Mohon tunggu...
033_Zulfa Aulia Sabila
033_Zulfa Aulia Sabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pendidikan luar biasa/unesa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Terapi Integrasi Sensorik untuk Melatih Fokus dan Kontak Mata pada Anak dengan Hambatan Autisme

19 Juni 2024   16:37 Diperbarui: 19 Juni 2024   16:50 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS


 

PENGERTIAN

American Psychiatric Association menyatakan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan neurobiologis kompleks yang memengaruhi cara individu berinteraksi dengan orang lain dan persepsi mereka terhadap dunia di sekitar mereka. Anak autis seringkali mengalami kesulitan dalam interaksi sosial dan komunikasi verbal dan nonverbal, serta memiliki keterbatasan minat dan perilaku berulang (National Autism Center, 2015). 

Gangguan autistik pertama kali diidentifikasi oleh psikiater anak (Leo Kanner pada tahun 1940an (Kanner, 1943)). Sejak itu, pemahaman kita tentang ilmu autisme semakin mendalam, seiring dengan kemajuan dalam neurologi, genetika, dan ilmu perilaku. Meskipun penyebab pasti autisme masih belum sepenuhnya dipahami, para peneliti telah mengidentifikasi faktor genetik dan lingkungan yang berperan dalam perkembangan gangguan ini (Lai et al., 2014). 

Anak autis mempunyai kebutuhan khusus yang memerlukan pengobatan dan dukungan yang tepat. Pemahaman mendalam tentang karakteristik autisme dan pendekatan intervensi yang efektif sangat penting untuk membantu anak-anak mencapai potensi penuh mereka dan menjalani kualitas hidup yang baik (National Research Council, 2001).

Anak autis seringkali kesulitan melakukan kontak mata yang konsisten dan nyaman dengan orang lain. Ini adalah salah satu ciri khas gangguan spektrum autisme (American Psychiatric Association, 2013).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak autis menghindari kontak mata. :

*         Kesulitan dalam proses sosial dan emosional: Anak autis seringkali merasa tidak nyaman dan putus asa dalam interaksi sosial, termasuk kontak mata. Mereka mengalami kesulitan memahami sinyal sosial dan emosional yang disampaikan melalui tatapan (Senju & Johnson, 2009).
*         Kecemasan dan Stimulasi Sensorik Berlebihan: Untuk anak autis, kontak mata dapat menyebabkan kecemasan dan stimulasi sensorik berlebihan. Mereka merasa gelisah dan tidak dapat mentoleransi intensitas informasi yang disampaikan melalui kontak mata (Tanaka & Sung, 2016).
*         Fokus pada objek, bukan orang: Anak autis cenderung lebih tertarik pada objek dan fokus pada objek dibandingkan interaksi sosial. Mereka lebih suka mengamati lingkungan dan benda-benda disekitarnya dibandingkan melakukan kontak mata dengan orang lain (Klin et al., 2002).
*         Kesulitan memahami arti dan konteks kontak mata: Anak autis seringkali kesulitan memahami arti dan konteks kontak mata. Mereka tidak dapat menafsirkan dan merespons kontak mata dengan benar (Neumann et al., 2006).
TERAPI INTEGRASI SENSORIK

Terapi integrasi sensorik merupakan salah satu pendekatan yang sangat efektif untuk membantu anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang terapi integrasi sensorik pada anak autis:

Tujuan Terapi Integrasi Sensorik:

*         Membantu anak memproses dan merespons stimulus sensorik (visual, auditori, taktil, proprioseptif, vestibular) dengan lebih efektif.
*         Meningkatkan kemampuan anak untuk berkonsentrasi, fokus, dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
*         Mengurangi perilaku maladaptif yang disebabkan oleh over-stimulasi atau under-stimulasi sensorik.
Proses Terapi Integrasi Sensorik:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun