Mohon tunggu...
FINA DESY FITRIANI
FINA DESY FITRIANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

ARTIKEL

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengajaran Seni Tari Mayang Rontek Guna Melestarikan Budaya pada Siswa SD di Mojokerto

13 Mei 2024   08:00 Diperbarui: 24 Mei 2024   19:30 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis: Ima Wahyu Putri Utami, S.Pd., M.Pd, Nur Alifa Niswatun Insiyah, Fina Desy Fitriani

Nilai-nilai yang berkembang pada masyarakat Mojokerto banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya kerajaan Majapahit, dan bentuk budaya yang dihasilkan mencerminkan budaya Majapahit. Seiring berkembangnya zaman, selalu ada wujud perubahan yang  tidak lepas dari kesatuan, hal ini merupakan pengaruh tuntutan budaya pada era global. Apabila suatu bentuk kesenian tidak mengalami perubahan, atau tidak terjadi perubahan pada nilai-nilai budaya lokal, maka dapat dikatakan bahwa kesenian tersebut mempunyai akar yang  sangat kuat. Namun  saat ini, segala bentuk seni dan nilai budaya lokal terus berubah dan bertransformasi mengikuti perkembangan zaman.

Keanekaragaman budaya menimbulkan ciri-ciri yang menentukan daerah dan identitas pribadi pencipta dan penarinya. Sebagaimana diungkapkan Wahyudiyanto dalam Sedyawati, "tari merupakan ekspresi kebudayaan" (Wahyudiyanto, 2008: 99). Setiap daerah budaya menyuguhkan tarian-tarian yang memiliki keunikan sesuai dengan  budaya asalnya. Oleh karena itu, tari tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakatnya. Kabupaten Mojokerto merupakan wilayah ibu kota Majapahit atau lebih tepatnya dikenal dengan  Kecamatan Trowulan. Masih banyak peninggalan  Kerajaan Majapahit yang  masih dilestarikan oleh pemerintah setempat dan dijadikan reruntuhan di kawasan Mojokert. Trowlan, ibu kota Majapahit, tidak hanya terkenal dengan peninggalan budaya Kerajaan Majapahit, tetapi juga memiliki berbagai bentuk kebudayaan yang kini sedang dijajaki masyarakat untuk dihidupkan kembali pada tahun yang lalu. Bentuk budaya Majapahit kuno adalah prosesi pengantin, dan pada masa Majapahit ada prosesi Mojoputri Bedhor Manteng

Salah satu bentuk keanekaragaman budaya ini merupakan salah satu rangkaian salah satu yang ada di Mojoputri. Pengantin Mojoputri merupakan salah satu jenis prosesi Manteng yang memanfaatkan adat istiadat Mojopahitan, misalnya ada hadiah yang disebut juara, lalu ada hadiah dari kedua mempelai berupa bantal, krasa, dan lain-lain. Bentuk-bentuk prosesi inilah yang kemudian digunakan dan diilhami oleh para seniman  Kabupaten Mojokerto untuk menciptakan salah satu tarian yang digunakan pada zaman dulu prosesi Manten Mojoputri telah selesai

Tari Mayang Rontek merupakan tarian yang diciptakan oleh Setu  untuk melengkapi prosesi pengantin Mojoputri. Tarian ini mempunyai gaya tari yang dipengaruhi oleh budaya Mojoputri Manteng dan kemudian dihidupkan kembali sebagai sebuah gerak tari. Yang dikatakan Sumandiyo Hadi: "Karakteristik gaya juga berkaitan dengan latar belakang budaya" (Hadi, 2007: 34). Dapat dikatakan bahwa lahirnya tarian ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik latar belakang budayanya. Corak dan bentuk yang diangkat atau diadopsi dari tarian ini bisa dikatakan mewakili semacam kebangkitan bagi pengantin Mojoputri. Para seniman tari berusaha mengembangkan gaya tari yang mengekspresikan prosesi pengantin Mojoputri dengan mengembangkan bentuk, gerak, dan tata rias  yang modis
Tarian Mayang Rontek merupakan tarian tradisional yang mempunyai arti penting dan bersejarah dalam kebudayaan Kerajaan Majapahit, dan merupakan salah satu seni inti dari upaya pelestarian tersebut

Program konservasi tersebut melibatkan kolaborasi  tim PPK, komunitas Forum Anak Desa (FAD), Sanggar Tari Biyung Pandansari, warga sekitar, dan inovasi dan teknologi. Kepala Desa Bejijong, Bapak Pradana, menjelaskan "Kami percaya bahwa teknologi dapat membantu kita melestarikan tari Mayang Rontek dan membawanya ke generasi yang lebih muda. Kami ingin memastikan bahwa nilai-nilai budaya kami tetap hidup dan relevan dalam era modern ini dan terus dilanjutkan oleh penerus masa depan yaitu anak -- anak desa."

Selain itu, warga desa yang  ahli dalam tarian ini berperan sebagai mentor dan mengajar langsung anak-anak di desa tersebut. Hal ini membantu meneruskan transmisi langsung pengetahuan dan keterampilan tari dari generasi ke generasi. Program ini bertujuan tidak hanya untuk melestarikan tarian itu sendiri, namun juga untuk memahami makna dan nilai yang terkandung dalam setiap gerakan tari. Hal ini akan membantu menghidupkan kembali minat dan kesadaran terhadap warisan budaya mereka.

Kak Amalia Lissa, salah satu anggota dan mentor sanggar tari desa, mengaku bangga bisa berkontribusi dalam inisiatif ini, dan Kak Amalia Lissa berkata "Tarian Mayang Rontek adalah bagian penting dari sejarah dan identitas kami "Merupakan suatu kehormatan untuk mendukung generasi muda anak-anak desa dan mengajari mereka pentingnya gerakan dan nilai-nilai budaya masing-masing tinggi dan sekitar 30 peserta mengambil bagian dalam kegiatan ini  untuk  memastikan bahwa kegiatan ini dihormati dan dilestarikan. Kami sangat bangga dengan prestasi desa kami yang selalu antusias terlibat dalam  kegiatan kami. Kegiatan ini berlangsung selama 90 menit. Kegiatan ini dilaksanakan dengan  harapan dapat menjadi program berkelanjutan diantara sekian banyak program yang dilakukan di fasilitas desa Bejijong.

Tari Mayang Rontek merupakan tarian khas Mojokerto yang menggambarkan prosesi pengantin Mojoputri. Tarian ini merupakan bentuk transformasi dan kebangkitan prosesi Mojoputri-Bedhol-Manten. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tari sangat berperan penting dalam mewakili budaya lokal dalam kehidupan masyarakat Mojokerto yang mempunyai hubungan erat  dengan Kerajaan Majapahit. Tarian ini menyampaikan nilai-nilai budaya lokal yang telah mengalami perubahan dari awal perkembangannya hingga saat ini. Perbandingan yang tampak pada perubahan ini adalah ekspresi atau perubahan bentuk yang mengarah pada unsur modernisasi. Oleh karena itu, banyak aspek dan nilai yang disesuaikan dengan perkembangan zaman  saat ini. Misalnya, ada bentuk-bentuk di mana nilai-nilai budaya yang dimaksudkan untuk ditonjolkan dan diunggulkan dianggap kurang penting dan  dihilangkan begitu saja karena tunduk pada kebebasan dan fleksibilitas untuk berubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun