Mohon tunggu...
INTAN PURNAMASARI
INTAN PURNAMASARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya

Saya merupakan mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Universitas Negeri Surabaya pada program studi S1 Ilmu Komunikasi. Selain suka membaca, saya juga memiliki hobi lain yaitu mendengarkan musik. sebagai penikmat seni musik, saya cukup familiar dengan beberapa genre musik, baik genre musik lokal Indonesia ataupun luar negeri seperi Rock dan R&B.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Stigma Jadi Luka: Realitas Pilu Keluarga ODGJ di Tengah Masyarakat

12 Desember 2024   21:02 Diperbarui: 12 Desember 2024   21:02 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hidup bersama Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) membawa beban yang tidak hanya bersifat fisik dan emosional, tetapi juga sosial dan ekonomi. Penelitian yang dilakukan Muhammad Rosyidul Ibad, Muhammad Ari Arfianto, Alvian Nazarudin, dan Indri Oktavia Sinta Putri berhasil mengungkap sisi kelam yang kerap dihadapi keluarga ODGJ: stigma dan diskriminasi masyarakat yang menghambat penanganan kesehatan jiwa.

Melalui pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap enam partisipan, penelitian ini menemukan empat tantangan utama yang dialami keluarga ODGJ. Tema pertama, kekhawatiran masyarakat terhadap perilaku ODGJ yang sering kali dipandang berbahaya, meski belum tentu demikian. Kedua, pelabelan negatif terhadap pasien, seperti cap "gila," yang memperparah isolasi sosial. Ketiga, diskriminasi dalam bentuk pengucilan hingga perlakuan tak adil terhadap keluarga pasien. Keempat, kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa yang memperburuk kondisi stigma.

"Stigma ini bukan hanya menambah tekanan bagi pasien, tetapi juga menimbulkan luka mendalam bagi keluarganya," ujar Muhammad Rosyidul Ibad.

Lebih dari sekadar penelitian akademis, temuan ini adalah cermin dari realitas sosial yang masih jauh dari inklusif. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa menunjukkan perlunya kampanye masif yang mengedukasi dan mengubah pandangan negatif terhadap ODGJ. Selain itu, dukungan sosial dari komunitas lokal sangat diperlukan untuk meringankan beban keluarga.

Pesan utama penelitian ini adalah pentingnya melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah dan lembaga kesehatan, untuk bersama-sama memerangi stigma. Dengan pendekatan yang lebih manusiawi, keluarga ODGJ tidak lagi harus berjuang sendirian menghadapi beban yang kompleks ini.

Kesehatan jiwa adalah tanggung jawab bersama. Saat stigma hilang, dunia yang lebih ramah bagi ODGJ dan keluarga mereka bukan lagi sekadar mimpi, melainkan kenyataan yang dapat diwujudkan.

Penulis berita: Putri Syanna Zhafira

Malang, 12/12/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun