Jember merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan sumber daya alam, namun menghadapi tantangan serius akibat pencemaran lingkungan hingga saat ini, khususnya pada perairannya. Sungai-sungai utama seperti Bedadung, Kalijompo, Mayang, dan Bondoyudo, yang merupakan sumber air penting bagi masyarakat, kini terancam oleh limbah domestik dan industri, terutama di kawasan perkotaan.
Tingkat pencemaran ini semakin mengkhawatirkan karena berpotensi merusak ekosistem sungai, mengurangi kualitas air, serta mengancam keberlangsungan kehidupan biota air. Jika masalah ini tidak segera ditangani, risiko kontaminasi pada ikan dan organisme lain oleh zat berbahaya akan meningkat, yang pada akhirnya dapat membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem secara keseluruhan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kukuh Munandar dan Novy Eurika (2016), air Sungai Bedadung sering digunakan untuk keperluan sehari-hari masyarakat seperti mandi, mencuci, dan buang air, bahkan untuk membuang limbah. Aktivitas ini menyebabkan peningkatan pencemaran, termasuk logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmium (Cd) yang dapat berdampak buruk pada organisme air dan manusia melalui bioakumulasi dalam rantai makanan. Mereka menemukan bahwa kandungan Cd pada ikan sapu-sapu (Hypostomus plecostomus) dari Sungai Bedadung telah melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh SNI 7387:2009, menunjukkan bahwa perairan ini sudah tercemar limbah berbahaya.Â
Pencemaran perairan di Jember ini tentunya dapat diatasi dengan pendekatan ramah lingkungan melalui pemanfaatan mikroorganisme sebagai solusi alami dalam pengelolaan limbah. Pseudomonas dan Bacillus, memiliki kemampuan mendegradasi bahan organik sekaligus menguraikan logam berat yang mencemari air. Di sisi lain, mikroalga memainkan peran penting dalam menyerap kelebihan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor yang menjadi penyebab utama eutrofikasi.
Pemanfaatan mikroorganisme dapat menggunakan metode yang disebut "Teknologi Biofilter", di mana mikroorganisme diintegrasikan ke dalam sistem penyaringan untuk membersihkan air secara efisien. Teknologi ini menjadi salah satu alternatif yang efektif untuk mengurangi pencemaran di sungai-sungai seperti Bedadung, Kalijompo, Mayang, dan Bondoyudo, sekaligus mendukung pelestarian ekosistem sungai di Jember.
Pemerintah Jember, bersama komunitas dan akademisi, diharapkan dapat mengembangkan teknologi bioremediasi berbasis mikroorganisme lokal untuk menjaga kualitas air di Jember. Teknologi ini akan membantu mengurangi pencemaran air yang masih menjadi permasalahan hingga saat ini yang nantinya akan meningkatkan kualitas air sungai sehingga memberikan manfaat positif bagi masyarakat. Selain itu, teknologi ini juga akan menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengurangi polutan yang dapat merusak kehidupan organisme air, sehingga mendukung keberagaman hayati dan kesehatan ekosistem sungai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H