Mohon tunggu...
Yundika Alvionita
Yundika Alvionita Mohon Tunggu... -

Komunikasi IPB

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

KON dan KOI Berselisih, Atlet Terganggu

25 Maret 2014   20:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:30 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_316984" align="alignright" width="300" caption="Ryan Yohwari (Kiri) bersama Kepala Sekretariat KON Kabupaten Bogor, Bapak Supriyadi"][/caption]

Beberapa atlet bulutangkis di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat diwarnai kebingungan akibat adanya perselisihan KON dan KOI. Hal tersebut terjadi saat akan bertanding dalam berbagai kejuaraan. Salah seorang atlet bulutangkis, Ryan Yohwari, ketika ditemui pada 13 Maret 2014, di Kantor Sekretariat KONI Cibinong, memaparkan bahwa kebingungan itu muncul dalam struktur pelaksanaan keolahragaan Indonesia.

Lebih lanjut, Ryan kebingungan karena pemegangan organisasi yang membinanya seperti simpang siur, KON atau KOI. “Untuk apa organisasi yang banyak seperti KON dan KOI jika tujuan yang ingin dicapai pun sama” ujar atlet berusia 30 tahun itu.

Adapun contoh tindakan operasional yang membingungkan Ryan itu terlihat ketika ia hendak mengikuti ASEAN PARAGAMES di Cina paada tahun 2010. Saat itu, pelepasan keberangkatan atlet dilakukan dua kali, yaitu oleh Ketua Umum KON dan kemudian Badan Kepengurusan KOI. Hal itu seharusnya cukup dilakukan satu kali saja.

Permasalahan antara KON dan KOI ini sebenarnya diawali dengan dikeluarkannya Undang-undang nomor 3 tahun 2005, yaitu pasal 12 dan pasal 13. Dalam kedua pasal tersebut sudah jelas bahwa kedua organisasi tersebut memilki tugasnya masing-masing. Namun, dalam pengaplikasiannya perlu adanya perbaikan karena masih melampaui batas tugas masing-masing. Polemik antara KON dan KOI sudah terjadi pada tahun 2013 dan berdampak terhadap prestasi olahraga Indonesia. Hal tersebut terjadi dalam kejuaraan SEA GAMES di Myanmar. Dalam kejuaraan itu, Indonesia sebagai juara bertahan harus terpuruk di posisi empat.

Menurut Ryan, seharusnya pengurusan dan pembinaan olahraga dapat dilakukan oleh satu organisasi saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perebutan dalam operasional. Kemudian, pendapat Ryan itu ditegaskan kembali oleh Wakil Ketua 1 KON Kabupaten Bogor, H.M. Rusdi AS. “Saya berharap penggabungan dua organisasi tersebut akan berdampak lebih baik terhadap sistem keolahragaan Indonesia. Bila itu sudah tercapai, maka prestasi olahraga Indonesia dapat mengharumkan nama negara Indonesia di mata Internasional” ungkap Wakil Ketua 1 KON Cibinong.

Oleh : Yundika Alvionita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun