Yang paling utama bagi umat islam adalah menegnalkan dasar dasar agama islam yang perlu diketahui sejak dini, seperti siapa tuhan yang wajib disembah dalam islam, nama nama nabi, dan sebagainya. Nah, untuk belajar dan mengenalkan Al-Quran kepada anak- anaknya biasanya para orag tua memasukan kita ke TPQ/ TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) untuk belajar dan mengenal alquran dengan lebih baik. Hal ini seperti sudah menjdai budaya keluarga islam di Indonesia. Orang tua kita mempercayakan para pengajar di TPA untuk mengajar kita agar bisa lebih baik dalam membaca Al-Quran, karena mereka dianggap oleh orang tua kita memiliki lebih banyak ilmu tentang alquran. Apalagi bagi umat islam, menuntut ilmu merupakan sesuatu yang wajib baik itu bagi perempuan maupun laki laki. Menuntut ilmu itu tidak pandang gender, tidak hanya laki laki yang boleh menuntut ilmu ataupun sebaliknya. Karena keduanya memiliki kesamaaan derajat. Tentu, kalimat tersebut tidak asing lagi bagi kita. Kalimat ini juga merupakan bunyi salah satu hadis yang berisi kewajiban menuntut ilmu. Belajar Al-Qurajn juga merupakan salah satu bentuk menuntut ilmu, tidak lain tidak bukan karena di dalam Al-Quran mengandung banyak sekali ilmu. Di dalamnya terdapat pengetahuan pengetahuan yang membahas mengenai dunia dan akhirat. Belajar Al-Quran tidak memandang zaman, karena Al-Quran akan berguna untukmu di dunia dan di akhirat, apalagi jika kamu memahami dan mengamalkannya.
Tiga hari sebelum lebaran saya pulang kampung untuk berkumpul bersama keluarga sekaligus lebaran di sana. Dan Kemarin 2 hari sebelum lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah tepatnya tanggal 30 April 2022 Masehi, Saya berkesempatan untuk mewawancarai guru mengaji saya yang mengajari saya ketika SD kelas 1 (satu) sampai dengan kelas 6 (enam) di Desa Campa Kec. Madapangga RT 04 tepatnya selang 2 rumah di samping kanan Masjid Nurul Huda Desa Campa. Nama TPA nya adalah TPA Ar-Rahman Awalnya saya berkesempatan untuk menuntut ilmu di TPA tersebut karena mau ikut ikutan teman saya yang sudah lebih dulu belajar Al-Quran di sana.
Dari wawancara kemarin Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Ar-Rahman ini didirikan sejak tahun 2000, berarti sudah berusia 22 tahun sekarang. Asal muasal nama TPA tersebut merupakan diambil dari asamaul husna, yaitu salah satu dari 99 nama nama baik Allah SWT. Arti dari kata Ar-Rahman ini adalah Maha Pengasih atau Maha Pemurah. Pendiri dari TPA Ar-Rahman ini adalah Sepasang suami istri yang sekarang beumur lebih dari 70 tahun yaiitu Hadijah dan H. Jairin. Keduanya dikaruniai oleh tiga orang anak yang semuanya laki laki. Namun, anak beliau yang terakhir di beri keistimewaan oleh Allah, berbeda dari kedadaan fisik dan mental manusia normal. Tapi diaadalah anak yang sangat rajin solat lima waktu ke masjid dan tepat waktu setiap harinya. Tidak pernah bolong karena alasan kondisi kesehatannya. Dari sini kita belajar bahwa beribadahahlah kepada yang maha kuasa selagi kita diberi kesehatan yang lebih. Jangan pergunakan kesehatan ini untuk hal lain yang merugikan.
Para pelajar yang masuk di TPA ini tidak ada batasan umur, artinya bebas. Tapi, sejak dulu biasanya para pelajar rata rata berusia 6 samapai 7 tahun ketika awal masuk atau setara dengan kelas 1 SD. Lalu berapakah kapasitas maximal penerimaannya?, di TPA Ar-Rahman ini juga tidak ada batas minimal dan batas maximal dalam jumlah penerimaan pelajar Al-Qur'an. Karena anak anak yang belajar mengaji di sana itu tergantung keinginan mereka apakah hari ini pergi belajar Al-Qur'an atau tidak. Artinya tidak dapat di control. Jadi kadang yang datang tiap harinya bervariasi ada yang datang sangat sedikit kemudian hari berikutnya datangnya hampir memenuhi rumah TPA tersebut. Tujuan sepasang suami istri ini mendirikan TPA yaitu untuk membagi ilmu yang mereka miliki dengan cara mengajari anak anak yang ada di desa tersebut. Walaupun Desa Campa adalah desa yang lumayan kecil tapi ada beberapa TPA selain TPA Ar-Rahman salah satunya yaitu TPA Nurul Falah, namun anak anak hanya memilih yang terdekat saja dari rumah mereka.
Untuk biaya mendirikan TPA ini beliau mengaku tidak ada biaya yang di keluarkan. Awal-awal pendirian semua Al-Qur'a dan Rekal (tempat meleteakkan Al-Qur'an ketika di baca) merupakan sumbangan dari pemerintah desa ataupun dari orang-orang dermawan. Tapi ada kebiasaan sejak dulu hingga sekarang dimana kita lebih menyenangkan membawa Al-Quran dan Iqro sendiri agar tidak berebutan dengan yang lain. Biaya masuk di TPA ini yaitu 0 (nol) rupiah. Alias tinggal masuk saja untuk belajar Al-Qur'an. Tapi di tiap bulannya biasanya anak anak akan memberikan yang namanya uang listrik sebesar 2000 sampai 5000 rupiah per anak. Nah, untuk dana dari desa tentu saja ada yang di berikan untuk tiap TPA di Desa Campa. Setiap 3 bulan sekali atau bisa juga 2 kali dalam setahun. Di TPA ini ada 3 orang yang mengajar yaitu sepasang suami Istri pendiri TPA nya dan juga anak kedua mereka yang bernama Muhtar.
Program belajar Al-Qur'an di sini terdiri dari beberapa program. Ada pengenalan huruf Hijaiyah, mengenalkan dan mengajrkan mengenai tajwid dan makhroj huruf, mengenalkan dan mengajarkan hukum dan aturan membaca Al-Qur'an seperti waqaf dan washal.
Senang sedih nya pengajar di TPA ini yaitu senang bisa melihat dan merasakan mengajar anak-anak di sekitar rumah mereka sampai mereka bisa, tidak sia-sia mereka berdedikasi untuk mengajar anak-anak yang rata-rata berusia 6 sampai 13 tahun itu, merupakan salah satu lading pahala bagi mereka. Sedihnya/susahnya ketika anak-anak yang masih keras kepala ketika mengajar karena biasanya sangat aktif (nakal) sehingga mengganggu anak-anak lain, dan juga ketika mengajari anak-anak yang cepat tanggap nya itu kurang. Sehingga harus di jelasi berulang kali dan harus pelan-pelan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H