Mohon tunggu...
019Rizkya Fatika sari
019Rizkya Fatika sari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

berusaha dan berdoa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuat Selama Menjadi Insoman Covid-19

7 November 2021   13:02 Diperbarui: 7 November 2021   13:09 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan adanya peraturan di mana salah satu anggota keluarga terpapar Covid-19 maka seluruh anggota keluarga diminta melakukan Swab PCR di puskesmas terdekat daerah tempat tinggal. 

Hal itu merupakan salah satu program yang dilakukan oleh pihak puskesmas. Setelah kami memenuhi panggilan untuk melakukan Swab PCR hasilnya akan dikabari oeh pihak puskesmas.

kami tidak mempercayai bahwa ibuku terpapar Covid-19, karena ibuku merasa dirinya tidak memilki gejala dari virus corona. Selama ibuku menjalani masa isolasi kami sekeluarga fokus akan penyembuhan ibuku. Apalagi, kami yang statusnya masih dalam pantauan pihak puskesmas. 

Awalnyaa, kami tidak telalu banyak memikirkan tentang perkembangan virus Covid-19 karena di lingkunganku masih terbilang aman dari pesebaran virus tersebut. 

Setelah itu, ayahku mendapat kabar bahwa kami sekeluarga positif Covid-19 dengan status OTG yaitu ayah, abang, kakak , aku dan adikku. Hal itu membuat kami syok dan bingung karena melihat kondisi kami sekeluarga sehat dan tidak memiliki gejala virus Covid-19.

Banyak hal-hal yang rancu membuat kami sekelurga tidak menerima bahwa kami dinyatakan positif Covid-19. Pihak puskesmas memiliki program setiap 2 kali seminggu melakukan pengecekan suhu badan dan tingkat kadar oksigen terhadap keluargaku. Banyak kejangalan ketika kami sekeluarga dinyatakan OTG. 

Pertama kami tidak merasa ada gejala virus Covid-19 sedikit pun. Kedua, saudara yang menjaga ibuku di rumah sakit memiliki riwayat penyakit diabetes, tetapi setelah melakukan Swab PCR dia dinyatakan negatif. 

Sedangkan, Saudaraku merupakan orang kontak erat langsung dengan Ibuku. Ketiga, surat hasil Swab PCR yang di uji oleh rumah sakit rujukan tidak langsung di keluarkan oleh puskesmas, melainkan ketika kami sudah selesai melakukan isolasi seama 14 hari, surat itu baru diberikan dan tidak ditandatangani oleh pihak rumah sakit yang melakukan uji hasil Swab tersebut. Hanya saja kami tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut.

Kami mengambil langkah untuk tidak memikirkan kejanganlan tersebut melainkan kami ingin melalukan perbaikan akan penyembuhan dari virus Covid-19, dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti berjemur di pagi hari selama 5 -- 10 menit minum air putih hangat, makan makanan yang bergizi, minum susu beruang 2 kali sehari, vitamin dan obat anti virus. 

Tidak hanya pola hidup sehat tetapi juga menjaga lingkungan di sekitar kita agar tetap bersih dengan cara membersihkan setiap ruangan rumah. Lalu, melakukan penyemprotan alkohol atau desinfektan  sekeliling rumah.

Berjuang selama masa isolasi merupakan hal yang sangat tidak terlupakan. Awalnya melakukan aktivitas di luar ruangan, semua aktivitas menjadi terbatas terlebih lagi bagi Ayahku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun