Jemparingan merupakan olahraga panahan yang sudah ada sejak Kerajaan Mataram dan berasal dari jemparing atau anak panah. Jika panahan modern biasanya dilakukan dengan berdiri, sedangkan jemparingan dilakukan dengan lenggah atau duduk bersila atau bersimpuh bagi perempuan. Pada saat berlatih jemparingan biasanya peserta laki-laki menggunaan surjan lengkap dengan jarik dan ikat kepala, dan untuk perempuan biasanya memakai jarik atau kebaya.
Kalurah Kepuharjo menjadi salah satu Kalurahan yang terus melestarikan jemparingan anak panah tradisional ini. Sasana Warastra Merapi menjadi wadah untuk melestarikan budaya jemparingan ini.Sasana Warastra Merapi berdiri sejak tanggal 27 November 2019 yang didirikan bersama Forum Budaya Kepuharjo sebagai ajang silaturahmi dan koordinasi bagaimana kegiatan budaya yang ada bisa berlangsung di Kalurahan Kepuharjo.
Sasana Warastra Merapi memiliki 20 orang peserta yang rutin mengadakan latihan bersama setiap sore pada hari selasa dan malam sabtu. Alat yang digunakan untuk jemparingan ini terbuat dari kayu dan pada sayap terbuat dari bambu. Sedangkan benang yang digunakan adalah benang senar. Untuk anak panah terbuat dari bambu petung dan bulu menggunakan bulu menthok.
Dalam latihan jeparingan arahkan anak panar ke arah jam satu dan tepat pada sasaran. Saat akan memanah, tarik anak panah dan letakkan jempol pada pelipis dan anak panah ke tengah bibir. Untuk penilaian apa bila tepat pada sasaran yang berwarna merah memperoleh nilai 3 dan jika mengenai warna putih memperoleh nilai 1.
Sasana Warastra Merapi ini merupakan wadah untuk terus dapat melestarikan budaya yang ada agar tidak termakan oleh zaman dan kedepannya dapat menjadi budaya turun temurun untuk generasi berikutnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H