Mohon tunggu...
SALSABILA DZUHURIA
SALSABILA DZUHURIA Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Brawijaya

Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Yuk Cari Tahu tentang Regenerasi Petani Hidroponik Lebih Dalam!

7 Juni 2022   00:00 Diperbarui: 7 Juni 2022   00:19 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalian pasti sudah tahu bahwa Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena lahan pertanian di negeri ini yang melimpah. Akan tetapi, sebagian besar lahan pertanian yang ada dikelola oleh para petani yang usianya sudah tidak lagi produktif. Keadaan yang seperti ini membuat Indonesia berada pada tahap krisis petani muda, di mana generasi muda lebih banyak bekerja di bidang 

Industri karena upah yang didapat lebih menjanjikan. Namun, stigma yang melekat di masyarakat menyebabkan banyak petani malu akan pekerjaan yang sudah mereka geluti. Anggapan petani adalah orang yang miskin dan tidak berpendidikan sudah melekat pada diri petani di negeri ini.

Padahal, Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena, jumlah lahan pertanian di negeri ini yang begitu banyak. Namun, masih banyak petani yang memiliki lahan pertanian terbatas, hal ini selaras dengan pengamatan Fakhrudin et al., (2018), di lahan pertanian wilayah Rorotan Jakarta Utara, hasil yang didapat membuktikan bahwa sebagian besar petani yang bekerja di area 

tersebut bukan lah pendudk asli DKI Jakarta melainkan mereka adalah perantau yang terpaksa harus meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di Ibukota dengan harapan bisa mendapat penghidupan yang lebih baik. Regenerasi petani perlu dilakukan, karena dilihat dari usia petani yang semakin tua yang mengakibtakan turun kinerja pada bidang pertanian dan untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan.

Bukan tanpa alasan para generasi muda meninggalkan pekerjaan yang sudah menjadi pilar di negeri ini. Selain karena faktor petani yang sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat, faktor lain yang menyebakan pekerjaan ini tak lagi diminati adalah karena upah yang didapat tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang 

diberikan sebenarnya, isu mengenai kesejahteraan petani di Indonesia sudah menjadi perhatian sejak dulu. Namun, permasalahan ini tak kunjung usai, sehingga nasib para petani terus dipertaruhkan dan kesejahteraan tak dapat mereka rasakan. Para generasi muda lebih memilih untuk menjadi buruh pabrik karena upah yang mereka dapat lebih menjanjikan daripada menjadi petani.

Regenerasi pertanian sulit dilakukan mengingat minat kaum milenial di bidang pertanian semakin menurun. Kaum milenial menganggap bekerja di sektor pertanian bukanlah pekerjaan yang menjanjikan, sehingga mereka lebih memilih untuk bekerja di bidang industri. 

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan bersama narasumber, salah satu faktor pendukung terjadinya regenerasi pertanian adalah dengan mengembangkan inovasi baru di lahan pertanian. Penerapan inovasi baru di lahan pertanian dilakukan guna meningkatkan minat 

para kaum milenial di bidang pertanian selain itu, pengembangan inovasi ini juga diharapkan mampu mengubah pemikiran bahwa bekerja di bidang pertanian tidak hanya berhadapan dengan cangkul dan tanah.

Regenerasi pertanian terus digencarkan untuk dapat melanjutkan sistem pertanian di Indonesia. Tantangan dalam menjalankan regenerasi pertanian adalah lahan pertanian yang semakin terkikis tiap harinya, namun konsumsi masyarakat semakin meningkat. Para petani tua kurang menguasai teknologi menjadi tantangan tersendiri dalam menjalankan regenerasi pertanian.

Sektor pertanian yang memiliki peluang besar dalam perekonomian dan pembangunan nasional ini masih sering dianggap kurang menguntungkan terutama oleh para orang tua dan generasi muda. Banyak orang tua yang lebih mendukung anak-anak mereka untuk bekerja di sektor lain. 

Apalagi para orang tua yang bekerja sebagai petani dengan kesejahteraan rendah, mereka cenderung tidak menginginkan anaknya menjadi seorang petani juga karena khawatir nasibnya akan seperti mereka. Pandangan bahwa bekerja di sektor pertanian ini kurang menguntungkan timbul

 karena memang faktanya masih banyak petani yang kurang sejahtera akibat berbagai permasalahan yang terjadi mulai dari pembiayaan hingga pasca panen. BPS mencatat bahwa mayoritas kelompok rumah tangga miskin menurut sumber penghasilan utama berasal dari kelompok pertanian.

 Rendahnya kesejahteraan petani ini disebabkan adanya kendala mulai dari pengadaan modal hingga pasca panen. Para petani yang tidak mendapatkan upah setiap bulan seperti pekerjaan lain, kerap meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kembali kedalam pokok pembahasan tentang regenerasi petani muda Indonesia,pemerintah yang mencanangkan program tentang "Petani Millenial" itu patut diapresiasi dan didukung dalam pengimplementasinya,karena tujuan dari pemerintah itu yaitu untuk mendongkrak kualitas SDM Pertanian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun