Mohon tunggu...
Raihan Tri Atmojo
Raihan Tri Atmojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, UNS. Saat ini sedang senang terhadap dunia blog dan mencoba menambah wawasan dengan berbagai macam bacaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Galih yang Tak Khawatir Akan "Ngelih"

10 Maret 2021   13:53 Diperbarui: 10 Maret 2021   14:08 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu, galih sedang bersantai didepan teras rumahnya. Dengan rokok bertengger di jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya, sesekali ia nyebat. Keadaan didepan rumahnya sangat sunyi, pohon mengga dan pohon jambu yang memenuhi pekarangan milik tetangganya mendominasi pemandangan yang dilihat oleh galih. Sesekali tetangga lewat depan teras rumahnya, mereka menyapa galih, dan galih menyapanya balik.

Dari dalam rumah, karni membawakan secangkir kopi yang masih hangat. Dengan ukuran gelas yang standar bagi orang yang biasa berkecimpung di dunia per-kopian, galih menyeruput kopi itu dengan syahdunya. Tetangga sebelah rumahnya menyetel radio dangdutan dengan kerasnya, tapi galih dan karni tidak menanggapinya.

Sesaat kemudian, ada dua orang yang datang kerumah galih. Dua orang itu adalah Pak Anwar dan Pak Edi. Singkat cerita Pak Anwar dan Pak Edi mengajak Galih untuk ikut kerja bakti, tapi galih memilih untuk ikut menyumbang saja. Sebenarnya Pak Anwar sudah bilang ke galih kalau ia terus-terusan hanya menyumbang saja ketika ada acara kerja bakti, nanti ia di cap pemalas. Mendengar hal itu Galih hanya tersenyum, dan menjawab

"Setidaknya saya ikut andil dalam memberi manfaat kepada yang kerja bakti, kalau orang menganggap saya pemalas monggo. Saya hanya berusaha untuk tidak menjadi beban dalam kegiatan seperti itu. Maka saya lebih memilih untuk menyumbang, karena saya kurang bakat dalam hal-hal kegiatan fisik"

Setelah mendengar hal itu, Pak Anwar dan Pak Edi pun memaklumi, kemudian mereka pulang. Sepuluh menit berlalu, dua orang berbadan kekar datang kerumah galih. Mereka hendak menagih hutang cicilan motor yang sudah jatuh tempo. Tanpa pikir panjang Galih mengambil sesuatu dari dalam rumahnya. Semenit kemudian ia keluar dengan amplop kecil di tangannya. Ia berkata

"Ini uang yang saat ini dapat saya gunakan untuk membayar cicilan hutang saya. Kalau dirasa kurang, ambil kembali saja motornya. Saya masih bisa naik angkot kalau mau berangkat kerja"

Akhirnya motor Galih dibawa oleh dua orang itu. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 siang, ia kembali masuk ke dalam rumahnya. Di meja makan hanya ada tempe tadi pagi, sayur juga tinggal sisa-sisanya saja. Hanya cukup untuk makan dua orang saja.

"Mas, mau tak bikinin sambel?" tanya karni

"Aku ini aja dah cukup kok, kalau kamu mau bikin, monggo. Nanti kalau masih sisa, buat makan nanti sora"

Benar saja, siangnya galih hanya makan dengan tempe dan sayur sisa itu, sorenya hanya makan dengan sambel saja. Malam harinya karni bertanya pada galih.

"Mas, kok kamu kelihatannya pasrah banget jalanin kehidupan. Iya kamu kerja, walaupun hanya jadi cleaning service. Tapi waktu orang bawa masalah ke kamu, kamu memilih gak memperpanjang masalah dengan cara menyulitkan kamu sendiri. Sebenarnya apa alesanmu mas?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun