Mohon tunggu...
Chandra Ayu Fakhriani
Chandra Ayu Fakhriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

S1 Bimbingan dan Konseling (2020)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Manja, Apa Pencegahan dan Bagaimana Menanganinya?

16 Desember 2022   16:00 Diperbarui: 19 Desember 2022   08:26 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa secara tidak langsung mereka telah memanjakan anaknya. Hal tersebut dapat berawal dari rasa kasih sayang dan perasaan tidak tega melihat anak mengalami kesusahan, atau bahkan menginginkan anak senantiasa merasa senang. Perlakuan ini tentunya akan memberikan dampak yang cukup membahayakan bagi anak. Mereka akan bergantung dan tidak mampu berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya.

McIntosh memiliki istilah lain bagi anak dengan perilaku manja. Yakni spoiled child syndrome, atau sindrom anak manja. Menurutnya anak-anak ini termasuk dalam kategori anak dengan sifat yang melebih-lebihkan ketika menghadapi sesuatu, egois, serta tidak menunjukkan sifat dan sikap dewasa. Dalam artian, seorang anak dapat dikatakan manja apabila ia tidak mampu menunjukkan sikap mandiri dan sesuai dengan usia perkembangannya. Terdapat beberapa ciri yang cukup menonjol dan dapat teridentifikasi, seperti:

  • Senang memaksa,
  • Tantrum berkepanjangan
  • Egois
  • Senantiasa ingin menjadi prioritas
  • Merasa ia satu-satunya
  • Berusaha mengendalikan orang tua
  • Cenderung menolak dan mengabaikan perintah orang tua
  • Ketergantungan akan kehadiran orang tua

Berbagai ciri yang menunjukkan anak berperilaku manja tersebut dapat ditemui di lingkungan sekitar masyarakat, bahkan dalam keluarga sendiri. Namun perlu ditekankan, bahwa tidak semua anak yang menunjukkan perilaku tersebut merupakan anak yang manja. Contohnya seperti anak yang mengalami keterlambatan atau keterbatasan dalam berbicara, maka ia akan berkomunikasi atau menunjukkan keinginannya dengan menangis. Sedangkan anak manja ialah merupakan anak normal yang telah memasuki usia cukup untuk mampu berperilaku mandiri dan sesuai dengan tahapan perkembangan, namun ia tidak menunjukkan hal tersebut. 

Terdapat berbagai hal yang mampu menjadi pemicu munculnya perilaku anak manja. Salah satunya dan yang paling sering ditemui ialah rasa kasih sayang orang tua yang berlebih. Memberikan kasih sayang merupakan kewajiban bagi setiap orang tua. Namun jika kasih sayang tersebut berlebih dan cenderung mengarah pada over-protective akan menjadi hal yang berdampak buruk bagi anak. Anak akan menjadi pribadi yang bergantung akan rasa aman yang diberikan oleh orang tua. Selain itu, anak juga akan kurang mampu mengasah keterampilan problem-solve yang seharusnya bisa ia kembangkan sejak dini bersama dengan teman-temannya.

Selanjutnya yakni lemahnya dominasi orang tua dalam keluarga. Orang tua yang sering mengalah akan mendorong anak untuk berani bertingkah lebih ketika menginginkan sesuatu. Orang tua juga kerap kali kurang mampu mengontrol perilaku yang ditunjukkan oleh anak dan dengan mudah mengiyakan apa yang dimintanya. Hal ini tentunya memerlukan perhatian khusus bagi para orang tua. Dominasi serta kontrol orang tua dalam hubungan sebuah keluarga memanglah diperlukan, namun bukan berarti anak tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan apa yang ia inginkan. Keterbukaan dan perasaan saling memahami sangat diperlukan guna membangun hubungan yang baik.

            Peran orang tua sangat diperlukan dalam perkembangan anak, dan jika hal tersebut tetap dibiarkan berkepanjangan, bukan tidak mungkin tidak akan muncul dampak-dampak yang berbahaya. Terdapat beberapa dampak yang akan terjadi jika anak dibiarkan untuk berperilaku manja, diantaranya:

  • Anak akan menjadi tidak dewasa. 

Seiring berjalan waktu, anak akan tumbuh menjadi individu dewasa yang diharuskan mampu untuk menghadapi segala tuntutan dan kendala yang akan datang. Ketika anak terbiasa dimanjakan, tentunya ia akan kesulitan untuk mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah yang seharusnya sudah ada sejak dini.

  • Anak akan ketergantungan.  

Sudah dapat dipastikan bahwa anak yang manja akan menjadi anak yang ketergantungan akan hadirnya sosok orang tua. Mereka akan menanam keyakinan bahwa kebahagiaan yang ia peroleh hanyalah bersumber dari orang tua. Dan hal ini perlu dilakukan upaya pencegahan agar anak mampu merubah keyakinan tersebut bahwa kebahagiaan pun bisa berasal dari kemandirian yang ada pada diri sendiri.

  • Anak akan menjadi seseorang yang tidak bertanggungjawab. 

Terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan, anak yang manja akan menjadi pribadi yang tidak mengenal aturan. Mereka memiliki keyakinan bahwa orang tua lah yang bertanggungjawab atas perjalanan hidupnya. Ia juga akan tumbuh menjadi pribadi yang malas serta bertempramen tinggi.

  • Membangkang dan tidak menghormati orang lain. 

Anak manja cenderung merasa berada di atas angin ketika orang tua senantiasa menuruti apa yang mereka inginkan. Sehingga rasa hormat mereka akan mengalami penurunan. Mereka juga akan lebih mudah membangkang karena merasa orang tua tidak akan memarahinya.

  • Rendahnya kemampuan berhubungan dan bersosialisasi dengan orang lain. 

Anak manja tidak mengerti adanya hubungan timbal-balik yang seharusnya terjadi dua arah. Mereka terbiasa berkomunikasi satu arah dengan mengabaikan orang lain. Dan jika diteruskan, maka di masa depan ia akan kesulitan.

Dampak dari anak manja yang dibiarkan dalam jangka waktu yang panjang cukup mengkhawatirkan. Karena sebagian besar, perilaku tersebut berhubungan dengan interaksi sosial anak di masa yang akan datang. Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir anak akan menunjukkan perilaku manja, diantaranya:

  • Membiasakan anak bermain dan bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sebayanya.
  • Membiasakan anak untuk terlibat langsung dalam pekerjaan rumah guna melatih tanggung jawab
  • Orang tua secara terbuka mengajak anak berdiskusi menetapkan batasan serta konsisten untuk mempertahankan kesepakatan tersebut.

Selain pencegahan, terdapat pula beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan perilaku manja pada anak, yakni:

  • Merubah ucapan ancaman menjadi arahan yang harus dilakukan anak dengan tegas, singkat, serta tenang. Seperti ‘berhenti, ini yang terakhir’
  • Meningkatkan kedisiplinan serta konsistensi konsekuensi yang diterima anak dengan tegas. Karena sebuah tindakan akan lebih mudah diingat dibandingkan hanya ucapan peringatan
  • Mengurangi atau membatasi pemberian perlindungan kepada anak dengan tujuan agar anak mengerti akibat yang akan ia peroleh ketika melakukan kesalahan.

Anak memang memerlukan kasih sayang, perhatian, serta rasa aman dari kedua orang tua atau orang terdekatnya. Namun pemberian yang dilakukan secara berlebih tentunya akan membawa dampak buruk bagi anak sehingga tumbuh menjadi anak yang manja. Perlunya ketegasan dalam membatasi, berani berkata tidak, serta saling terbuka dan memahami antara orang tua dan anak menjadi poin penting keberhasilan perkembangan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun