Judul : Laskar Pelangi
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun terbit : 2005
Jumlah Halaman : 529 halaman
Link Novel : https://www.academia.edu/35528902/Laskar_Pelangi_Full
Cerita dimulai dengan diperkenalkannya sepuluh anak yang kemudian disebut sebagai "Laskar Pelangi." Mereka adalah Ikal, Lintang, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Sahara, Harun, Borek, dan Trapani. Kesepuluh anak ini adalah murid-murid yang belajar di SD Muhammadiyah, sebuah sekolah dasar yang terancam akan ditutup karena minimnya jumlah siswa. Pembaca diperkenalkan pada tokoh utama, yaitu Ikal, yang juga menjadi narator cerita ini. Ikal adalah seorang anak yang memiliki obsesi terhadap kata-kata terakhir orang-orang terkenal. Dia adalah anak yang cerdas dan memiliki semangat yang besar untuk belajar, dan keinginannya untuk mengejar pendidikan yang lebih baik adalah salah satu tema utama dalam novel ini.
Lintang adalah salah satu teman dekat Ikal, dan dia adalah anak yang penuh semangat dan cerdas. Meskipun berasal dari keluarga nelayan miskin, Lintang memiliki mimpi besar untuk menjadi seorang insinyur. Dia adalah sosok yang sangat inspiratif dalam cerita ini, yang menunjukkan kepada kita betapa pentingnya pendidikan dalam mengubah takdir seseorang. Kisah "Laskar Pelangi" juga melibatkan dua guru yang sangat berdedikasi di SD Muhammadiyah, Bu Mus dan Pak Harfan. Bu Mus adalah seorang guru muda yang penuh semangat dan kreativitas dalam mengajar. Dia mendorong murid-muridnya untuk berpikir kritis dan bermimpi besar. Sementara itu, Pak Harfan adalah kepala sekolah yang bijaksana dan selalu berusaha keras untuk mempertahankan eksistensi sekolah.
Konflik utama dalam novel ini adalah perjuangan untuk menjaga sekolah SD Muhammadiyah agar tetap beroperasi. Sekolah ini berada di ambang penutupan karena tidak memenuhi kuota minimal siswa yang ditetapkan oleh pemerintah. Laskar Pelangi, bersama Bu Mus dan Pak Harfan, berusaha mati-matian untuk menarik lebih banyak murid agar sekolah mereka tidak ditutup. Mereka menghadapi berbagai rintangan, mulai dari perjuangan finansial hingga persaingan dengan sekolah-sekolah lain di sekitarnya. Cerita ini juga mencerminkan kondisi sosial dan ekonomi di Pulau Belitung. Wilayah ini dikuasai oleh perusahaan pertambangan yang eksploitatif, dan konflik antara masyarakat lokal yang hidup sederhana dan perusahaan pertambangan yang memperkaya diri sendiri menjadi latar belakang yang kuat dalam novel ini. Novel ini juga memperkenalkan kita pada karakter-karakter sampingan yang menarik dan berwarna, seperti Sahara, teman dekat Ikal yang sangat percaya diri, dan A Kiong, yang memiliki pengetahuan tentang kosmologi. Setiap karakter diberikan kedalaman dan kompleksitas yang membuat mereka hidup di mata pembaca.
Selain konflik tentang kelangsungan sekolah, novel ini juga menggambarkan kehidupan sehari-hari anak-anak Laskar Pelangi di luar sekolah. Mereka menjalani kehidupan yang sederhana dan penuh canda tawa, menghadapi masalah remaja, dan bersama-sama meraih mimpi mereka. Seiring berjalannya waktu, Laskar Pelangi mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Mereka menghadapi berbagai rintangan, baik di dalam maupun di luar sekolah. Mereka juga menjalani berbagai pengalaman yang menggugah hati, termasuk saat mereka mengunjungi sebuah perpustakaan kuno yang penuh buku-buku bermutu tinggi, yang membuka mata mereka tentang kekuatan ilmu pengetahuan.
Salah satu momen penting dalam novel ini adalah ketika Lintang, yang selalu dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin, mengalami kegagalan dalam ujian. Ini adalah momen yang pahit, tetapi juga mengajarkan kepada pembaca tentang bagaimana kita bisa belajar dari kegagalan dan melanjutkan perjuangan kita. Novel ini mencapai puncak emosionalnya ketika Laskar Pelangi harus menghadapi kenyataan yang pahit tentang kemungkinan penutupan sekolah. Mereka berjuang dengan segenap kekuatan mereka, dan persahabatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H