Kita tahu bahwa akhir-akhir ini banyak sekali kasus gangster yang terjadi, pertengahan tahun lalu sempat viral dan meresahkan banyak warga di Yogyakarta mereka menyebut kelompoknya dengan nama klitih dan para anggotanya cenderung masih di bawah umur atau banyak yang masih berstatus pelajar.
Tindakan mereka bisa dikatakan sangat diluar batas karena mereka tidak segan atau bahkan dengan seenaknya membacok orang-orang yang sedang berkendara atau pernah juga kejadian ia mengeroyok sebuah warung kopi dan melakukan pembacokan kepada para costumer di warung tersebut, pernah suatu saat pernah kejadian ia salah sasaran tanpa di ketahui dalam warung yang ia datangi ada beberapa anggota polisi yang sedang berada disana dengan sigap para anggota polisi tersebut mengeluarkan senjata api dan melumpuhkan beberapa anggota gangster tersebut dengan menembaknya di bagian kaki.
Namun dalam akhir-akhir pekan ini fenomena gangster ini kembali meresahkan namun pada kasus kali ini terjadi di Surabaya. Bahkan kasus yang terbaru ini pihak kepolisian berhasil mengamankan belasan anak yang rata-rata masih berusia pelajar dan membawa sajam di sekitar jalan Kenjeran juga Kedung Cowek, akses Suramadu dan sempat kejadian juga di daerah Pakuwon dan sekitarnya. Kejadian yang terjadi di kalangan remaja ini seolah tidak ada habisnya, Eli Prasetyo, M.Psi., selaku ketua pusat pelayanan psikologi universitas katolik widya mandala Surabaya berpendapat, bahwa remaja memiliki sebuah kekhasan dalam emosinya yang cenderung tidak stabil dan sedang berusaha mencari jadi dirinya.
Tak hanya itu, beliau juga mengatakan jika para remaja sedang dalam masa konformitasi. "misalnya ada suatu hal yang bisa dibilang mengganggu mereka, apalagi menyangkut masalah kelompok, mereka dalam artian para remaja ini akan mati-matian membela kelompoknya bagaimanapun caranya. Sehingga roda seperti ini akan terus-terusan ada." Ujar Eli.
Nah yang menjadi sebuah pertanyaan apakah pola asuh orang tua sangat penting dalam sebuah perkembangan pola pikir anak tersebut?. Pada dasarnya semua tindakan ataupun perilaku yang di lakukan oleh para anak memiliki beberapa faktor yang memicunya mulai dari faktor internal maupun faktor eksternal. Dari faktor internal sendiri tentunya pola asuh orang tua pada si anak tersebut terutama kalau si anak sudah memasuki masa remaja yang dimana pada masa tersebut adalah dimana mereka benar-benar sedang mencari jadi diri mereka maka dari itu peran orang tua dalam mengasuh anak sangat dibutuhkan pada masa pertumbuhan mereka.Â
Kata Adang selaku salah seorang psikolog, ketika keluarga terutama orang tua selalu hadir saat dibutuhkan, ikut mengarahkan, banyak berdiskusi, dan hubungannya baik dengan anak, maka harga diri anak tersebut akan terbentuk baik dan identitas dirinya terbangun dan cenderung akan lebih kea rah positif karena mendapat pengawasan penuh dari kedua orang tua mereka.
Dan apabila pada fase ini pola asuh yang di berikan orang tua pada anak di rasa salah tentu akan membuat kepribadian anak menjadi kurang dan bisa saja melakukan tindakan criminal seperti ini karena setelah para pelaku tertangkap dan diidentifikasi kebanyakan dari mereka adalah para remaja yang kurang mendapat perhatian dari para orang tuanya ada yang kedua orang tunya sudah bercerai sehingga ia ikut dengan nenek atau sodaranya nah tentunya dari kurangnya perhatian dari kedua orang tua mereka membuat perilaku mereka tidak terbentuk dengan baik dan justru malah akan terpengaruh oleh faktor kedua ini yakni faktor lingkungan.
Nah selain selain dari faktor pola asuh orangtua pada anak yang cukup penting faktor lingkungan ini juga dapat membuat anak atau remaja melakukan tidakan criminal berupa begal, gangster, tawuran dan tindak criminal lainnya. Nah disetiap lingkungan atau tempat main, remaja pasti memiliki sebuah norma sendiri.Â
Sebagai contohnya, di lingkungan tempatnya bergaul, berkumpul bersama di warung kopi, klub, basecamp tempat mereka sering berkupul maupun yang bersifat jelek seperti memakai narkoba hingga terlibat dalam anggota gangster merupakan hal yang harus dilakukan para remaja tersebut. Namun sekali lagi, jika pola asuh yang dilakukan orang tua sudah tepat, anak atau remaja tersebut tidak akan terpengaruh dengan lingkungan yang buruk itu karena identitas yang sudah perbentuk pada dirinya.
Berbeda dengan anak yang mendapat pola asuh yang buruk dari keluarganya. Mereka akan gampang terpengaruh perilaku buruk itu, entah karena hanya ingin mencari jati diri, gengsi atau rasa tidak enak untuk menolak ajakan hanya untuk tetap memiliki teman. Karena pada dasarnya identitas mereka belum terbentuk maka mereka membentuknya sendiri dengan cara mereka sendiri namun yang dilakukannya menyimpang.
Maka dari itu pola asuh orang tua terhadap anak adalah sebuah faktor yang sangat berpengaruh atau sangat penting bagi pola tumbuh dan perkembang si anak atau remaja tersebut karena ibaratnya kita sedang mambuat kue apabila adonan yang kita buat itu dibuat dengan bahan-bahan pilihan dang memang sudah terjamin kualitasnya maka tentu kue yang kita hasilkan nanyinya juga menghasilkan sebuah kue yang enak.