Bahasa jawa halus atau yang biasa disebut dengan bahasa krama kini semakin dilupakan oleh orang jawa. Padahal menurut orang jawa, bahasa krama inggil harus dikuasai sebagai tolok ukur kesopanan. Krama inggil digunakan untuk menghargai orang yang lebih tua mislnya, berbicara dengan bapak, ibu, kakek, nenek, guru dan sebagainya. Pada budaya jawa seseorang akan dianggap sopan santun apabila ketika berbicara dengan orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa krama inggil.
Kenyataan yang memprihatinkan, saat ini bahasa jawa krama inggil semakin hilang. Banyak para orang tua enggan untuk memberikan pembelajaran tentang bahasa jawa krama inggil kepada anak-anaknya. Para orang tua justru membiasakan penggunaan bahasa indonesia kepda anaknya mulai dari kecil, padahal tanpa pembiasaan nantinya anak pasti bisa berbahasa indonesia tanpa pembiasaan sedari ia kecil.
Kemampuan berbahasa akan menjadi modal utama bagi anak dalam melakukan komunikasi dengan teman, guru, dan juga orang dewasa lain yang ada di sekitarnya. Jadi, bahasa lah yang akan mengantarkan anak untuk memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan semua pihak. Dengan pembiasaan penggunaan bahasa yang sopan, maka nantinya anak akan cenderung terbentuk sebagai pribadi yang baik dan sopan santun. Anak harus diberi pengetahuan tentang berbagai bahasa dan cara penggunaan bahasa secara baik dan benar.
Agar anak tidak melupakan kebudayaan yang ada dijawa yaitu kebudayaan penggunaan bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, maka para orang tua harus mengajari anak-anak nya untuk membiasakan diri berbahasa jawa kromo inggil sejak anak dalam tahap usia dini.
Daftar Pustaka
Wahyudin, uyu dan Agustin, Mubiar. 2012. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung : Refika Aditama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H