Mohon tunggu...
Raihan Tri Atmojo
Raihan Tri Atmojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, UNS. Saat ini sedang senang terhadap dunia blog dan mencoba menambah wawasan dengan berbagai macam bacaan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Urusan Perasaan

16 Juni 2023   22:10 Diperbarui: 16 Juni 2023   22:12 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Belum pernah aku berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwaku sendiri, yang terkadang membantuku, dan terkadang menentangku. -- Imam Ghazali

Quotes di atas belakangan ini sering melintas di kepalaku. Kepala seorang pemuda berusia 21 tahun, yang tak selesai-selesai berkelahi dengan dirinya sendiri, maaf jiwanya sendiri. Banyak masalah yang datang kepadanya, urusan kuliah, urusan organisasi, urusan duit, dan tak ketinggalan urusan perasaan.

Yap, dari urusan-urusan di atas yang paling bisa membuat kewalahan dirinya adalah urusan perasaan. Ia tiba-tiba datang menyergap tanpa ampun, mengganggu hari-harinya. Sedang makan, sedang kuliah, sedang bermain game, dan sedang-sedang lainnya urusan perasaan ini selalu datang menghampiri dirinya.

Ia sekarang bingung, apa yang harus dilakukannya. Kesana kemari ia bertanya bagaimanakah lepas dari cengkeraman perasaan ini? ia belum menemukan jawaban yang pas dan mengena di hatinya. Malah saran-saran dari orang terkadang membuatnya jadi lebih khawatir atau takut untuk menghadapi perasaan ini.

Berat memang menghadapi si 'perasaan' ini. Ia tak terlihat, tetapi efeknya lebih terasa dibandingkan dengan sesuatu yang nyata. Aku yang sampai detik ini masih berhadapan dengan si 'perasaan' pun bingung, apa yang harus kulakukan. Banyak orang berkata "Ungkapkan saja" tapi jiwa dan raga tidak pernah selaras untuk melakukan hal itu.

Seperti yang diucapkan di awal, seorang Imam Al-Ghazali saja kesulitan menghadapi jiwanya sendiri, apalagi aku. Jiwaku sudah berapi-api menyuruhku untuk menghadapi si 'perasaan' dengan cara mengungkapkannya, namun sang raga berkata "Jangan, bukan waktu yang tepat sekarang"

Ya, sang raga berkata seperti itu terus menerus, setiap hari. Malam ke pagi, pagi ke malam sang raga selalu menahan sang jiwa agar tidak buru-buru berhadapan dengan perasaan, karena satu langkah saja salah, urusannya akan merepotkan. Yahh tapi aku layaknya sang jiwa, tak bisa terlalu lama menahan terlalu lama lagi untuk menghadapi sang 'perasaan'. Kini aku dan jiwaku hanya bisa berharap waktu yang menurut si raga tepat itu segera datang, sehingga setidaknya aku bisa beraktivitas dengan nyaman lagi seperti sedia kala. Duhai engkau si 'perasaan', cepatlah datang. Apapun jawabanmu, aku, jiwa dan ragaku In Syaa Allah aku siap menerimanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun