Jabat tangan, kecupan ringan pada pipi, dan pelukan adalah tiga dari sekian gestur sapaan yang sering kita gunakan di manapun dan kapanpun. Di Indonesia sendiri, keakraban dapat diinisiasi dengan sebuah jabatan tangan dan tepukan pundak yang diakhiri dengan sebuah pelukan kecil. Namun, dengan fakta bahwa tipe penyakit infeksius (Communicable Disease) seperti virus Covid-19 tengah marak dan bertebaran secara masif membuat pemahaman bahwa menanggalkan tradisi semacam itu adalah merupakan langkah yang baik untuk menghindari transmisi virus.
Lantas, apa itu penyakit tipe infeksius atau Communicable Disease ini?
Communicable Disease merupakan berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur yang dapat menyebar secara langsung maupun tidak langsung dari satu orang ke orang lainnya.
Maka dari itu, gestur ramah seperti jabatan tangan hendaknya ditinggalkan barang sejenak, setidaknya sampai penyebaran virus ini akhirnya menunjukkan titik akhir.
Per Desember 2020, saat virus Covid-19 ditemukan di Wuhan, China untuk pertama kalinya hingga Juli 2021, total keseluruhan kasus terinfeksi sudah menyentuh angka 194 juta jiwa dengan 4,15 juta angka kematian, sedangkan angka terinfeksi di Indonesia sendiri sudah menyentuh 3,13 juta jiwa dengan total kematian sebanyak 82.013 jiwa dan dikhawatirkan masih akan terus bertambah.
Masyarakat kini harusnya kian sadar, akan tingginya posibilitas terjangkit virus Covid-19. Dengan angka kasus yang kian meningkat secara pesat, mereka seharusnya lebih peduli tentang apa saja yang sekiranya mampu membut mereka terjangkit.
Dr. Mark Sklansky, seorang kepala kardiologi anak dari UCLA Mattel Children's Hospital mengatakan bahwa jabat tangan sebagai bentuk sapaan memanglah tidak pernah direkomendasikan. Pasalnya, tangan cenderung hangat, basah, dan segala jenis perpindahan beragam penyakit bisa berasal dari sana.
Saudi Arabia dan Qatar sudah melarang rakyatnya untuk menghentikan tradisi "Hidung ke Hidung" sebagai salam. Menteri Kesehatan Prancis pun sudah merekomendasikan rakyatnya untuk menghentikan salam dengan ciuman, bahkan sekadar ciuman udara yang sifatnya simbolik tidak lama setelah Covid-19 menyebar di penjuru dunia.
Covid-19 menyebar dari orang yang terinfeksi ke yang lain lewat droplets dan aerosol yang bisa terjadi saat orang yang terinfeksi berbicara, bernyanyi, berteriak, batuk, bersin. Covid-19 dapat pula menyebar lewat sentuhan terhadap benda yang terinfeksi lalu menyentuh area hidung, mulut, mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
Lalu, bagaimana jika kamu terjebak di kondisi di mana seseorang mengulurkan tangannya ke arahmu untuk mengajakmu berjabat tangan? Rasanya pasti tidak enak menolak gestur ramah dari seseorang, tetapi di saat yang bersamaan mereka yang hendak mengajakmu bersalaman ini tidak dapat dipastikan bebas virus ataupun ragam penyakit. Di tengah kondisi yang serperti ini, tentulah membuat kebimbangan kian menjadi-jadi. Jadi kini pertanyaannya, bagaimana cara menghindari jabat tangan tanpa menyakiti perasaan orang lain?
Ada banyak cara sebenarnya, yaitu: