Mohon tunggu...
Raihan Tri Atmojo
Raihan Tri Atmojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, UNS. Saat ini sedang senang terhadap dunia blog dan mencoba menambah wawasan dengan berbagai macam bacaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak, Terima Kasih Nasihatnya (Bagian 3)

5 November 2021   09:37 Diperbarui: 5 November 2021   09:44 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jujur di dalam hatiku, aku merasa kurang optimis, apalagi dengan kondisiku yang seperti sekarang. Namun aku juga tidak ingin mengecewakan orang tuaku, aku tidak bisa terus menerus hanya menjadi beban baginya. Aku sudah banyak melihat kisah sukses dari banyak orang yang memiliki keterbatasan, lalu kalau aku menyerah disini apa gunanya aku menonton video-video tersebut!

Maka dari itu, aku tidak boleh menyerah. Hari itu malam sudah larut, ibu sudah tertidur lelap, namun aku masih terjaga. Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Yah sembari menahan rasa nyut-nyutan yang ada di kakiku, aku hanya bisa berusaha dan  berdoa kepada Allah SWT agar hasil ujianku mendapat nilai yang terbaik. Sesaat kemudian aku sudah terlelap.

Keesokan harinya, Pak Andi datang ke kamarku, ia membawa soal dan lembar jawaban ujian sekolah. Ia kemarin telah mendengar kabar tentang diriku dari teman-teman. Tentu sebelum menemaniku ujian, ia bertanya dulu tentang bagaimana keadaanku, apakah aku sanggup untuk mengikuti ujian dalam keadaan seperti ini.

"Jelas sanggup Pak!" jawabku.

Mendengar hal itu Pak Andi pun tersenyum. Ia pun berpesan

"Semangat boleh, bagus malahan. Tapi zar kamu juga harus ingat bahwa tidak semua hasil yang kamu inginkan akan sesuai dengan ekspetasimu. Terkadang hidup memang menyakitkan bagi kita semua. Bapak yakin sekarang ini kamu pengin kan ujian di kelas bareng temen-temen. 

Namun Allah mengujimu dengan ini. Tapi, meski sakit juga ada hikmah yang didapat, dosamu diampuni karena sakitmu, dan kamu jadi tahu nikmat sehat yang sesungguhnya. 

Dari hal ini kamu juga bisa tahu bahwa orang disekitarmu masih banyak yang peduli denganmu, ibumu, yang membiayai pengobatanmu, termasuk Pak Andi, juga teman-temanmu semuanya. Jadi di masa depan nanti ketika ada orang yang membutuhkan kepedulian, maka berikanlah kepedulianmu. Bisa jadi dari hal itu kamu berperan dalam membantu mencapai keinginan orang lain, sebagaimana kepedulian kami mungkin  akan sedikit membantumu mencapai apa yang kamu cita-citakan."

Mendengar hal itu aku seketika tertampar. Benar juga apa yang dikatakan Pak Andi. Kesuksesan kita tidak semata-mata dari usaha kita saja, namun ada campur tangan orang lain dan ketetapan Tuhan. 

Dan prinsip itu aku gunakan hingga sekarang. Setelah ujian sekolah waktu itu, aku masuk dalam siswa yang nilainya masuk 10 besar secara paralel, setelahnya aku bisa melanjutkan pendidikan di PTN ternama, hingga mendapat pekerjaan dan posisi yang mapan sekarang. Maka sebagai wujud syukurku aku juga ingin memberi peran untuk membantu orang lain mencapai cita-citanya. Salah satunya membantu Ayu dalam hal biaya pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun