Tugas utama guru dalam dunia pendidikan adalah mendidik siswa dan mengarahkannya untuk pribadi yang baik dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Dalam upaya untuk memaksimalkan dan membantu guru dalam mendidik dan mengajar siswa, kurikulum merupakan hal yang sangat penting untuk membantu kelancara proses belajar mengajar. Implikasi kurikulum menurut Mcneil adalah (a) menjadi acuan dalam penelitian dan pengembangan kurikulum serta menjadi alat evakuasi kurikulum, (b) mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai variabel dan hubungannya dengan komponen-komponen kurikulum yang dapat divalidasi secara empiris, (c) memberikan prinsip-prinsip dan hubungan-hubungan yang dapat diuji secara empiris untuk mengembangkan kurikulum, dan (d) menjadi kegiatan intelektual yang kreatif (Arifin, 2011).
Dalam rangka menyesuaikan kebutuhan peserta didik, Indonesia beberapa kali mengalami pergantian kurikulum. Tahun 2024 kurikulum yang digunakan oleh negara Indonesia adalah kurikulum merdeka. Kurikulum ini dapat digunakan pada seluruh mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah termasuk pelajaran Agama Islam. Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam menyusun pembelajaran yang lebih kontekstual dan relevan bagi peserta didik. Fokus utama Kurikulum Merdeka adalah pengembangan profil pelajar Pancasila yang meliputi aspek kemandirian, kreatifitas, gotong royong, kebhinekaan global, dan karakter akhlak mulia (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2022). Bagi Madrasah Tsanawiyah, prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka ini sangat sejalan dengan tujuan pengajaran PAI yang menekankan pada pembentukan akhlak dan nilai-nilai Islam
Dalam aplikasinya kurikulum merdeka yang diterapkan untuk pembelajaran Agama Islam ini mengacu pada kurikulum Humanistik yang mementingkan "integrasi (menyatu padukan) emosi, pikiran dan tindakan siswa untuk mencapai kurikulum yang efektif. Landasan yang mendasarinya adalah teori Gestalt yang cenderung mengutamakan keutuhan dan kesatuan persaan, pikiran dan tindakan secara integral untuk mendorong pengalaman belajar siswa yang komprehensif, menyeluruh dan atau integral sebagai jalan menolak (counter) kurikulum "fragmentasi" yang terpecah-pecah (kurikulum yang hanya mengembangkan kemampuan ranah kognitif saja) (Juanda, 2016). Pembelajaran Agama Islam tidak bisa disampaikan hanya berdasarkan teori saja namun lebih banyak digunakan untuk pembelajaran yang membentuk karakter peserta didik.
Seiring perkembangan zaman, dunia digital banyak memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia terutama terhadap karakter dan sikap peserta didik. Era digital memberikan banyak kemudahan terhadap proses globalisasi. Globalisasi yang tidak disaring dan dipilah dengan baik akan memberikan dampak negatif yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Tergerusnya nilai-nilai islami (nilai-nilai kebersamaan, tolong-menolong, kesederhanaan), relativisme moral dengan kebebasan yang ditawarkan oleh dunia digital seringkali mengaburkan pandangan mana yang baik dan mana yang benar, dan merosotnya karakter seperti perilaku perundungan siber, penyebaran hoaks dan ujaran kebencian seringkali bertentangan dengan nilai-nilai Islami yang diajarkan pada pelajaran Agama Islam.
Pengembangan kurikulum merdeka yang disesuaikan dengan kondisi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dapat membantu untuk menghadapi tantangan-tantangan diatas, terutama berkaitan dengan karakter. Aspek penting yang perlu dimunculkan dalam pengembangan kurikulum PAI terutama untuk siswa MTs diantaranya (1) Integrasi pendidikan digital ke dalam kurikulum PAI (Siswa perlu diajarkan cara menggunakan internet dan media sosial secara bijak sesuai dengan ajaran Islam, termasuk menghindari konten negatif seperti pornografi, hoaks, dan ujaran kebencian). (2) Pembentukan akhlak dan moralitas (Kurikulum PAI harus memberikan pembelajaran yang menekankan pentingnya akhlak Islami baik dalam lingkungan sekitar maupun lingkungan maya. Pemahaman tentang etika berkomunikasi dan bermedia sosial perlu dibentuk sesuai dengan nilai-nilai akhlak dan moral yang diajarkan di Agama Islam). (3) Peningkatan kapasitas guru PAI (Pelatihan dan workshop bagi guru PAI tentang literasi digital adalah hal yang penting agar guru dapat menyelami dunia peserta didik dan dapat membimbing peserta didik secara efektif dalam menghadapi pengaruh negatif dari internet)
Daftar Pustaka
Arifin, Z. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosdakarya.
Juanda, A. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik KTSP dari Teori Hingga Implementasi Kurikulum (Perpustakaan Nasional RI). CV.CONFIDENT.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022). Kurikulum Merdeka -- Pusat Kurikulum dan Pembelajaran [Blog Pemerintah]. Sistem Informasi Kurikulum Nasional Pusat Kurikulum Dan Pembelajaran. https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H