Mohon tunggu...
PRAMUDYO WISNU SUPROBO
PRAMUDYO WISNU SUPROBO Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa/Wiraswasta

saya memiliki hobi membaca dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Kehebatan Seorang Ibu dan Menghormati Lewat Puisi Berjudul "Ibu" Karya KH Mustofa Bisri

12 Juni 2023   17:00 Diperbarui: 12 Juni 2023   17:04 2445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Puisi menjadi salah satu karya sastra yang mimili populasi lebih banyak dibandingkan karya satra lain selaian itu puisi juga menjadi salah satu karya sastra yang popular dikalangan penikmat sastra. Bahkan orang biasapun dalam melahirkan karya sastra berupa puisi hanya dengan mnegandalkan imajinasinya, namun tidak semua orang dapat menafsirkan sebuah sajak puisi bahkan mengambil makna yang terkandung dalam setiap untaian kata oleh seorang penyair. Sesederhanya appaun bentuk puisi selalu ada makna yang terkandung didalamnya dan tentunya ada amanat atau pesan yang inginn disampaikan oleh seorang penyair kepada setiap penikmat puisinya.

Salah satu puisi karya sastrawan tersohor di nuasantara kelahiran Rembang, sekaligus mantan Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 2014 hingga 2015. Puisi beliau tak hentinya membuat pembaca puisi selalu ikut menyelam dalam lautan sajak hingga memposisikan dirinya sebagai ubjek dalam puisinya. Slaah satu puisi Gus Mus (panggilan KH Mustofa Bisri) yang memiliki makna mendalam dan membuat siapa saja yang memaknai setiap sajaknya akan berlinang air mata dmengucur dari kelopak matanya, puisi ini berjudul “Ibu” yang beliau tulis pada tahun 2018 hingga saat ini masih relevan terhadap kondisi yang terjadi.

Amanat  yang  terkandung  dalam  puisi “Ibu”,  bahwa  di  balik  sikapnya  yang lemah  dan  lembut,  ibu  memiliki  kekuatan  yang  sangat  luar  biasa.  Kekuatan itulah  membuat  seorang  ibu  terlihat  agung.  Dalam  hal  ini  penyair  ingin menyampaikan  kepada  pembaca  untuk  mengetahui  keagungan  yang  ada  di dalam  diri  seorang  ibu,  seperti  dalam  merawat,  menjaga,  dan  membesarkan anaknya.  Pesan  lain  yang  ingin  disampaikan  oleh  penyair  lewat  puisi Ibu ini adalah, bahwa kita tidak bisa membalas semua kebaikan yang telah diberikan ibu  terhadap  kita,  sehingga  yang  bisa  kita  lakukan  hanyalah  mendoakan  ibu kita. Pesan yang dapat dipetik oleh para pembaca buka sekedar kiasan belaka karena mana ini didapat oleh adanya penafsiran diksi yang digunakan oleh Gusmus, berikut kami rangkung beberapa analisis tafsir makna puisi “Ibu”, anatara lain :

Gus  Mus  untuk menggambarkan sosok ibu menggunkaan metafora bentuk alam. karena alam merupakan bentuk kekuasaan Allah yang  dapat  dilihat  secara  langsung.  Selanjutnya,  alam  juga  menunjukkan sesuatu yang berperan penting pada setiap hajat manusia.

  • Bait  pertama  pada  puisi Ibu,  sosok  ibu  digambarkan  oleh  seperti  sebuah gua, sebagai tempat untuk bertapa. Hal tersebut terdapat pada larik ke-2 dan ke-3

Kaulah gua teduh 

tempatku bertapa bersamamu

gua menunjukkan sebuah tempat, selanjutnya kata teduh diartikan sebagai rahim Ibu yang merupakan  tempat  pertama,  di  mana seorang manusia mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan, bahwa seorang bayi ada batasnya berada di dalam rahim seorang ibu sampai akhirnya dilahirkan.

  • Pada  bait  pertama  larik  ke-7  (tujuh),  sosok  ibu  diibaratkan  bumi. Kemudian dilanjutkan pada larik ke-8 dan ke-9 mengenai penjelasan alasan ibu diibaratkan sebagai bumi.

Kaulah bumi

yang tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa

Istilah bumi menggambarkan sosok ibu  sebagai rumah seorang  anak  ketika  mengalami  kesenangan maupun   kesedihan,   orang   yang   pertama   kali   diceritakan   adalah   ibu.

  • Pada  bait  pertama  larik  ke-10  (sepuluh)  dan  ke-11  (sebelas),  sosok  ibu diibaratkan  sebuah  gunung. 

gunung yang menjaga mimpiku 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun