(Kristin dan Rudolof)
Di jalan berliku embun turun. Kelok demi kelok
memutarkan pandang, danau terhampar, riak
membalik kenangan. Khutbah panjang Hamka
kembali terdengar:
“Maninjau padilah masak,
batang kapeh batimba jalan
Hati risau dibao galak, bak paneh
manganduang hujan,”
Tanah agraris, padi menguningkan harapan
kapuk di kiri-kanan kukuhkan impian, tangis
tersuruk, merpati tak lagi punya janji..
Di kelok 44, terkadang danau di kiri dan terkadang
hadir di kanan: mata-mata biru, kulit-kulit kapilo
menuntaskan pandang ke arah senja
Di tanah ketinggian, Rumah Gadang ketirisan
Abdul Malik dan Fatimah berdiang di dapur
kalimat mengalir hilir-mudik: Sitti yang sembilan
bulan bertengkar dengan Nurdin tentang anak
di kandungan. Akhirnya bersepakat kalau Buyung
jadi Rudolof, bila si Upik dipanggil Kristin
Inilah musim itu, humste berseliweran, musik-musik
karaoke, malam hilangkan gambus: Abdul Malik
berpayung daun pisang, Fatimah bertelekung
mencari azan bergema, kukuhkan iman di dada!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H