Visi Indonesia Emas 2045 merupakan harapan besar bagi bangsa ini, di mana Indonesia diharapkan menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia pada saat merayakan seratus tahun kemerdekaan. Namun, pencapaian visi ini tampak sulit karena adanya peningkatan angka migrasi ke luar negeri, dimana kebanyakan dari mereka berada di usia produktif. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan "apakah Indonesia benar-benar dapat mencapai visinya?"
Diambil dari Word Bank Group, net migration Indonesia tahun 2022 sebesar -37.501 yang berarti terdapat lebih banyak orang-orang yang bermigrasi keluar Indonesia dan dari data BPS "Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Status Migrasi Seumur Hidup, Jenis Kelamin, INDONESIA, Tahun 2022" terdapat sebanyak 22.355.604 orang usia produktif dan 4.742.464 orang usia non produktif yang melakukan migrasi. Saat net migration yang rendah (negatif) dan migrasi yang didominasi oleh usia produktif menjadi sebuah tren di suatu negara maka hal tersebut dapat menjadi bencana. Menurut saya, ketika Indonesia mengalami tren tersebut maka akan sulit untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 karena setiap tahunnya akan semakin banyak yang meninggalkan negara ini dan yang tersisa hanyalah orang-orang usia non-produktif sehingga menyebabkan beban demografi, dimana satu orang usia produktif akan menanggung banyak orang usia non-produktif (Normalnya satu orang usia produktif menanggung satu orang usia non-produktif).
Berkaca dari negara Indonesia ini, dapat kita lihat bahwa kenaikan pendapatan sangatlah kecil dibandingkan kenaikan harga pangan dan kebutuhan pokok lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan kenaikan harga rumah. Hal-hal tadi menjadi pemicu utama banyaknya orang-orang usia produktif yang memilih keluar negeri untuk mencari pekerjaan, bahkan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang memiliki kualitas pendidikan yang tinggi. Bayangkan saja UMP Jakarta sebesar Rp 5.396.761 namun, rata-rata biaya hidup rumah tangga di Jakarta diperkirakan mencapai sekitar Rp14.884.110,27 per bulan (Berdasarkan laporan Survei Biaya Hidup (SBH)), ini menunjukkan ketimpangan antara pemasukkan dan pengeluaran yang cukup jauh sehingga tidak heran apabila banyak orang yang melakukan migrasi keluar negeri.
Mencapai visi Indonesia Emas 2045 bukanlah hal yang mudah, terutama dengan adanya tantangan migrasi yang semakin meningkat di kalangan orang-orang usia produktif. Ketika banyak individu yang memilih untuk meninggalkan Indonesia demi peluang yang lebih baik, maka masa depan ekonomi Indonesia menjadi semakin rentan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa visi tersebut bisa menjadi sekadar angan-angan jika tidak ada solusi bijak untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Dengan upaya bersama, harapan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia pada tahun 2045 masih dapat terwujud, asalkan kita mampu mengelola sumber daya manusia dengan baik dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi mereka untuk berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H