Mohon tunggu...
Rohmantik Poeisi
Rohmantik Poeisi Mohon Tunggu... -

Penyair, Aktor dan Performer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maninjau

27 Juli 2014   10:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:03 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(Kristin dan Rudolof)

Di jalan berliku embun turun. Kelok demi kelok

memutarkan pandang, danau terhampar, riak

membalik kenangan. Khutbah panjang Hamka

kembali terdengar:

“Maninjau padilah masak,

batang kapeh batimba jalan

Hati risau dibao galak, bak paneh

manganduang hujan,”

Tanah agraris, padi menguningkan harapan

kapuk di kiri-kanan kukuhkan impian, tangis

tersuruk, merpati tak lagi punya janji..

Di kelok 44, terkadang danau di kiri dan terkadang

hadir di kanan: mata-mata biru, kulit-kulit kapilo

menuntaskan pandang ke arah senja

Di tanah ketinggian, Rumah Gadang ketirisan

Abdul Malik dan Fatimah berdiang di dapur

kalimat mengalir hilir-mudik: Sitti yang sembilan

bulan bertengkar dengan Nurdin tentang anak

di kandungan. Akhirnya bersepakat kalau Buyung

jadi Rudolof, bila si Upik dipanggil Kristin

Inilah musim itu, humste berseliweran, musik-musik

karaoke, malam hilangkan gambus: Abdul Malik

berpayung daun pisang, Fatimah bertelekung

mencari azan bergema, kukuhkan iman di dada!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun