Membaca cerita Pak seladi (anggota Polresta malang) yang nyambi jadi pemulung tentu menghentakkan kita, seolah tak percaya ada anggota polisi yang dengan bangganya menggunakan seragam kepolisian namun diwaktu yang lain masih berupaya mengumpulkan uang dengan menjadi pemulung sampah, sesuatu pekerjaan yang mungkin dianggap paling hina. namun sikap mental pak Seladi menjadi motifasi dasar pekerjaan tambahan itu, yaitu itulah pekerjaan halal dan mudah dilakukan baginya tak peduli dimata orang lain itu dianggap hina.
Bagi Pak seladi mendapatkan 25.000 rupiah sehari dari sampah adalah anugerah Tuhan yang luar biasa diluar gaji dan tunjangan kinerjanya di institusi kepolisian. ia tak malu dengan pekerjaann itu, apalagi berkali kali ketika diwancarai media dengan santainya pak seladi berkata "yang penting Halal". ini mungkin yang meluluhkan hati Ketua Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo hingga menyerahkan gajinya selama 6 bulan untuk Pak seladi sembari berkata : "Kami berharap polisi seperti ini. Karena sekarang ini pejabat kita lain di mulut lain yang dilakukan".
Pak seladi Konsisten antara ucapan dan perbuatannya. ia mungkin tak pernah berpidato di forum forum resmi intitusi kepolisian karena pak Seladi bukanlah perwira atau Pejabat Polres yang selalu mewakili pimpinan untuk bertemu dengan masyarakat lalu berpidato dan menyampaikan pesan pesan kamtibmas sebagai salah satu tugas kepolisian, pak seladi hanyalah seorang bintara/ bawahan yang tunduk pada nuraninya sendiri. olehnya itu kalimat pendek "yang penting halal " yang dikeluarkannya itu adalah ibarat kotoran yang dilemparkan tepat diwajah para pejabat direpublik ini yang gemar berpidato dan mengajak untuk menegakkan integritas sembari mengingkari apa yang diucapkannya.
Lihatlah apa yang terjadi dengan Nurhadi Sekretaris MA yang saat ini lagi berurusan dengan KPK dan tengah di Cegah Tangkal (cekal) bepergian keluar negeri oleh Dirjen imigrasi karena diduga terlibat dalam perkara suap di Pengadilan negeri Jakarta Pusat dengan tersangka panitera  Edy Nasution dan direktur PT KDK Dodi  A Supeno. Nurhadi juga dianggap menyembunyikan Royani orang dekatnya yang oleh KPK dianggap informasinya sangat penting dan telah beberapa kali dipanggil tak pernah datang memenuhi panggilan KPK.
Nurhadi adalah orang kedua di Mahkamah Agung sesudah Ketua MA. ia sekretaris MA yang mengendalikan semua sistem birokrasi dan administrasi MA. ia orang penting yang tak hanya ditakuti oleh para staf administrasi dan panitera tapi juga para hakim hakim di daerah, hingga salah seorang mantan anggota komisi Yudisial pernah menyaksikan bagaimana penghormatan orang orang daerah terhadap Nurhadi. "suatu waktu ketika tiba dibandara Juanda Nurhadi disambut oleh seluruh ketua pengadilan (umum,agama, TUN dan militer) dengan pengawalan yang super ketat bahkan ada seorang ketua pengadilan yang mencium tangan nurhadi". menurutnya nasib para hakim di daerah termasuk ketua pengadilan sangat ditentukan Nurhadi karena Nurhadi berperan merotasi dan menempatkan mereka dimana saja.
mungkin dimata pejabat tinggi republik ini cerita pak seladi hanya untuk pak seladi saja, tidak untuk mereka sebagaimana yang menjadi harapan banyak pihak bahwa pak seladi mestinya menjadi inspirasi bagi seluruh pejabat direpublik ini, bukan kerja pemulungnya, tapi kerja halal dan kesederhanaannya. disiliha bika kilat perubahan republik ini.
seandainya pak seladi menjadi sekretaris Mahkamah Agung, prinsip hidup halal dan kesederhanaannya akan menular pada sebagian besar (walau tak semua) birokrat dan hakim MK. karena ia punya kesempatan untuk menyampaikan pesan pesan moral dan prinsip dirinya pada seluruh jajaran MA. ia akan menjadi panutan tidak saja bagi jajaran kepala biro tapi juga seluruh hakim agung, upaya untuk menjadi makelar dan mafia perkara di MA akan berkurang. upaya untuk merubah putusan dan vonis hakim agung oleh para juru ketik akan terkontor dengan sikap mental pak seladi.
namun justru sebaliknya jika Nurhadi di posisi pak seladi, kita tak tahu apakah ditengah jabatannya sebagai anggota kepolisian ia mau menjadi pemulung untuk menambah penghasilan keluarganya. atau justru memalak masyarakat yang mengurus atau memperpanjang SIM dengan beragam cara. entalah,,,,,semoga saja tidak,, aaaaauuuhhhh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H