Mohon tunggu...
Wanda A.H
Wanda A.H Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi UPI yang unik pemerhati sekitar tapi gak peka.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

KKN Rekognisi UPI 2022: Merubah Sampah Menjadi Amal Ibadah (Program Kampus Mengajar 3)

7 November 2022   18:00 Diperbarui: 7 November 2022   18:02 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dengan tujuan mendapatkan pembelajaran diluar kelas, KEMENDIKBUDRISTEK meluncurkan program Kmapus Merdeka yang didalamnya memiliki subprogram yang sangat beragam. Program ini telah berjalan hampir kurang lebih 2 tahun, biasanya setiap program yang tersdia dalam kampus merdeka dimulai saat perubahan semester.

Salah satu program dari Kampus Merdeka yang saya ikuti ialah Kampus Mengajar. Bersyukur saya bisa mendapatkan kesempatan menjadi peserta kampus mengajar pada angkatan ke-3. Kampus mengajar angkatan 3 ini, merupakan transisi pembiasaan pembelajaran dari online  berubah menjadi offline. Sehingga, pihak panitia memberanikan diri untuk melakukan perubahan sistem penempatan pengabdian yang berawal sesuai domisili terdekat menjadi sesuai kebutuhan wilayah 3T.

Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan mengabdi di luar kota, dari tempat saya tinggal. Saya memutuskan untuk terus maju dan mengambil seluruh kesempatan ini untuk bekal masa depan saya. Saya ditempatkan di Kabupaten Bogor. Banyak sekali pengalaman menarik mulai dari budaya hidup, budaya belajar, budaya bersosialisasi, hingga kebiasaan - kebiasaan yang berbeda dari kehidupan saya. 

Bergabungnya saya dalam program Kampus Merdeka terkhususnya dalam Kampus Mengajar, menjadikan saya dapat melaksanakan kegiatan KKN yang dilaksanakan oleh UPI menjadi lebih mudah yaitu dengan KKN Rekognisi. KKN rekognisi ini merupakan kegiatan yang menyetujui kegiatan pembelajaran di masa lampau. 

Hal yang paling mengejutkan dari pengalaman mengikuti kegiatan kampus mengajar ialah, adanya budaya merubah sampah menjadi amal ibadah.  Seperti yang diketahui, keberagaman agama dan kepercayaan membuat kehidupan di Indonesia menjadi lebih berwana.  Hal ini pun terjadi di tempat saya mengabdi. Namun, keberagaman tersebut tidak membuat perbuatan baik menjadi terhalang. Seperti yang dilakukan masyarakat Daerah Cijujung, Sukaraja. Mereka melakuakn hal baik secara beramai - ramai untuk tetap menjaga hubungan kemanusiaan. Mungkin kita sudah sering mendengara apabila sampah plastik khususnya pada jaman sekarang dapat berubah menjadi rupiah. Namun, masyarakat sekitar Cijujung, Sukaraja, merubah sampah menjadi amal ibadah.

Mereka membuatkan tempat sampah yang terbuat dari ram kawat, yang bertuliskan khusus sampah plastik, kaleng, dan kaca. Meski tanpa keterangan yang tersurat, masyarakat disana membuat suasana tempat sampah tersebut terbuka dan bagi siapa saja yang membutuhkan sampah tersebut untuk dijual kembali sangat diperbolehkan. 

Dari yang awalnya saya kira itu percuma ternyata memiliki makna yang sangat luar biasa, setelah saya telusuri total tempat sampah tersebut terdapat lebih dari 30 spot tempat sampah. Tanpa perlu dipertegas, ketika diawali dengan niat yang baik dan ikhlas semua akan terlihat sangat jelas. Sehingga, mereka yang membutuhkan akan terasa sangat terbantu tanpa adanya pertikaian yang tidak diinginkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun