Mohon tunggu...
fajriatul kamelia
fajriatul kamelia Mohon Tunggu... -

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Ilmu Komunikasi, angkatan 2014

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung ke Bukit Teletubbies yang Indah di Wonosobo

4 November 2014   02:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:45 2041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415016689972260342


Ini merupakan pengalaman saya ketika liburan setelah ujian tengah semester kemarin. Saya dan teman-teman melakukan pendakian ke Gunung Prau di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Tinggi gunung ini adalah 2565 Mdpl. Dari kota Jogja menuju kota Wonosobo di perlukan waktu sekitar 4-5 jam jika anda menggunakan bis, tetapi jika anda menggunakan motor bisa di tempuh dalam waktu 3 jam. Setelah sampai di kota Wonosobo saya langsung menuju dataran tinggi Dieng, meski saat itu larut malam justru perjalanan menjadi menyenangkan, karena ketika di perjalananpun kita sudah di suguhi pemandangan indah, karena ini dataran tinggi kita bisa melihat kota Wonosobo dari atas. Namun semakin lama perjalanan menuju Dieng semakin hilang lah pemandangan lampu-lampu terang dari pemukiman warga di bawah, karena sudah mulai tertutup oleh kabut.

Setelah perjalanan cukup lama akhirnya saya dan teman-teman sampai di tempat. Sebelum mendaki kita harus memeriksakan barang-barang bawaan dan memebeli tiket masuk di basecamp. Usahakan jika anda berkunjung kesini gunakanlah jaket tebal dan sarung tangan, karena belum sampai puncak gunung udara di sana sangatlah dingin. Setelah kita mendapatkan tiket, setiap orang yang mendaki di beri peta jalur pendakian gunung prau. Di peta kita harus melewati 3 pos barulah kita sampai ke puncak. Uniknya nama puncak gunung prau adalah puncak teletubbies.

Sebelum berangkat saya dan teman-teman melakukan briefing dan berdoa, agar kita selamat sampai puncak. jangan pernah remehkan kegiatan mendaki, karena apapun bisa terjadi jika kita berhubungan dengan alam, khususnya gunung. Setelah berdoa seperti biasa saya dan teman-teman melewati kawasan pemukiman penduduk setelah itu kita melewati ladang milik para penduduk disana. Setelah melewati ladang barulah kita melewati jalur pendakian Gunung Prau, awalnya memang tidak terlalu menanjak, jalannya masih penuh bebatuan kecil yang sengaja di buat oleh para warga di sana untuk memudahkan akses mereka dalam menanam tanaman.

Setelah melewati jalan bebatuan sampailah kita di POS 1, mulai di sini jalannya cukup terjal dan licin, kita hanya di fasilitasi pegangan dari bambu, jadi harus hati-hati karena medan yang di tempuh sangatlah sulit. Di daerah ini juga berpotensi longsor. Hari semakin larut dan udara semakin dingin tetapi POS 2 belum terlihat, cukup lama ternyata untuk mencapai ke POS 2. Saya dan teman-teman memutuskan untuk istirahat sebentar, setiap kita merasa lelah kita berhenti sejenak, kebanyakan pendaki itu gagal sampai puncak karena mereka malu untuk mengatakan lelah, dan jangan lupa juga ya badan anda juga harus fit ketika mendaki. Waktu yang baik untuk mendaki adalah malam hari, karena kita tidak terlalu kelelahan dan kepanasan.

POS 2 mulai terlihat, kita istirahat di sana untuk mengumpulkan tenaga kembali. Kita mulai menggigil hebat, tapi karena kita mulai berkeringat jadi kita masih bisa menahan suhu udara di sana, meski keringat terasa dingin juga. Semakin lama medannya semakin terjal, kita harus berjalan sambil memegang ranting dan akar-akar pohon, jika tidak hati-hati kita bisa terpleset jatuh ke bawah.

Setelah 2 jam mendaki kita sampai di POS 3, tapi ini belum puncak, semangat kami mulai terpompa kembali karena puncak sudah dekat dengan kita, rasa lelah dan dingin tidak lagi kita hiraukan. Mulai terdengar teriakan para pendaki yang telah sampai terlebih dahulu di puncak. “Woy! Kita udah di puncak nih, kalian kapan?” kata salah seorang pendaki lantang.

Akhirnya sampailah kita di puncak, udara dingin semakin terasa, kita bergegas membangun tenda agar bisa cepat istirahat dan tidak kedinginan. Dikarenakan larut malam kita tidak bisa langsung menikmati pemandangan di puncak, jadi kita tidur terlebih dahulu. Ketika sunrise kita mulai terbangun. Sungguh indah matahari terbit pagi itu. Pemandangan juga sangat mengagumkan, kini aku mulai mengerti kenapa puncak ini di sebut puncak teletubbies , karena gunung-gunung yang berada di dekat gunung prau membentuk sebuah tumpukan bukit-bukit, mirip seperti bukit di acara teletubbies. Gunung-gunung itu antara lain Gunung Sikunir, Gunung Pakuwaja, Gunung Sindoro dan lain-lain. Dari sini juga terlihat telaga warna yang berwarna biru langit. Telaga warna juga merupakan kawasan wisata terbaik di Dieng.  Banyak bunga dan pepohonan indah di sekitar puncak ini. Kita merasa seperti melihat sebuah lukisan pemandangan indah. Rasa lelah pun sudah terbayarkan dengan pemandangan indah itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun