Mohon tunggu...
Raihan Tri Atmojo
Raihan Tri Atmojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, UNS. Saat ini sedang senang terhadap dunia blog dan mencoba menambah wawasan dengan berbagai macam bacaan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tak Pantas bagi Kita untuk Menyombongkan Sesuatu yang Tak Sepenuhnya Milik Kita

20 Maret 2021   17:30 Diperbarui: 20 Maret 2021   17:34 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kita pasti sudah sering mendengar bahwa sombong itu bukan perbuatan yang baik. Dalam Islam, Sombong menurut definisi Rasulullah SAW adalah bathorul haq wa ghomtunnas, artinya menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Dengan sombong, diri kita justru malah terlihat buruk di mata orang lain. 

Banyak juga zaman dahulu kisah-kisah tentang orang sombong yang diakhir hidupnya bukan kebahagiaan yang mereka bawa, melainkan mati dalam keadaan yang buruk. Sebut saja Qarun, manusia yang sangat kaya yang hidup pada Nabi Musa AS. Sewaktu miskin ia sangat rajin beribadah pada Allah SWT. Namun ketika Allah SWT menjadikannya kaya, ia lupa dan terlena dengan kekayaan yang dititipkan Allah kepadanya. Bahkan ia menganggap bahwa harta yang ia miliki saat itu adalah hasil jerih payahnya sendiri.

Karena mulai sombong, tidak mau bersedekah dan berzakat, dan lalai dari mengingat Allah, maka Allah SWT menenggelamkan Qarun serta rumah dan seluruh hartanya di dalam bumi. Orang yang sebelumnya melihat Qarun dengan perasaan takjub karena melihat banyaknya harta yang dimiliki Qarun, setelah melihat peristiwa itu mereka langsung sadar bahwa menjadi orang yang terlalu sombong itu tidak baik.

Memang, kita tidak sepatutnya sombong, yaitu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Kita sebagai manusia, semuanya sama. Yang membedakan kita hanyalah ketaqwaan kita, dan ketaqwaan kita masing-masing yang mengetahui itu hanya Allah SWT saja. Kita tak bisa serta merta menilai orang bertaqwa hanya dari pakaian yang dikenakannya saja, karena yang tahu memang hanya Allah SWT saja.

Lagipun apa yang bisa kita sombongkan. Uang yang kita miliki adalah dari titipan dari Allah. Karena kita sudah bekerja maka Allah titipkan uang padamu sebagai imbalannya. Kalau tidak bekerja, ya tentu Allah tidak akan menitipkan rizki berupa uang pada kita. 

Nyawa kita itu jelas pemberian Allah, kita juga tak bisa hidup seorang diri, lalu kalau begitu apa yang bisa kita sombongkan kalau nyawa, sesuatu yang paling mendasar pada diri kita masing-masing saja masih pemberian, dan kita tak akan bisa membuat sesuatu yang bernama nyawa itu. 

Justru kalau kita sombong, membangga-banggakan harta yang kita miliki untuk merendahkan orang lain, justru timbul pertanyaan, apakah saking tidak punya sesuatu pun, kita sampai membanggakan sesuatu yang hanya titipan dari Allah. Barang sendiri saja gak punya, malah membanggakan 'titipan' untuk merendahkan orang lain. Maka dari sini kita tahu bahwa tawadhu (rendah hati) adalah sikap yang paling pas bagi kita, manusia hamba Allah SWT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun