Mohon tunggu...
Septianie Putri
Septianie Putri Mohon Tunggu... -

pelajar SMAK7 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Preman Agar Lebih 'Akrab'?

25 September 2012   12:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Setiap hari kita menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Bahasa Indonesia ini sudah menjadi pemersatu kita dari pertama diciptakan sampai sekarang pada zaman modern ini. Tanpa ada Bahasa, kita tidak akan bisa mengerti satu sama lain. Bayangkan jika tidak ada Bahasa, kita tidak akan bisa bersosialisasi dan saling melengkapi.

Bahasa kita ini pun sudah mendapat banyak kosa kata baru yang merupakan serapan dari bahasa asing. Banyak kata – kata yang kita jumpai ternyata adalah kata serapan dari luar. Banyak kata serapan yang berasal dari Bahasa Hokkien. Bahasa Hokkien ini adalah Bahasa Ibu (Mother Tongue) kaum Tiong Hua yang menetap di Medan, Pekan Baru, Palembang, dan lain – lain. Selain itu, kita juga mendapat berbagai kata serapan dari Bahasa Belanda yang merupakan penjajah kita pada zaman dahulu. Itu semua adalah contoh – contoh asal kata serapan pada zaman dahulu. Kalau pada zaman modern seperti sekarang, kita mendapat banyak kata serapan dari Bahasa Inggris. Semakin berkembangnya teknologi dan informasi, semakin banyak kata - kata baru yang belum mempunyai istilah dalam Bahasa Indonesianya.

Sekarang kita akan lebih memperhatikan penggunaan Bahasa pada keseharian, khususnya pada remaja. Pada zaman modern ini para remaja kerap kali berkomunikasi dengan Bahasa yang tidak formal atau bisa disebut Bahasa gaul. Salah satu contoh kata gaul yang saya ambil adalah “Bokap” dan “Nyokap”. Kedua kata ini mempunyai arti yang sama dengan “Ayah” dan “Ibu”.Mengapa remaja lebih senang menggunakan Bahasa gaul dibandingkan dengan Bahasa baku? Jawabannya mudah, agar terdengar lebih akrab dan seru. Tetapi kerap kali remaja menggunakan kata – kata tanpa mengetahui arti dan asal usul kata tersebut.

Kembali pada contoh asal kita yaitu “Bokap” dan “Nyokap”. Dua kata ini berasal dari Bahasa “okem” (atau bisa juga disebut “Prokem”). Bahasa okem ini merupakan Bahasa yang digunakan sekelompok preman yang hidupnya akrab dengan kriminalitas. Bahasa okem ini menggunakan kata – kata baku yang dimodifikasi dengan menambah / mengurang dan mengganti posisi huruf – huruf sedemikian rupa sehingga terkadang kata tersebut susah dikenali berasal dari kata apa (kata “Bokap” berasal dari kata “Bapak” yang ditambahkan huruf ”ok” dan mengganti posisi huruf lainnya. Begitu pula dengan “Nyokap” yang berasal dari “Nyak”, panggilan untuk ibu dalam Bahasa Betawi). Mereka menggunakan Bahasa okem bukan untuk senang – senang atau semata dianggap anak gaul. Mereka menggunakan Bahasa ini agar dapat membicarakan kriminalitas mereka tanpa harus sembunyi – sembunyi. Seiring berjalannya waktu pun masyarakat mulai mengerti Bahasa okem ini dan menggunakannya secara luas dengan tujuan agar dianggap gaul.

Seperti sudah saya bilang sebelumnya, kata – kata yang kita jumpai tidak 100% asli dari Bahasa Melayu. Banyak serapan dari bahasa asing. Serapan bahasa asing inipun merupakan salah satu pembentuk Bahasa okem. Contohnya, “Gua” dan “Lu” adalah serapan dari Bahasa Hokkien (“Wa” dan “Lu”) yang sudah diucapkan sejak abad 16 yang artinya “Saya” dan “Kamu”. Ada pula besar uang yang kadang kita katakan dengan “Gope” untuk 500 rupiah, “Ceban” untuk 10.000 rupiah, dan lain – lain. Itu juga merupakan Bahasa okem yang berasal dari serapan Bahasa asing.

Kembali pada tujuan awal Bahasa okem digunakan. Tujuan awal dari penggunaan Bahasa okem adalah agar dapat membicarakan kriminalitas tanpa harus diketahui orang lain. Dengan kata lain agar orang lain tidak mengerti apa yang kita bicarakan. Kita bisa ambil contoh dari Angelina Sondakh yang terkenal dengan kasus korupsi dana Wisma Atlet. Dalam kasusnya ini, beliau menggunakan istilah “Apel Malang” dan “Apel US” (yang berarti uang dalam rupiah atau dalam US dollar). Di sini kita dapat melihat bahwa Angelina Sondakh menggunakan semacam kode agar dia dapat membicarakan kriminalitasnya dengan terbuka & santai tanpa harus merasa takut akan ketahuan.

Hal ini mempunyai kemiripan dengan tujuan Bahasa okem diciptakan, yaitu menyembunyikan kriminalitas. Menyembunyikan maksud tertentu. Membuat pihak lain tidak dapat mengerti apa yang kita bicarakan. Tentunya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Bahasa okem ini mempunyai suatu pertentangan dengan tujuan awal diciptakannya bahasa. Selain itu Bahasa okem juga bukanlah bahasa yang sopan karena ditujukan untuk membicarakan kriminalitas (Ini adalah salah satu faktor mengapa orang – orang yang lebih tua lebih suka berbicara menggunakan bahasa yang baku).

Setelah mengetahui asal usul bahasa gaul kita harusnya lebih mempertimbangkan dalam penggunaan bahasa gaul. Selain tidak sopan, bahasa gaul dapat membuat bahasa formal kita terlupakan, padahal bahasa formal kita adalah bahasa pemersatu yang sudah digunakan sebelum kita merdeka. Karena itulah lebih baik jika kita berkomunikasi menggunakan Bahasa formal. Walaupun tidak gaul, yang penting kita tetap bersatu, ‘kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun