Bayangkan sebuah teknologi yang dapat melahirkan transparansi, keamanan, dan efisiensi pada segala aspek kehidupan, mulai dari aspek keuangan hingga pada aspek pendidikan. Teknologi tersebut ialah blockchain. Teknologi ini mulai diperkenalkan pada tahun 2008 oleh Satoshi Nakamoto yang dipergunakan sebagai fondasi dalam transaksi mata uang kripto Bitcoin dan menjadi inovasi untuk menarik perhatian berbagai sektor industri.
Blockchain merupakan sistem database terdesentralisasi yang memungkinkan penyimpanan data yang aman dan tidak bisa diubah. Data yang sudah dimasukkan dalam blockchain kemudian disusun dalam blok-blok yang saling terhubung dan diamankan menggunakan kriptografi. Dalam operasionalnya, teknologi ini tidak membutuhkan otoritas pusat, sehingga membuat teknologi ini menjadi transparan dan bebas manipulasi.
Teknologi ini pertama kali dikenal oleh masyarakat luas melalui mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum yang ternyata memiliki manfaat yang jauh melampaui itu. Blockchain memungkinkan adanya transaksi lintas negara yang cepat, murah, dan tentunya aman tanpa membutuhkan pihak ketiga. Seperti halnya pada Bank Santander yang menerapkan teknologi ini untuk memproses pembayaran lintas negara, mempersingkat waktu transaksi yang hanya beberapa jam dibandingkan hari kerja biasa. Pada sektor kesehatan, teknologi ini digunakan untuk keperluan menyimpan catatan medis pasien. Melalui sistem blockchain, data pasien bisa diakses oleh rumah sakit atau dokter lain yang sudah disetujui oleh pasien, sehingga hal ini dapat mengurangi risiko data hilang maupun duplikasi. Medical Informatics mengatakan bahwa teknologi blockchain mampu mengurangi kesalahan dalam urusan administrasi medis hingga mencapai 15%. Teknologi blockchain juga menunjukkan dampak besar terhadap rantai pasok. Perusahaan seperti Walmart telah menggunakan teknologi ini untuk melacak asal-usul produk makanan yang dapat digunakan untuk meminimalisir risiko produk cacat maupun kadaluwarsa sampai ke konsumen. Selain itu, pada perguruan tinggi di berbagai negara mulai menggunakan teknologi ini untuk menyimpan sertifikat pendidikan. Oleh karenanya, validasi ijazah menjadi lebih mudah dan terbebas dari pemalsuan. Salah satu perguruan tinggi yang telah meluncurkan inisiatif penyimpanan sertifikat berbasis blockchain sejak 2017 adalah Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Walaupun terdapat banyak sekali kelebihan, blockchain juga menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah konsumsi energi yang tinggi, terutama dalam mekanisme proof-of-work seperti Bitcoin. Menurut Cambridge Centre for Alternative Finance, penambangan Bitcoin menghabiskan energi lebih dari konsumsi listrik tahunan Argentina. Selain itu, regulasi yang belum seragam di berbagai negara juga menjadi hambatan bagi adopsi blockchain secara global.
Teknologi ini menjadi sebuah dasar bagi mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Pada dunia kripto, blockchain melakukan sistem desentralisasi keuangan dan menghilangkan pihak perantara seperti bank. Tidak hanya itu, Konsep DeFi (Decentralized Finance) melahirkan layanan keuangan terbuka, sehingga bisa diakses oleh siapapun selama terhubung dengan jaringan internet. Tetapi, implementasinya jauh lebih luas daripada kripto. Saat ini blockchain juga dimanfaatkan untuk keperluan sertifikasi digital dalam dunia pendidikan, alat pelacak mengenai asal-usul produk dalam logistic dan juga menjadi seni digital dalam bentuk NFT (Non-fungible Tokens), yang dapat menjadi sebuah revolusi cara kepemilikan seni.
Blockchain mempunyai potensi memberikan dampak sosial yang cukup signifikan, khususnya pada inklusi finansial. Pada negara-negara berkembang, teknologi ini memungkinkan seseorang yang tidak mempunyai akses ke bank untuk tetap dapat melakukan transaksi dengan menggunakan dompet digital. Dengan memberikan kontrol penuh terhadap data pribadi, teknologi ini mampu melindungi penggunanya dari eksploitasi data. Keunggulannya dalam hal transparansi juga mampu mengurangi korupsi pada administrasi publik karena setiap transaksi dapat diaudit secara real-time.
Teknologi ini tidak dapat lepas dari berbagai kritikan khususnya yang berkaitan dengan lingkungan yang terdampak. Sistem seperti Proof of Work yang dipakai oleh Bitcoin bisa mengkonsumsi energi dalam jumlah yang cukup besar. Sehingga dikembangkan Proof of Stake sebagai solusi untuk mengurangi kebutuhan energi. Bukan hanya itu, beberapa blockchain baru seperti Algorand telah dirancang khusus untuk menjadi karbon negatif yang mengimbangi konsumsi energinya dengan program-program berkelanjutan.
Di tengah berbagai tantangan, teknologi blockchain ini tetap menjadi salah satu teknologi dengan potensi terbesar pada abad ke-21. Melalui perkembangan inovasi dan peningkatan pemahaman masyarakat tentang kegunaannya, blockchain bukan hanya akan mengubah dunia keuangan, akan tetapi juga mampu mengubah kehidupan kita sehari-hari. Para ahli memperkirakan bahwa blockchain akan menjadi dasar bagi teknologi baru seperti integrasi dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Menjadi aplikasi yang memiliki potensi yang mencakup sistem pemilu yang aman, manajemen energi terdesentralisasi, serta kontrak pintar. Melalui proses perkembangan yang terus berlanjut, teknologi blockchain akan mampu menjadi pilar utama digitalisasi global.
Sebagai bagian dari revolusi digital, blockchain tidak hanya sekedar teknologi, ia menjadi paradigma baru tentang bagaimana cara kita berinteraksi maupun bertransaksi. Karena keunggulan yang dimiliki seperti seperti dalam hal keamanan, transparansi, dan efisiensi, maka teknologi ini juga memiliki potensi untuk memberikan perubahan pada dunia. Namun, tantangan yang ada harus dapat diatasi supaya teknologi blockchain ini dapat digunakan secara lebih luas serta memberikan manfaat yang maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H