Di saat negara ini awal berdiri dan sampai sekarang telah beberapa kali ganti pemimpin. Berganti pemimpin berganti pula kebijaksanaan. Rumus-rumus berbangsa dan bernegara pun dicetuskan oleh pemimpin yang berkuasa. Rumus yang dianggap sudah benar. Rumus yang dianggap akan membawa bangsa Indonesia sejahtera dan mulia.
*
Namun, seiring dengan berjalan waktu, pemimpin-pemimpin yang di awal-awal pemerintahan diharapkan rakyat bisa membawa bangsa bermartabat dan sejahtera, lama-kelamaan kebijaksanan mereka mengecewakan. Rumus-rumus yang diciptakan oleh pemimpin bangsa itu-pun, jauh panggang dari api. Prakteknya mandek. Teori memang baik, namun prakteknya tak sesuai harapan. Malah membuat bangsa semakin terpuruk.
*
Indikator terpuruknya adalah nilai tukar rupiah yang lemah terhadap nilai mata uang asing, harga-harga kebutuhan pokok bertambah tinggi, korupsi yang merajalela, hutang luar negeri semakin bertambah, hukum yang dianggap para pakar masih payah (tajam di bawah, namun tumpul di atas), dan lain-lain.
*
Seiring dengan waktu, pemimpin yang berkuasa terlena dengan kekuasaannya. Mabok kekuasaan. Lupa tujuan awalnya untuk memajukan bangsa. Melakukan berbagai cara agar supaya ia tetap memegang tampuk kekuasaan. Hendak berkuasa secara otoriter.
*
Namun, rakyat tidak diam. Rakyatpun melakukan berbagai penolakan sebagai aksi protest terhadap pemimpin yang telah melenceng dari tujuan memajukan bangsa. Maka lahirlah istilah revolusi atau reformasi, sebagai bentuk rasa keinginan sebuah perubahan.
*
Akhirnya pemimpin yang diinginkan rakyat direvolusi atau direformasi itu jatuh kekuasaannya. Lalu ada upaya-upaya kriminalisasi terhadap pemimpin yang telah dijatuhkan tersebut oleh pemimpin yang baru. Perhatikan saja bagaimana drama akhir kekuasaan mereka, terutama pemimpin yang lama berkuasa.
*
Jadi, apa yang salah di Indonesia ini? Pemimpinnya? Rumus berbangsa dan bernegara? Aparatur negara yang tidak menjalankan rumus itu dengan baik? Rakyat Indonesia yang tidak mendukung rumus itu?
*
Kalau pemimpinnya, jangan ragukan kapasitas para pemimpin-pemimpin yang telah memimpin Indonesia, terutama 3 pemimpin yang lama kekuasaannya terlama, yakni Soekarno, Soeharto dan SBY.
*
Rumus bernegaranya? Tidak ada yang meragukan rumus simbol-simbol negara yang dianggap Maha-Benar, dianggap harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar yakni Pancasila, UUD-45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Bahkan banyak para ilmuwan seperti profesor atau doktor yang lahir atas kegigihan mereka mendalami dan mempelajari simbol-simbol negara itu.
*
Lalu apa yang salah? Apa yang salah? Apa yang salah? Apa yang salah? Salahudin atau salahsiah. Aduh bingung-ngung. Ngung-bingung saya.
*
Kalau-pun nantinya Jokowi jadi presiden, mungkinkah akan menjadi solusi? Ataukah Jokowi seperti pemimpin-pemimpin sebelumnya yang di kemudian hari kebijaksanaanya tidak berfihak rakyat. Sedang kita hanya mengetahui Jokowi dari sisi luarnya saja. pemberitaan melalui media, belum mengetahui secara mendalam.
*
Untuk lebih pahamnya baca juga postingan terdahulu saya
*
http://m.kompasiana.com/post/read/576916/3/jokowi-ri-1-semoga-kita-tidak-kecewa-dikemudian-hari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H