"Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi, peran Quality Assurance (QA) menjadi semakin penting untuk memastikan perangkat lunak (software) dan aplikasi berjalan dengan baik tanpa cacat. Meskipun otomatisasi telah menjadi tren besar dalam pengujian perangkat lunak, proses manual tetap relevan dan bahkan esensial dalam beberapa aspek. Quality Assurance manual dalam bidang teknologi informasi adalah langkah penting yang tidak bisa digantikan sepenuhnya oleh mesin. Mengapa? "
Apa itu Quality Assurance Manual ?
Quality Assurance (QA) manual adalah proses pengujian perangkat lunak yang dilakukan secara manual oleh manusia tanpa bantuan alat otomatisasi. Seorang tester secara langsung berinteraksi dengan aplikasi atau sistem untuk mencari bug, memeriksa alur kerja, dan memastikan bahwa software berfungsi seperti yang diharapkan. Proses ini mengandalkan pengamatan, pengalaman, dan intuisi manusia untuk mendeteksi masalah yang mungkin terlewatkan oleh alat otomatis.Â
Misalnya, ketika kmembuka aplikasi, ada berbagai fungsi dan fitur yang diharapkan berjalan mulus. Di sinilah QA manual berperan. Penguji manual akan memastikan bahwa setiap tombol, navigasi, dan interaksi antar-komponen aplikasi berfungsi dengan baik, sesuai dengan ekspektasi pengguna.Â
Mengapa Quality Assurance Manual Penting?
Meskipun pengujian otomatis sangat cepat dan efisien, pengujian manual memiliki keunggulan dalam situasi tertentu, terutama dalam pengujian yang melibatkan pengalaman pengguna (user experience) dan antarmuka (user interface). Berikut adalah beberapa alasan mengapa QA manual masih relevan: Â
1. Pemahaman Pengalaman Pengguna (User Experience): Penguji manual dapat merasakan bagaimana aplikasi berfungsi layaknya pengguna biasa. apakah alur aplikasi mudah dipahami, apakah tombol-tombolnya mudah diakses, atau apakah ada aspek yang membingungkan. Pengalaman ini tidak bisa sepenuhnya direplikasi oleh alat otomatisasi.Â
2. Kreativitas dalam Pengujian: Penguji manual dapat berpikir di luar naskah (out of the box). Dapat mencoba skenario yang mungkin tidak dipikirkan sebelumnya, misalnya kombinasi langkah-langkah tertentu yang bisa menyebabkan crash pada aplikasi. Otomatisasi biasanya terbatas pada skrip yang telah ditentukan sebelumnya dan mungkin tidak mendeteksi masalah tersebut.Â
3. Pemeriksaan Visual dan Antarmuka: Pengujian manual memungkinkan penguji untuk memeriksa elemen visual secara langsung. Â
bisa menilai apakah tata letak, warna, font, atau desain UI sudah sesuai dan nyaman dipandang. Masalah visual kecil, seperti elemen UI yang terpotong atau tidak selaras, sering kali hanya bisa terdeteksi melalui pengujian manual.
4. Â Responsivitas terhadap Bug yang Tidak Terduga: Dalam QA manual, penguji dapat segera merespons dan menyesuaikan pengujian ketika menemukan bug tak terduga, sedangkan dalam pengujian otomatis, penyesuaian memerlukan perubahan pada skrip dan pengulangan tes.Â