Mohon tunggu...
Kinanti Kharisma Laily
Kinanti Kharisma Laily Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling

Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Efektivitas Layanan Bimbingan Klasikal dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik

17 Desember 2022   07:00 Diperbarui: 17 Desember 2022   09:05 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                 Dalam melatih kepercayaan diri, peran sekitar terutama kedua orang tua menjadi salah satu unsur penting dan vital untuk mengarahkan dan membangun kepercayaan diri anak. Orang tua memiliki hubungan yang dekat dengan anak dan menjadi pedoman bagi anak daalam kehidupannya (Surya, 2007). Selain orang tua, konselor atau guru bimbingan dan konseling berperan penting memupuk rasa percaya diri. Tugas konselor adalah membangun rasa percaya diri peserta didik selama mereka di sekolah. Dalam mewujudkan hal tersebut, konselor memiliki suatu layanan yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam menyuarakan pendapat, menerima saran dan pendapat orang lain, melatih kemampuan dalam berkomunikasi sehingga nantinya akan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri individu atau peserta didik. Layanan yang diberikan adalah layanan dasar dalam metode bimbingan klasikal. Layanan bimbingan kelas atau klasikal ini merupakan suatu strategi layanan yang berupa diskusi kelas atau penyampaian pendapat  dan diberikan pada sejumlah peserta didik di dalam satuan kelas oleh guru bimbingan dan konseling (Fara, 2017).

                 Bimbingan klasikal bukan bagian dari pembelajaran bidang studi. Layanan bimbingan klasikal dilakukan rutin dan terjadwal di kelas bersama guru bimbingan dan konseling untuk melakukan asessment kebutuhan peserta didik dan melakukan layanan bersifat preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), pemeliharaan, dan/atau pengembangan (Farozin, 2012). Metode bimbingan klasikal digunakan untuk melihat potensi peserta didik dengan tiga tahap, yaitu tahap awal, kegiatan, dan akhir (Andriati, 2015). Meskipun ada beberapa hambatan dalam proses pelaksanaan kegiatan seperti:

  • Aspek internal, yang berasal dari kondisi emosional, fisik, sosial, dan makanan yang dikonsumsi, serta dari faktor luar yang berasal dari keadaan ruangan, lingkungan, sumber yang dipaparkan, dan peraga yang dicontohkan.
  • Aspek eksternal, berasal dari kondisi lingkungan, ruang kelas, materi yang dipaparkan, dan alat peraga yang dicontohkan. Terkadang peserta didik merasa bosan jika mareka sudah tidak nyaman dengan suasana dan penyampaian guru yang mungkin terkadang membosankan.

                 Maka dari itu, dari pernyataan di atas, guru bimbingan dan konseling dapat melakukan terobosan dan menciptakan suasana yang lebih aktif dalam kelas secara kreatif dan inovatif. Dalam membangun kepercayaan dalam kelas, guru bimbingan dan konseling dapat melakukan beberapa hal seperti membagi kelas menjadi beberapa kelompok, diskusi, pre test, post test, membahas materi ataupun tugas yang telah didiberikan sebelumnya, dan kegiatan lain. Tingkat kepercayaan diri peserta didik akan mengalami perubahan dan perkembangan saat setelah melakukan bimbingan klasikal. Dalam mencapai perkembangan diri, peserta didik secara mandiri memilih penyelesaian akhir yang ingin dicapai melalui strategi yang relevan. Sebagai seorang pendidik, tugas utama adalah mengarahkan dan membimbing peserta didik yang memiliki keseragaman penyelesaian akhir yang berbeda antara satu dengan yang lain. Saat peserta didik telah memutuskan sesuatu sebagai strategi dalam mencapai penyelesaian akhir yang ingin dicapai, maka secara tidak langsung mereka juga turut aktif dalam melakukan kegiatan yang ingin dilaksanakan dan bertanggung jawab penuh atas pilihannya. Saat peserta didik berpikir bahwa materi dan keterampilan yang dibahas adalah bagian penting untuk mencapai tujuan, maka hal tersebutlah yang dapat membangkitkan rasa kepercayaan diri, kreatif dalam pembelajaran dan partisipatif (Blegur, 2020). 

                 Dalam melakukan bimbingan klasikal, ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan bimbingan bimbingan klasikal menurut Zulkarnain & Uzlifah (2020). Beberapa tahapan tersebut dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling dengan menyeluruh sebagai berikut:

  • Tahap perencanaan kegiatan, guru bimbingan dan konseling menyusun RPL sebagai pedoman dalam melakukan layanan di kelas. Penyusunan RPL didasarkan pada kebutuhan dari peserta didik yang sebelumnya telah dilakukan asesmen. Asesmen dapat digunakan untuk memahami kebutuhan dan permasalahan peserta didik. Teknik yang digunakan seperti DCM, AUM, sosiometri, inventarisasi tugas-tugas perkembangan, wawancara, observasi, angket, dan lainnya (Lesmana, 2021). Dalam menyusun RPL, guru bimbingan dan konseling mengambil materi atau teori dari literatur sesuai dengan pedoman bimbingan dan konseling yang jelas.
  • Pengorganisasian, saat RPL sudah disusun, langkah selanjutnya adalah penyiapan materi dan bahan yang akan dipaparkan di kelas. Materi yang akan disampaikan memanfaatkan sarana dan prasarana yang mendukung dalam kelas seperti LCD, WiFi, papan tulis. Pelaksanaan bimbingan klasikal juga bisa memanfaatkan teknologi untuk membuat poster, video kreatif daan edukatif, dan lainnya.
  • Pelaksanaan, setelah semua telah dipersiapkan, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan RPL yang telah disusun terhadap subjek sasaran yaitu peserta didik. Dalam memberikan materi, guru bimbingan dan konseling menggunakan metode yang bervariasi sesuai kebutuhan. Contoh metode yang dapat diterapkan yaitu ceramah, diskusi, pembagian kelompok diskusi, modeling, sharing of experience, dan lainnya. Dalam menggunakan metode yang menyenangkan dan menarik juga perlu memperhatikan kenyamanan peserta didik dan penguasaan guru bimbingan dan konseling dalam menerapkan metode tersebut (Badaruddin, 2015). Metode yang menarik akan bisa membuat peserta didik merasa terkesan dan semangat dalam menerima materi sehingga dapat ikut aktif dalam kelas untuk membangun kepercayaan diri.
  • Monitoring dan penilaian, tahap ini adalah tahap dimana dilakukan penilaian terhadap hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan. Penilaian dilihat dari kesesuaian proses kegiatan terhadap RPL yang telah disusun. Melihat bagaimana perkembangan peserta didik setelah mengikuti kegiatan bimbingan klasikal. Proses penilaian dan penilaian hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dimonitor langsung oleh guru bimibingan dan konseling.
  • Tindak lanjut, setelah dilakukan monitoring dan penilaian, maka kegiatan selanjutnya adalah pelaporan hasil pelaksanaan program. Bagaimana program layanan berjalan sesuai dengan RPL dan akan dianalisis serta ditindaklanjuti apakah program layanan perlu melakukan perbaikan atau bahkan perubahan guna memantapkan atau penyesuaian kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Saat layanan belum berhasil untuk mengubah peserta didik, maka konselor perlu merancang inovasi baru. Guru bimbingan dan konseling perlu selalu berinovasi saat memilih metode baru dalam kegiatan serta menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, dapat diartikan bahwa materi yang disampaikan bukan tergantung pada guru dan kurikulum tetapi pada peserta didik (Anwar, 2018). Bagaimana mereka memahami materi dam dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Saat peserta didik ditemukan memiliki masalah khusus, maka akan dilakukan layanan di luar dari layanan bimbingan klasikal yaitu dengan melakukan bimbingan individu atau bahkan konseling individu dengan peserta didik yang bersangkutan. Dari kegiatan layanan ini juga dapat dijadikan dasar dalam melakukan bimbingan kelompok atau konseling kelompok jika ada yang mengalami permasalahan serupa.

                 Proses kegiatan layanan bimbingan klasikal tersebut perlu dilakukan secara berkala, apalagi terkait tahap awal untuk mengasesmen kebutuhan dari peserta didik. Permasalahan peserta didik mengalami perbedaan antara satu dengan yang lainnya dan angkatan satu dengan angkatan lainnya. Dalam memperoleh hasil yang maksimal, asesmen perlu dilakukan secara berkala dan tidak boleh ditinggalkan agar dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik dengan sepenuhnya dan tidak terjadi lagi salah sasaran, karena tak jarang ada peserta didik yang menganggap bahwa program yang diberikan itu tidak penting (Hanggara et al., 2018).

KESIMPULAN

                 Kepercayaan diri merupakan hal yang penting demi menunjang aktivitas seseorang, baik dalam hal beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang lain secara bebas tanpa rasa cemas. Kepercayaan diri munculnya dari dalam hati nurani manusia. Maka dari itu, hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah berusaha paham tentang diri sendiri dengan kekurangan dan kelebihan sehingga dapat memaksimalkan potensi, menumbuhkan hubungan yang sehat, dan membuat orang di sekitar menganggap bahwa kita pantas untuk dihormati. Selain itu, lingkungan sekitar juga berpengaruh terhadap pengembangan kepercayaan diri seseorang. Saat seseorang banyak menerima hal negatif dari lingkungan sekitar secara terus menerus, maka akan dapat merusak proses kepercayaan diri terbentuk. Sebaliknya, jika seseorang banyak menerima hal positif dari lingkungan sekitar, maka pengaruh itu dapat membangun proses kepercayaan diri.

                 Saat di sekolah, kepercayaan diri peserta didik dapat dibangun melalui bimbingan klasikal atau kelas. Bimbingan klasikal merupakan suatu strategi layanan yang berupa diskusi kelas atau penyampaian pendapat  dan diberikan pada sejumlah peserta didik di kelas oleh guru bimbingan dan konseling. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti diskusi, pre test, post test, membagi kelas menjadi beberapa kelompok, membahas materi ataupun tugas yang telah didiberikan sebelumnya, dan kegiatan lain. Layanan ini bersifat preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), pemeliharaan, dan/atau pengembangan. Layanan bimbingan klasikal ini terdapat 5  (lima) tahapan yaitu, perencanaan kegiatan, pengorganisasiaan, pelaksanaan, monitoring dan penilaian, serta tindak lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Taylor, R. (2013). Kiat-kiat PEDE untuk meningkatkan rasa Percaya Diri. Gramedia Pustaka Utama.

Perry, M. (2005). Confidence Boosters. ESENSI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun