Mohon tunggu...
0301achmadfaizirarkanulmukti
0301achmadfaizirarkanulmukti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PDB Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kebocoran Data di Indonesia: Banyaknya Aplikasi Pemerintah dan Lemahnya Pendidikan Siber

8 Januari 2025   13:32 Diperbarui: 8 Januari 2025   13:31 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemerintah Indonesia memiliki ribuan aplikasi yang tersebar di berbagai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Sayangnya, banyaknya aplikasi ini tidak selalu menjadi solusi yang efisien. Sebaliknya, aplikasi-aplikasi tersebut sering kali tidak terintegrasi dengan baik, tumpang tindih, dan minim pengawasan keamanan siber.

Presiden Joko Widodo pernah menyoroti bahwa banyak aplikasi pemerintah tidak saling terhubung dan tidak seluruhnya berfungsi atau digunakan, sehingga sangat rentan menciptakan celah keamanan. Aplikasi yang tidak teratur dengan baik rentan terhadap serangan siber, terutama jika menggunakan ponsel model lama atau bahkan ponsel modifikasi. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkap bahwa beberapa instansi pemerintah masih menggunakan software bajakan.

Di sisi lain, kurangnya pendidikan siber di kalangan masyarakat, terutama generasi muda, memperburuk situasi ini. Kurangnya keingintahuan tentang pentingnya menjaga privasi membuat banyak individu mudah menjadi korban serangan siber, seperti phishing atau pencurian data.

Generasi muda saat ini merupakan pengguna aktif internet, sering kali mereka mengabaikan pentingnya menjaga keamanan data, seperti penggunaan kata sandi yang kuat atau berhati-hati saat membagikan informasi pribadi di platform digital. Di Indonesia, pendidikan tentang keamanan siber belum menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Hal ini berbeda dengan beberapa negara lain seperti Australia yang telah menyediakan pendidikan literasi keamanan siber

Kombinasi antara banyaknya aplikasi pemerintah yang tidak terkelola dengan baik dan lemahnya pendidikan siber berdampak signifikan. Kebocoran data dapat mengancam privasi individu, membuka peluang kejahatan siber, hingga merusak reputasi lembaga pemerintah.

Kebocoran data di Indonesia sendiri adalah hasil dari kombinasi faktor teknis, kelembagaan, dan sosial. Banyaknya aplikasi pemerintah yang tidak terkoordinasi dan lemahnya pendidikan siber bagi generasi muda menjadi dua faktor utama yang memicu masalah ini. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem digital yang aman. Hanya dengan langkah nyata, privasi dan keamanan data publik dapat terjaga di era digital ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun