Mohon tunggu...
014_Yogi Pamungkas
014_Yogi Pamungkas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Siliwangi

Untuk sekarang Hobi saya mendengarkan musik dan main game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Slogan "Wong Cilik" Sebagai Identitas Politik PDI-P dalam Teori Identitas Politik Anderson

28 November 2023   00:41 Diperbarui: 28 November 2023   00:56 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Analisis Slogan Partai PDI-P (“Wong Cilik”) Dalam Sudut Pandang Teori Identitas Politik Anderson

Teori identitas politik mencakup pemahaman tentang bagaimana individu mengidentifikasi diri mereka dalam konteks politik, termasuk identitas etnis, agama, gender, kelas sosial, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pandangan politik mereka. Identitas politik dapat membentuk pandangan seseorang terhadap kebijakan, nilai-nilai, dan partai politik. Sementara itu, "Wong Cilik" adalah sebuah slogan yang berasal dari Bahasa Jawa yang secara harfiah berarti "orang kecil" atau "rakyat kecil". 

Slogan ini dapat digunakan untuk menggambarkan kelompok masyarakat yang mungkin kurang terwakili secara politik, ekonomi, atau sosial. Slogan ini mencerminkan semangat kemandirian, kemandirian, dan pengabdian terhadap kepentingan rakyat biasa. Dalam konteks teori identitas politik, slogan “Wong Cilik” dapat dihubungkan dengan identitas sosial dan ekonomi. Individu atau kelompok yang mengidentifikasi diri sebagai "Wong Cilik" mungkin merasa terhubung dengan kelompok masyarakat yang memiliki pengalaman dan kepentingan bersama. Identitas ini dapat mempengaruhi cara pandang mereka terhadap kebijakan, tuntutan politik, dan pilihan pemimpin yang mewakili atau dianggap dapat mengadvokasi kepentingan mereka.

Menurut Anderson mengenai identitas, identitas nasional adalah hasil dari sebuah “komunitas yang dibayangkan” yang merupakan hasil dari persepsi bersama dan identifikasi bersama terhadap suatu kelompok yang lebih besar, seperti suatu negara. Identitas nasional ini, menurutnya, dibangun melalui media massa, simbol, dan narasi bersama yang membentuk persepsi kolektif tentang identitas suatu kelompok. Dalam konteks slogan “Wong Cilik,” kita dapat menghubungkannya dengan konsep identitas politik yang ditemukan dalam teori Anderson. Slogan tersebut mencerminkan semangat popularitas dan mengakui kelompok masyarakat yang dianggap sebagai "rakyat kecil" atau kelompok yang kurang terwakili dalam kebijakan publik.

Slogan “Wong Cilik” dapat dianggap sebagai upaya untuk membentuk identitas politik bersama di antara kelompok masyarakat tertentu yang merasa terkait dan memiliki kepentingan bersama. Dengan merangkul identitas “Wong Cilik,” gerakan politik atau kelompok dapat berusaha memobilisasi dukungan dari mereka yang merasa diabaikan atau kurang diberikan dalam kebijakan publik. Slogan ini juga dapat berperan dalam menciptakan solidaritas di antara "Wong Cilik" dan mengilustrasikan konsep "komunitas yang dibayangkan" dalam skala yang lebih lokal atau spesifik. Dengan mendalami makna identitas ini, individu atau kelompok dapat merasa terhubung dengan satu sama lain, membentuk persepsi bersama tentang identitas politik mereka, dan mungkin merespons dengan dukungan terhadap agenda atau pemimpin politik yang dianggap mewakili kepentingan mereka.

Menurut hasil penelitian yang telah kami lakukan di daerah cihideung kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari 10 Masyarakat yang menjadi narasumber, hampir semuanya mengatakan bahwa mereka tidak mengenal slogan tersebut, padahal menurut narasumber dari PDI-P yang kami wawancarai menyebutkan bahwa mereka telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai slogan tersebut. Baik itu sosialisasi mengenai makna “wong cilik” secara bahasa maupun secara tindakan yang menunjukan bahwa partai ini pro terhadap “wong cilik”. Namun pada kenyataan dilapangan Masyarakat tidak mengetahui slogan tesebut, bahkan ada pula yang mengatakan bahwasannya ia tidak menerima sosialisasi maupun bantuan dari patai tersebut. meskipun ada juga yang merasa menerima bantuan, tetapi hanya sedikit naasumber saja yang menyatakan hal tersebut. Nah, dari hasil penelitian tersebut bisa kita simpulkan bahwa sosialisasi ataupun bantuan dari partai, seperti yang dikatan oleh salah satu narasumber dipartai itu masih kurang. Alasannya, karena pada kenyataan dilapangan Sebagian besar masih tidak mengetahui slogan tersebut, bahkan ada yang merasakan bahwa tidak ada sosialisasi ataupun bantuan kepada dirinya. Hal ini menunjukan bahwa partai slogan “Wong Cilik” ini tidak dapat merepresentasikan bahwa Masyarakat terhubung atau terkait dengan partai tersebut. Selain itu, hal ini juga mungkin membuktikan bahwa masyarakat di daerah penelitian tidak merasa terwakili, berbanding terbalik dengan arti dari wong cilik sendiri yaitu yang menunjukan bahwa partai PDI-P pro terhadap “Wong Cilik”. Serta, slogan Wong Cilik di daerah tersebut mungkin tidak bisa dikatakan sebagai identitas Politik Dari Partai Demokasi Indonesia Perjuangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun