Aku dan kamu
Bilah-bilah bambu yang pernah kita percakapkan
sebagai lantai rumah kita yang paling tahan musim
Menguning, menyimpan kenangan yang sering-sering membuat kita menjenak
Ini serupa mengawetkan ikan-ikan laut
Adakah pernah kau ingat pada suatu musim barat
Rerumpun pandan meyeruakkan wangi yang lalulalang
Kau bilang, inilah wangi beras yang ditanak tanganku yang gemuk
Tangan yang engkau harapkan memegang buku puisi
Membacakanmu haiku jelang lelap
Kamu dan dia
Tapi rupanya Iaselalu tahu kebahagian seringkali pergi sesuka hati
Ia merencanakan agar kau mengenangnya, maka sebelum pergi ia tinggalkan dirimu sesuatu
Serupa wangi, serupa pepuisi, serupa percintaaan yang membuat dirimu bagai usai menengak dua gelas kopi
Padang lamun yang sering ia tapaki sembari menggengam bintang laut
Membawamupada lamunan paling lama
Aku dan kamu
Kota dengan musim dan orang-orang yang berbeda aksen
Mengantarkan kau dan aku pada sebuah penginapan
Di sana kita menyembunyikan tangis dari orang yang lalu lalang
Bantal-bantal yang tebal pandai benar meredam tangismu
Seringkali kubayangkan aku adalah sebuah penginapan di jalan-jalan
Dan kau yang selalu melakukan perjalanan, menemukan diriku dimana saja untuk menginap
“Di dunia ini adakah sepasang kekasih yang bertemu hanya untuk bercinta?”
“Itu tidak betul, kadang-kadang aku mencemaskanmu!”
Dua percakapan jelang tidur dan kita saling memunggungi
Mengungsikan kecemasan-kecemasan yang kita rencanakan
Sayangnya kita memang hanya pandai saling mengenang
Dan aku hanyalah seorang tukang cerita
membutuhkan lelaki sepertimu, Yang suatu musim bisa kutulis
Luwuk 3 Maret 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H