[caption id="attachment_347701" align="aligncenter" width="634" caption="muslim-academy.com"][/caption]
Tuhan, musim ini memunculkan beribu kekhilafan
dan aku mengunyah banyak sampah yang bertebaran
di celah sisi kemiskinan kepala. Jangan Kau-beri
kemudahan bila itu hanya akanmenumbuh-suburkan
keperihan saudara-saudara yang sempurna miskinnya
Kalau masih ingin rasanya nikmat-Mu menjengukku
datanglah dalam keadaan yang paling sepi, paling nyeri
Mataku ternyata mata-mata yang menyelidik
kesungguhan, terlebih lagi menarikan keindahan
lekuk tubuh insani: sepasang mata normal yang
selalu terpancing untuk melihat yang indah, apalagi
menggiurkan. Tuhan, entah kenapa terkadang
timbul saja keinginanku untuk menggantinya dengan
mata lain asal dapat merasa dan mengenal kilau
bintang. Tentu Kau-lah yang paling tahu Tuhan
karena dari nenek moyang aku diasah untuk yakin!
Mulutku selalu saja mengunyah-ngunyah
kesenyapan dari waktu ke waktu dan rela saja dilalui
kata tanpa batas. Semua keluar dengan pergantian
yang tak memberi arti, kata meluncur bagai curah hujan
memuntahkan banjir. Semua mengalir, semua tumpah
ke laut, bahkan ada yang naik kebukit, ke gunung
ke awan dan matahari! Namun, tetap saja tak mampu
membongkar bongkahan karang di lautan..
Jadinya, aku mulai tak puas dengan hanya memiliki
mulut yang semacam ini Tuhan, karena tak mampu
mengubah tindak lewat bahasa pikir. Kurindukan mulut
yang mampu memasak makanan bagi musafir yang
terlanda perang dan banjir!
Tuhan, kenapa hatiku tak siap untuk hati-hati
dalam menerjemahkan penyesalan yang diciptakan
oleh diriku sendiri? Mungkin karena beragam persoalan
yang mesti ditampungnya, padahal tempatnya
teramat kecil. Kalau boleh berilah aku hati yang besar
agar dapat berbesar hati menebarkan kebijaksanaan
yang diciptakan oleh pikiran-pikiran sederhana
Berilah aku hati yang selalu hati-hati dalam usaha
menimbang-nimbang dan memilah-milah serta merumuskan
sesuatu dengan arif. Dengan demikian, aku akan mempunyai
mata hati yang tajam bagi segenap penjuru kemanusiaan!
Tuhan, kalau aku telah Kau-terima seadanya, kekecilan
makna diri akan terpupuk sedalam mungkin. Jadilah doa
ini kuncup hidup yang akan memekarkan mata, mulut dan hati
Penentu tangan bergerak agar tidak seperti biasa
dan alakadarnya saja. Amin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H